Sunday, July 21, 2013

Kunjungan Sejenak ke Busan yang Memukau






Tujuan utama saya ke Korea sebenarnya adalah kota Seoul. Saya hendak menghadiri beberapa konser K-pop dan artis internasional yang diadakan menjelang tutup musim panas di sana. Tidak terlintas dalam pikiran untuk menjelajah Busan.

Namun, saat memasuki pesawat, saya bertemu seorang kawan lama yang berencana ke Korea untuk berpartisipasi dalam Asian Film Market (AFM) mewakili Indonesia. AFM ini merupakan bagian dari festival film international Busan. Ia pun mengundang saya mampir ke Busan.

Setelah tinggal beberapa hari di Seoul, saya pun memutuskan memenuhi undangan itu sekaligus mengecek kota yang sebelumnya bernama Pusan ini. Mumpung sudah di Korea dan ada waktu.

Cek sana-sini,  transportasi dengan bus adalah transportasi yang paling murah. Dan, untuk menghemat ongkos penginapan, saya mengambil bus malam. Sedikit agak mahal dibanding bus yang berangkat siang memang. Namun jelas lebih murah dibanding ongkos penginapan yang berkisar 23 ribu won (Rp200 ribu). Tiket bisa bisa dibeli langsung di loket terminal. Perjalanan memakan waktu sekitar lima jam dari stasiun  Seoul Express Bus Terminal. Berhubung melintasi jalan tol yang mulus, tidur di bus pun cukup nyenyak.





Tiba di Busan sekitar jam 04.30 pagi di stasiun Busan Bus. Sempat stres begitu tiba di sana karena berbeda dengan Seoul, petunjuk arah dalam terminal sedikit yang menyertakan huruf Latin.

Setelah titip koper di hostel dan mandi, saya langsung menuju pantai Haundae, yang menjadi lokasi utama BIFF. Begitu melihat hamparan pasir putih dan luas pesisir pantai, saya tidak dapat menahan kekaguman. Bersih sekali. Padahal, di sepanjang pesisir ini sedang berlangsung BIFF — lengkap terpasang beberapa panggung dan kemah pameran.

Panggung-panggung ini, pada jam-jam tertentu, menampilkan aktor-aktris, sutradara atau produser dan berdialog dengan para penggemar. Penasaran juga sih dengan dialog tanya-jawab antara aktor dan penonton itu yang menggunakan/diterjemahkan ke bahasa Korea.

Namun, menikmati tampang-tampang ganteng para aktor itu pun juga sudah jadi kenangan berharga. Saya sudah cukup beruntung  bisa bertemu atau melihat beberapa aktor dari Asia. Beberapa diantaranya Sung Kang (aktor "Fast & Furious") dan aktor Jepang seperti Ryuhei Matsuda ("The Raid 2") dan Ando Masanobu.

Selain penampilan para aktor, ada juga penampilan band lokal yang menambah kenikmatan suasana pantai yang menjadi lokasi utama salah satu film box office Korea berjudul sama dengan nama pantai ini.

Sedangkan di kemah pameran itu, terdapat pameran foto aktor-aktor Korea dan beberapa replika lokasi syuting tempat para pengunjung bisa berfoto bareng di replika tersebut bersama beberapa aktor pembantu.

Sebelum terhanyut dengan kemeriahan berbagai acara festival film ini, saya memutuskan untuk mencoba merasakan pantainya. Sayang, begitu mencelupkan tangan, saya langsung mengurungkan niat karena air pantai yang sangat dingin. Di seberang pantai, berjejeran hotel-hotel mewah, termasuk Hauendae Grand Hotel yang menjadi pusat berlangsungnya BIFF. 





Berleha-leha di pantai Haeundae selama BIFF berlangsung ini ternyata menyenangkan. Menikmati semilir angin dingin dan melihat burung camar beterbangan.

Selain pantai Haundae ini, sebenarnya banyak daerah yang menjadi daya tarik turis. Namun, berhubung harus kembali ke Seoul untuk konser Jay-Z, saya pun menyempatkan mampir ke menara Busan yang terletak di taman Yongdusan. Dari menara ini, saya bisa melihat Busan dari ketinggian.

Agak terkejut juga ketika melihat betapa padatnya kota Busan ini. Dengan struktur dataran yang berbukit, apartemen dan gedung perkantoran pun terlihat seperti undakan. Hal kecil lain yang agak mengherankan adalah model apartemen dan gedung perkantoran yang terlihat agak seragam. Bahkan, tangki air yang berada di atas apartemen atau perumahan pun seragam berwarna biru.

Sebagai kota pelabuhan, kota pertama yang dimasuki pengaruh asing, tata kota dan bentang darat Busan termasuk konservatif, jika tidak boleh dibilang kuno. Belum lagi jika mengaitkan dengan festival film internasional tahunan yang kota ini gelar. Jelas jauh dari kata glamor atau modern.

Bahkan model bangunan tipikan di Busan ini terlihat sangat kuno jika dibandingkan dengan tempat pemberhentian bis selama perjalanan pulang saya kembali ke Seoul.

Meski sejenak, kunjungan ke Busan telah membuat saya terpukau.

No comments:

Post a Comment