Katakepo.blogspot.com - Bulan-bulan ini, di berbagai pembicaraan sosial media banyak diwarnai
bahasa ala Vicky Prasetyo. Lelaki yang trendi dan melesat namanya
namanya gara-gara memakai bahasa sesuai caranya sendiri, yang mungkin
salah dan tak sesuai kaidah bahasa yang semestinya, sukses menggaet
banyak artis penyanyi dangdut.
Dia ngetop karena banyak sebab
antara lain, tersangka kasus penipuan, kemudian diputus cintanya oleh
tunangannya yakni Zaskia Gotik (goyang itik). Kabar selanjutnya,
ternyata orang yang merasa sudah pernah dipacari Vicky lebih dari 5
cewek, dan rata-rata mereka penyanyi dangdut yang lumayan terkenal di
layar kaca.
Dalam hari-hari minggu pertama bulan September,
setiap komentar di social media, baik itu FB atau Twitter, banyak
memakai kalimat dari kata-kata Vicky. Antara lain soal 'labil ekonomi',
'29 my age', 'konspirasi kemakmuran', 'kontroversi hati', 'statusisasi',
'mempertakut', dan sebagainya.
Saat ini, meski mungkin era
berbahasa Indonesia yang baik dan benar model JS Badudu sudah kalah sama
bahasa alay, tapi masyarakat tetap saja bingung dan menyalahkan pilihan
kata-kata Vicky tersebut. Bagi kalangan yang faham akan salah total.
Namun, bagi kalangan tertentu bisa jadi menjadikan posisi Vicky seolah
orang pinter dari planet tertentu yang dikirim ke komunitas penyanyi
dangdut. Seperti pengakuan Zaskia bahwa dia tidak selesai sampai sekolah
menengah, sehingga berkesimpulan orang ini intelek dan pintar. Semakin
canggih dan sulit difahami kata-katanya, semakin hebat dan dikagumilah
dia.
Tentu kita tidak bicara salah dan benar. Dalam konteks
"marketing diri", Vicky bisa jadi berhasil. Paling tidak, dia bisa
membuat branding dirinya sedemikian rupa, sehingga dia memiliki
perbedaan dibanding cowok kebanyakan lainnya. Dia memiliki differensiasi
dalam hal memasarkan dirinya. Dalam konteks marketing, differensiasi
ini penting untuk mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga terjadi
eye ball -- pemusatan perhatian -- ke dirinya (Vicky).
Mungkin
orang bisa mengolok, tapi dia telah berhasil dalam satu hal. Setelah
mengetahui ciri dan kekhasan yang bisa jadi sengaja dilakukan, maka dia
mencari pasar yang jelas. Bila pasar itu adalah orang-orang
berpendidikan, maka pasti bukan bagian dari sasaran tembaknya. Untuk
itu, dia mencari segment yang jelas: orang yang pendidikannya di bawah
rata-rata -- kalau tak bisa dibilang rendah.
Segmentasi pasar
adalah strategi pemasaran yang membagi target pasar. Dari kumpulan
konsumen dengan kebutuhan umum ke yang khusus. Kemudian dipilihlah
strategi yang tepat untuk menargetkan kebutuhan konsumen (customer) yang
khusus pula. Dari banyak pilihan pasar, dipilih bagian tertentu yang
khas, dengan menggunakan media atau langsung yang memungkinkan untuk
menjangkau mereka. Dalam hal ini bahasa mbulet yang terkesan intelek.
Segmentasi
yang dilakukan Vicky itu tepat sasaran, terbukti banyak perempuan
cantik bersuara merdu -- meski dengan pendidikan pas-pasan --
termehek-mehek oleh rayuannya. Andaikan rayuan bahasa "inteleknya"
sebagai amunisi jitu, dia telah menembak di segment yang tepat. Rayuan
itu kalau ditembakkan misalnya ke Maudy Ayunda atau Raisa yang cantik
dan pinter, tentu tidak mempan. Bisa-bisa dia akan ditinggalkan begitu
saja dan dianggap aneh. Kecuali punya jurus tambahan lain.
Jadi,
bila Anda ingin membuka usaha dan menawarkan jasa atau barang, bisa
belajar dari kasus Vicky. Paling tidak, buatlah produk Anda memiliki
differensiasi agar mendapatkan perhatian khusus dibanding produk pihak
lain. Kemudian, setelah Anda memastikan memiliki kekhususan, masih ada
pekerjaan rumah yang lain, yakni pasarnya harus jelas. Kalau Anda
menjangkau pasar yang sangat luas, terlalu berat karena kemajemukannya.
Bila Anda bisa menemukan pasar yang segmented, yang memiliki kekhususan,
maka bisa dilakukan untuk melakukan serangan yang tepat sasaran.
Pelajaran
ini, bukan konspirasi kemakmuran tapi bisa membantu labil ekonomi Anda
menjadi stabil! Anda tertarik? Semoga ini tak membuat statusisasi Anda
makin mempertakut tapi makin berani berusaha karena kejelian menangkap
pasar segmented (niche market).
*) Penulis adalah penggerak KlikIndonesia, Sekjen APJII, dan COO.
No comments:
Post a Comment