Saturday, August 3, 2013

Di Hampi, Bebatuan Berbicara dalam Kesunyian

Oleh Catatan Perjalanan, pada

Katakepo.blogspot.com - Begitu banyak hal yang dikatakan banyak orang, begitu banyak hal yang kita dengar, dan begitu banyak pula hal yang kita bayangkan, namun terkadang pada kenyataannya kita sering mendapati semuanya tidak seindah bayangan yang ada. Semua teori ini tidak berlaku saat saya mencapai Hampi beberapa waktu lalu di musim dingin. Semua hal yang saya lihat amat sangat menakjubkan, lebih dari yang saya bayangkan dan dengar sebelumnya.
Berbekal dengan rasa penasaran, perjalanan saya menuju Hampi diawali dengan penerbangan ke Goa selama dua jam, dilanjutkan dengan perjalanan darat dengan memakai mobil selama delapan jam menuju Hampi, dengan melewati kota yang disebut Hospet. Sebagai suatu daerah kecil yang berada di bagian selatan dari sungai Tungabhadra di sebuah distrik di Karnataka dan dibatasi gundukan gunung berbatu, Hampi berbeda dengan daerah lainnya. Bagi umat Hindu sendiri, daerah ini amat keramat dan merupakan salah satu tujuan perjalanan religi mereka.





