Katakepo.blogspot.com - Setiap budaya memiliki bahasa yang berbeda-beda, namun sepertinya setiap
bayi langsung mengucap kata 'mama' begitu ia bisa bicara. Suka atau
tidak, ternyata penyebabnya bukan karena cinta.
Setiap bahasa
memiliki istilah sendiri untuk air. Dalam bahasa Swahili disebut maji.
Dalam bahasa Denmark disebut vand. Dalam bahasa Jepang disebut mizu.
Meski kata-kata itu menggambarkan zat paling umum dan paling penting
bagi kehidupan, secara linguistik mereka tidak sama. Maklum saja,
kata-kata tersebut berevolusi karena berasal dari tiga benua yang
terpisah dan tradisi yang sangat beragam.
Namun ada satu — dan
hanya satu-satunya — kata yang diucapkan secara sama di hampir setiap
bahasa yang dikenal umat manusia. Kata itu adalah “mama.”
“Mama”
merupakan sebuah kata universal yang menggambarkan wanita yang
memberikan kasih sayang saat kita berada dalam kondisi terlemah.
Meskipun banyak bahasa memiliki kata pengganti resmi buat ibu, kata mama
yang lebih intim tetap sama dalam setiap bahasa.
Namun kata “mama” tidak muncul dari cinta. Itu terjadi karena dua hal: Mulut bayi kecil yang malas, dan payudara.
Penelitian
mengenai “mama dan papa” sebagai kata universal dilakukan ahli
linguistik Roman Jakobson asal Rusia. Dia menjelaskan bahwa vokalisasi
termudah bagi seorang manusia yaitu mengucapkan kata-kata vokal dengan
mulut terbuka.
Bayi bisa mengeluarkan huruf vokal (tangisan)
sejak hari pertama. Dan mereka selalu mengucapkannya itu saat mereka
mulai bereksperimen dengan mengucapkan suara-suara lainnya, bayi akan
mencoba beberapa suara konsonan yang lebih mudah.
Biasanya
mereka mulai dengan suara yang dibuat dengan mulut tertutup, atau “suara
bibir” seperti /m/ /p/ /b/. Bayi mengumpulkan energi mereka untuk
mengucapkan suara konsonan baru dengan “MMMM” dan kemudian beristirahat
dengan mengucapkan suara huruf vokal, biasanya “ah” dengan mulut terbuka
– yang sangat mudah untuk dilakukan. Ketika Anda menggabungkan itu
dengan ucapan alami bayi yang berulang-ulang, atau “bergumam,” Anda akan
mendengar “ma-ma,” “ba-ba,” “pa-pa,” dan seterusnya.
Lalu
kenapa bayi lebih suka mengucapkan “m” ketimbang “p” atau “b”? Tentu
saja karena payudara! Huruf “m” sangat mudah diucapkan mulut bayi ketika
berada dalam pelukan dada ibunya. Bahkan sebagai orang dewasa, kita
masih suka mengucapkan “mmm” untuk sesuatu yang lezat dan enak. Begitu
juga bayi Anda.
Hasil penelitian Jakobson menyatakan bahwa bayi
Anda tidak tahu nama Anda adalah Mama, (atau Papa dalam hal ini). Mama
tidak berarti “Aku sayang kamu, wahai wanita bidadari yang baik, wanita
yang mengorbankan waktu tidur, pelindung, dan sosok yang tegas dan
cantik.” Kata itu berarti “makanan.”
Jadi ketika seorang bayi
memanggil ayahnya “mama,” dan semakin marah saat ayahnya tidak menjadi
mama, sesungguhnya anak itu tidak menanyakan ibunya. Anak itu mengetahui
bahwa dada ayahnya yang rata dan berbulu bukanlah payudara ibunya yang
biasa menyusuinya. Dan ibu yang menyusuinya atau dot pengganti yang
biasa dipegangnya, harus tersedia secepat mungkin.
Penelitian
Jakobson mendahului gerakan feminis, dan tidak terlalu menyinggung peran
pria sebagai pengasuh. Kita bisa mengasumsikan perkembangan pola yang
sama dari perkembangan pelafalan ucapan bayi, namun disesuaikan kembali
dengan bimbingan orangtua, jadi bayi segera mengetahui bahwa dengan
mengatakan “da da” dia akan mendapatkan makanan, bahkan tanpa harus
melihat payudara ibunya.
Para orangtua mendorong kemampuan
bicara bayi, dan membantu dalam memperbaiki perubahan nada suaranya
sesuai dengan bahasa mereka. Dengan segera “mama” dan “papa” mulai
mewakili sosok sesungguhnya dalam kehidupan anak itu, tak peduli betapa
beragamnya kehidupan mereka.
Jadi jika anak terbangun di malam
hari meminta vand, mizu, atau maji, kemungkinan mereka meminta Mama
untuk menyediakan minuman untuknya.
No comments:
Post a Comment