Katakepo.blogspot.com - Ekspresi seksual merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan
telah menjadi fitrah bagi manusia sebagai makhluk biologis. Tetapi, jika
ekspresi atau dorongan itu begitu kuat dan sering kali seks menjadi
lebih dominan ketimbang kesehatan, pekerjaan, atau hubungan sehingga
kehidupan Anda menjadi terganggu, mungkin saja Anda mengalami perilaku
seks kompulsif (compulsive sexual behaviour/CSB).
Dalam istilah medis, perilaku seks kompulsif juga sering disebut hiperseks, nymphomania,
atau erotomania. Ada juga yang menyebut kecanduan seks atau maniak
seks. Tetapi dua istilah terakhir ini biasanya berkaitan atau merujuk
pada tingginya aktivitas seksual bersamaan dengan penggunaan alkohol,
narkoba, atau perjudian.
Menurut penjelasan dalam situs Mayo
Clinic, perilaku seks kompulsif secara umum dipertimbangkan sebagai
suatu kelainan yang dialami seseorang dalam mengendalikan impuls atau
dorongan seks.
Akibat kelainan ini, seseorang tak mampu menolak godaan atau dorongan
melakukan suatu tindakan yang merugikan diri sendiri ataupun orang
lain. Pada kelainan seks ini, perilaku normal yang seharusnya
menyenangkan dapat berubah menjadi kebiasaan yang ekstrem.
Apa
pun itu istilahnya, perilaku seks kompulsif adalah masalah serius yang
dapat mengganggu kehidupan seseorang dan bahkan mengancam kesehatan.
Tetapi dengan pengobatan dan program-program bantuan, CSB sebenarnya
dapat dikendalikan sehingga seseorang dapat membangun kehidupan seks
yang lebih sehat.
Kenali gejalanya
Gejala CSB sangat bervariasi, baik dari jenis maupun tingkat
keparahannya. Dorongan untuk tenggelam dalam perilaku kompulsif ini bisa
bersifat kronis dan kuat, dan mungkin akan terasa di luar kendali.
Secara umum, gejala perilaku seks kompulsif dapat dikenali dari
pola-pola perilaku berikut ini:
* Memiliki banyak pasangan seks atau affair di luar perkawinan yang sah.
* Berhubungan seks dengan pasangan baru yang belum dikenal atau jasa prostitusi
* Menghindari keterlibatan emosional dalam hubungan seksual
* Menggunakan layanan komersial yang mengumbar seksualitas lewat telepon atau internet
* Masturbasi dengan frekuensi sangat sering.
* Sering kali melihat atau menggunakan materi-materi pornografi.
* Melakukan hubungan seks bersifat masokisme dan sadisme.
* Mengekspos atau memamerkan seksualitas kepada umum (ekshibisionisme)
Orang
yang mengalami CSB sering kali menggunakan seks sebagai pelarian dari
masalah lain, seperti kesepian, depresi, kecemasan atau stres. Ia juga
akan membiarkan dirinya terlibat perilaku seks berisiko meski sadar akan
konsekuensinya seperti gangguan jantung, penyakit menular seksual, atau
hilangnya hubungan dengan orang yang dicintai.
Pria dan wanita
yang mengalami CSB mungkin saja telah menikah atau sedang dalam hubungan
serius. Mereka tampaknya hidup normal, tetapi sebenarnya tidak.
Kenyataannya, mereka sering kali kesulitan menciptakan dan
mempertahankan keintiman secara emosional. Mereka lalu mencari kepuasan
melalui perilaku seks, tetapi pemenuhan kebutuhan itu cenderung tidak
tercapai sehingga kehidupan mereka menjadi terasa hampa. CSB juga dapat
dialami siapa saja tanpa memedulikan preferensi seksual, baik
heteroseks, homoseks, ataupun biseks.
Penyebab
Sejauh ini, para ahli belum dapat memastikan apa penyebab timbulnya
CSB. Penelitian ilmiah mengenai kecanduan seks ini masih terbilang baru,
dan para ahli masih menyelidiki kemungkinan beberapa penyebabnya antara
lain :
* Abnormalitas otak. Penyakit atau kondisi medis tertentu
kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan pada bagian otak yang
memengaruhi perilaku seksual. Penyakit seperti multiple sclerosis,
epilepsi, dan demensia juga berkaitan dengan CSB. Selain itu, pengobatan
penyakit parkinson dengan dopamine diduga dapat memicu perilaku CSB.
*
Senyawa kimia otak. Senyawa kimia pembawa pesan antarsel otak
(neurotransmiter) seperti serotonin, dopamin, norepinephrine, dan zat
kimia alami lain dalam otak berperan penting bagi fungsi seksual dan
mungkin juga berkaitan dengan CSB meski belum jelas mekanismenya.
*
Androgen. Hormon seks ini secara alami terdapat pada pria dan wanita.
Walaupun androgen juga memiliki peran yang sangat penting dalam memicu
hasrat atau dorongan seks, belum jelas apakah hormon ini berkaitan
langsung dengan CSB.
* Perubahan sirkuit otak. Beberapa ahli
membuat teori bahwa CSB adalah sebuah jenis kecanduan yang seiring waktu
menimbulkan perubahan para sirkuit syaraf otak. Sirkuit ini merupakan
jaringan syaraf yang menjadi sarana komunikasi antara satu sel dan sel
lain dalam otak. Perubahan ini dapat menimbulkan reaksi psikologis
menyenangkan saat terlibat dalam perilaku seks dan reaksi tidak
menyenangkan ketika perilaku itu berhenti.
No comments:
Post a Comment