Katakepo.blogspot.com - JAKARTA,Banyaknya pusat perbelanjaan
modern seperti mal di Jakarta amat disayangkan oleh Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo. Menurut dia, jumlah pusat perbelanjaan di Jakarta paling
banyak dibandingkan kota besar lainnya di dunia.
Jokowi
mengatakan, pertumbuhan ekonomi suatu kota tidak hanya didasarkan pada
konsumerisme, tetapi juga pada pembangunan sosial dan budaya.
"Kita
ini punya 173 mal, paling banyak sedunia. Sekarang sudah saya stop.
Harus ada sisi sosial, budaya, dan religi yang dibangun. Tidak ekonomi
melulu," ujarnya saat kuliah umum di PTIQ, Lebak Bulus, Jakarta Selatan,
Senin (16/9/2013).
Jokowi melanjutkan, pembangunan pusat
perbelanjaan memiliki dampak negatif bagi perekonomian suatu kota.
Pembangunan merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi, tetapi
akibatnya membuat perilaku hedonisme dan konsumerisme.
Jokowi
mencontohkan, jika berbelanja di mal, kurang ada ruang interaksi antara
penjual dan pembeli. Jika ada, suasananya pun berbeda dibandingkan
dengan berbelanja di pasar tradisional.
Oleh sebab itu, Jokowi
merencanakan membangun pasar tradisional dengan sedikit sentuhan modern
tanpa mengurangi esensi pasar tradisional. "Kalau di pasar, kan ada
tawar-menawar. Ada silaturahim di situ. Itu budaya kita. Jangan semuanya
diberikan ke yang besar (mal), lalu yang kecil-kecil (pasar
tradisional) dikasih apa?" ujar dia.
Atas dasar itulah program
penataan pasar tradisional menjadi salah satu program unggulannya.
Beberapa pasar yang telah ditata adalah Pasar Tanah Abang, Pasar Minggu,
dan Pasar Jatinegara, meski pasar tersebut masih dalam proses penataan.
Adapun pasar yang akan ditata ialah Pasar Manggis, Pasar Pesanggrahan,
Pasar Kampung Duri, Pasar Kebon Bawang, dan Pasar Nangka.
No comments:
Post a Comment