Perjalanan saya menyusuri Tungabhadra mengingatkan saya akan sebuah cerita kuno yang menyertai alur sungai sungai yang amat keramat di pesisir India Selatan ini. Bukan India namanya kalau setiap inci tempatnya tidak dipenuhi dengan mitos kuno. Alkisah seorang Raja bernama Lord Barah yang merupakan inkarnasi dari Vishnu sedang beristirahat dan dari kedua gigi depannya, keluar dua aliran air yang berbeda. Aliran air dari gigi sebelah kiri disebut Tunga dan yang berasal dari kanan dinamakan Bhadra. Keduanya bersaudara dan menyatu di Kundly membentuk aliran Tungabhadra, yang pada akhirnya akan bersatu dengan aliran sungai Khrishna.
Pemandu saya menuturkan bahwa Tungabhadra sendiri dikenal sebagai Pampa, yang tentu saja tidak bisa dipisahkan dari romantisme Shiva. Pampa adalah anak dari Brahma yang amat memuja Shiva, sehingga Shiva memutuskan untuk menikahinya. Dalam masanya, tempat ini dikenal sebagai Vijayanagara; ibukota dari kerajaan Karnataka yang amat terkenal dalam hal seni dan budayanya. Nama kuno daerah ini adalah Pampa kshetra, Kishkindha-kshetra atau Bhaskara-kshetra.
Memasuki Hampi, kombinasi antara reruntuhan, bukit bebatuan, kuil, perkebunan pisang dan tebu serta persawahan membuat waktu seakan berhenti di depan saya. Hampi memiliki hubungan mitologi yang erat terhadap Ramayana. Menurut cerita epik ini, kerajaan Kishkindha dipimpin oleh kedua kera yang bernama Vali dan Sugriva. Oleh karena terjadi perpecahan di antara keduanya, Sugriva menyingkir dan membawa pasukannya di bawah pimpinan Hanuman. Saat raja iblis bernama Ravana menyandera Sita (istri dari Rama) dan membawanya ke Lanka, Rama dan saudaranya yang bernama Lakshmana datang meminta pertolongan Sugriva setelah ia membunuh Vali. Hanumanlah yang akhirnya mengejar Sita hingga ke Lanka. Saat mengeksplor kota ini, siapapun bisa mencium aura Ramayana hingga ke setiap sudut bangunannya.
Adalah sepasang pria Hindu bersaudara bernama Harihara dan Bukka yang menemukan kota Vijayanagar di tahun 1343 dan mereka memerintahnya hingga kesultanan Islam mengalahkan Raja Rama Raya yang memerintah Vijayanagar saat itu di tahun 1565.
Kejayaan masa bersejarah Hampi dan seluruh pertikaian antara Jain, Hindu dan Muslim saat itu tertuang di semua relief kuil dan reruntuhan di wilayah ini. Di Karnataka secara garis besar terdapat tiga tipe arsitektur india yang cukup terkenal, yaitu Vijayanagar, Chalukyan dan Hoysala. Masing-masing memiliki ciri khas sendiri. Keseluruhan arsitektur di Hampi mengikuti gaya Vijayanagar. Pahatannya biasanya besar, detil, namun penggambaran wajahnya tidak sehalus arsitektur Chalukyan atau Hoysala. Kuil bergaya Vijayanagar biasanya memiliki atap dan pilar pradakshina-patha atau lorong yang berliku. Atapnya berbentuk pyramid dan biasanya memiliki aksis barat-timur, dimana kuil akan menghadap ke arah timur. Kalyanamandapa merupakan salah satu gaya yang paling popular. Ditunjukan dengan pilar terbuka mandapa dan di bagian tengah dari ruangan terdapat semacam panggung kecil dengan beberapa anak tangganya.
Kuil Virupaksha merupakan kuil pertama yang membuat langkah saya terhenti. Saya mencapainya setelah menyebrang sungai dengan perahu kecil. Kuil yang masih aktif ini terletak ditengah wilayah yang disebut Hampi Bazaar. Hampi Bazaar sendiri sebuah area terbuka yang dipenuhi reruntuhan pilar di kiri-kanan. Sebagai kuil yang didedikasikan terhadap Virupaksha/Shiva, Dewa Kehancuran, kuil ini merupakan satu diantara lima kuil tertua di India. Kuil ini memiliki gerbang yang cukup lebar dan halaman yang cukup luas. Di sana-sini tampak beberapa peziarah sedang berdoa atau menjemur ornamen ziarahnya. Kuil ini biasanya ramai dikunjungi di bulan Desember, yang dipercaya sebagai saat dimana Pampa dinikahi oleh Shiva. Ritual dimulai dengan mandi di sungai Tungabhadra yang terletak di depan kuil sebelum peziarah memasuki kuil. Di dalam kuil ini konon terdapat sebuah patung sapi berkepala tiga, yang menggambarkan masa kini, masa lalu dan masa depan. Sayangnya saya tidak sempat melihatnya.
Karena saya mencapai Hampi cukup sore, maka sore itu ditutup dengan niat melihat matahari terbenam di atas bukit Hemakuta. Bukit ini tidak jauh dari Virupaksha. Hemakuta merupakan satu dari bukit tertinggi di Hampi, namun demikian bukit ini tidak curam dan di sana-sini terdapat reruntuhan kuil yang memberikan pemandangan skenik yang luar biasa indah. Saya menyempatkan melihat sekitar sebelum memilih tempat strategis untuk melihat senja nantinya. Tampak beberapa turis bule sudah duduk dengan manisnya di tempat yang sudah mereka pilih. Di lokasi bukit ini, tampak Sasivekalu Ganesha, sebuah patung Ganesha yang terpahat dalam ukuran kecil dengan pahatan ular yang melilit di daerah pingganya untuk melindungi daerah perutnya yang besar. Di balik patung ini terdapat pahatan seorang wanita yang memeluknya dari belakang, yang kemungkinan adalah ibunya, Parvati (istri dari Shiva) Tidak jauh dari patung ganesha kecil, terdapat kuil dengan patung Ganesha besar (Kadalekalu Ganesha). Reruntuhan di tempat ini memang mengundang decak kagum, sampai saya lupa di mana saya harus melihat senja saat itu. Pilihan saya akhirnya adalah duduk di bagian tepi dari bukit, di mana saya bisa melihat senja dan hutan yang berada di bawah tebing. Suatu lukisan yang kontras, namun sore saya saat itu tidak tergantikan dengan sore di belahan dunia manapun.
Kemegahan kuil Vittala sudah saya dengar sebelumnya, namun semuanya berbeda saat saya benar-benar berada di hadapannya di suatu pagi di Hampi. Tidak ada kata yang cukup untuk mendeskripsikan keindahan arsitekturnya. Kompleks kuil ini ditempuh dengan memakai kereta kecil. Memasuki lingkungan kuil, kita disambut dengan deretan pilar terbuka di kiri kanan. Saat gerbang kuil dimasuki, kita akan menemui halaman luas dengan ornamen padat berukir. Pesona Vishnu amat terihat di kompleks kuil ini, terutama di Mahamandapa yang merupakan bagian utama. Relief di pilar yang ada yang melukiskan keseluruhan Vishnu dalam bentuk sepuluh avatarnya, termasuk Krishna tentu saja. Setelah melewati bagian awal kompleks, perhatian kita akan tertuju pada sebuah struktur yang megah disebut stone chariot. Saya sendiri melihatnya seperti sebuah kotak musik. Tampak lambang Garuda mendominasi struktur ini; Garuda sendiri dalam legendanya merupakan kendaraan dari Vishnu, oleh karenanya chariot yang menghadap bagian kuil utama ini seakan sebuah pernyataan simbolik yang terpahat dengan indahnya. Secara garis besar, tema arsitektur kuil ini terbagi atas bagian militer, sipil, dan religius. Saya meneruskan langkah menyusuri bagian timur dari kompleks ini yang disebut eastern hall atau musicus hall. Yang membuat terpana adalah bangunan ini didirikan dan biasanya dipakai untuk tempat menari di zamannya. Setiap pilar dari bangunan ini dapat menimbulkan nada tertentu bila diketok dengan batang padat dan digunakan para pemusik saat itu unutk mengiringi tarian para penari. Pahatan pemusik, penarik dan singa yang bernama Yalis tampak mewarnai di dalam dinding bangunan ini. Sembari pemandu saya menjelaskan bagian dari kuil, saya yang tidak percaya mitos apapun seakan-akan bisa melihat gambaran semua cerita tentang Ramayana dalam perwujudan nyatanya. Cuma di Hampi, dan cuma Hampi yang bisa membuat saya seperti ini.
Bangunan berikutnya yang saya kunjungi dalam area Royal Citadel adalah Octagonal Water Pavilion yang mungkin dulunya merupakan tempat penampungan air. Saya termasuk pengagum stepwell di India dan berkelana untuk menjelajahinya. Octagon ini merupakan hal yang berbeda karena berada di tempat terbuka. Queen’s Bath merupakan struktur berbentuk persegi dengan eksterior yang sederhana dan memiliki kolam pemandian. Dinamakan seperti ini mungkin karena letaknya yang dekat dengan Royal Enclosure. Dipercaya bahwa bangunan ini dibangun raja Achyuta Raya yang sangat tertarik dengan olahraga air dan dipakai untuk pemandian bagi raja dan keluarganya. Tidak beberapa lama sampai juga saya di Royal Enclosure yang konon merupakan nukleus dari Hampi itu sendiri. Dengan area luas dan dikelilingi berlapis tembok, kompleks ini berisikan sekitar 45 buah bangunan di dalamnya. Kompleks ini memiliki dua pintu masuk di bagian utara dan satu buah di bagian barat. Pintu di bagian barat ini biasanya diperuntukan untuk keluarga istana saat itu. Memasuki kompleks dari bagian utara, kita akan disambut beberapa bangunan. Yang menarik perhatian saya tentu kolam bertangga yang kesimetrisannya di setiap segi sangat memukau. Tampak beberapa saluran air yang terhubung ke area ini. Kaki saya cukup lelah saat harus menanjak menaiki Mahanavami-dibba yang terdiri dari 3 tingkat. Bangunan ini dikenal sebagai “ruang kemenangan”. Bangunan kokoh ini dibangun di atas granit dan dihiasi dengan pahatan binatang, penari, pemusik serta kegiatan perburuan yang merepresentasikan keadaan masyarakat Vijanagara saat itu. King Audience Hall terletak tidak jauh dari Mahanavami. Menurut cerita masyarakat sekitar, di sinilah terdapat diskusi publik dan peradilan terjadi saat itu. Di sudut barat kompleks tampak sebuah kuil kecil bernama Hazara Rama yang didedikasikan untuk Vishnu dalam wujud Rama. Kuil ini terkenal dengan pahatan seribu wajah Rama di dindingnya. Langkah saya memasuki Lotus Mahal terhenti saat saya melihat struktur bangunan ini yang mengingatkan saya dengan bangunan Islam. Struktur ini merupakan perpaduan arsitektur India dan Islam dan dibangun di atas batu Adhisthana. Kubahnya didukung oleh 24 buah pilar dan bagian interiornya amat sederhana. Kubahnya tampak simetris dengan ukiran bermotif bunga. Keluar dari bangunan ini, kita memasuki wilayah elephant stables yang berbentuk memanjang dan memiliki 11 pintu dengan didominasi kubah berbentuk bundar dan memiliki pahatan lotus.

Sambil berjalan kembali ke hotel, saya menyempatkan diri mengunjungi patung Lakshmi-Narasimha yang merupakan bangunan monolitik setinggi tujuh meter yang sangat memukau siapapun yang melihatnya. Patung ini memahat sebuah ikon yang disebut Narasimha yang bertangan empat walau keempat tangannya tampak hancur. Di belakangnya tampak sosok Sesha, sebuah naga berkepala tujuh. Awalnya, sebuah pahatan Lakshmi terdapat di pangkuan paha kiri Narasimha ini. Sebuah lingga yang cukup besar terletak tak jauh dari patung ini yang dasarnya diliputi air. Narasimha sendiri merupakan avatar ke-empat dari Vishnu. Digambarkan sebagai sosok setengah manusia dan setengah singa yang memiliki cakar. Dikenal sebagai pelindung terkuat bagi para pemujanya. Narasimha merupakan perlambang keberadaan Tuhan dimanapun dalam situasi seperti apapun. Salah seorang teman saya dari daerah selatan yang menyembahnya mengungkapkan begitu banyak kuil di wilayah Andhra Pradesh yang diperuntukkan untuk dewa ini.
Petualangan saya di Hampi ditutup dengan kunjungan saya ke sebuah kuil Vishnu di Malyavanta Hill dan Pattabhirama. Sedemikian banyak reruntuhan dan kuil di Hampi, hingga sulit saya tuangkan semuanya dalam bentuk tulisan. Hampi ini merupakan salah satu tempat terbaik di India yang patut dikunjungi siapapun, sebuah surga bagi para pemuja bangunan bersejarah ataupun bagi seorang penjelajah seperti saya. Tulisan saya hanyalah penggambaran secara luas tentang tempat ini. Hampi adalah sebuah tempat dimana setiap bebatuan dan reruntuhan di dalamnya berbicara dalam kesunyian dan untuk itu mereka tidak memerlukan sebuah pengakuan.
  • Disunting oleh SA 18/07/2013



No comments:

Post a Comment