Katakepo.blogspot.com - Warga Jalan Haji Joko I, Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan,
digegerkan dengan air sumur yang berubah warna menjadi merah delima
mirip minuman soft drink, Senin (3/9) kemarin. Air sumur yang berubah
warna itu milik Sugianto (71).
Pakar air dari Universitas
Indonesia (UI) Firdaus Ali menjelaskan, kasus dan gegernya sumur warga
berubah warna menjadi merah atau warna lainnya adalah bukan kasus baru.
Menurut analisa dia, ada beberapa sebab yang membuat sumur milik
Sugianto berubah warna.
"Ini bukan kasus yang pertama. Banyak
kejadian sumur warga yang terkontaminasi karena di bawah tanah ada
patahan bawah tanah, apalagi lokasi kejadian dekat pompa bensin. Kalau
kejadian itu berada di kawasan industri rumah tangga, limbahnya bisa
masuk ke sumur warga. Kejadian seperti itu sudah berkali-kali, sumber
air bersih di Jakarta masih sangat minim," jelas Firdaus saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Senin (2/9).
Doktor
atau pakar air lulusan University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat
ini berpendapat, paling tidak ada tiga hal yang menyebabkan sumur
Sugiarto berubah warna menjadi merah delima. Pertama, banyak sumur-sumur
di Jakarta memiliki desain yang kurang pas dan jauh dari standar,
apalagi sumur-sumur tua orang-orang zaman dulu, sehingga menyebabkan
sumur dapat mudah terkontaminasi dari luar.
Kedua, lanjut
Firdaus, adanya industri-industri yang berada di pemukiman warga, yang
membuang limbahnya ke dalam tanah. Tanpa sadar dan tanpa peduli, limbah
tersebut mencemari sumber air warga lainnya, yakni seperti sumur milik
Sugiarto tersebut.
"Ketiga, bisa jadi karena adanya tangki-tangki
bahan kimia yang berada di dalam tanah dan kemungkinan besar mengalami
kebocoran karena korosit," jelas Firdaus.
Korosit atau korosif
merupakan sifat suatu subtansi yang dapat menyebabkan benda lain hancur
atau memperoleh dampak negatif. Korosif dapat menyebabkan kerusakan pada
mata, kulit, sistem pernapasan, dan banyak gangguan lainnya.
"Oleh
karena itu, Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta
Selatan harus segera mengambil sampel dan segera dicek di laboratorium.
Paling lambat dua hari, dan untuk sementara warga jangan sampai
mengonsumsi sebagai sumber air bersih," kata Firdaus.
"Kemudian
lurah dan camat bisa meminta PAM JAYA berhak meminta tangki untuk
persediaan air bersih untuk wilayah sana. Hingga selesai dilakukan
investigasi akan hal itu. Warga diminta untuk tidak minum air tersebut
sebelum hasil laboratorium selesai dikeluarkan," tandasnya.
Diberitakan
sebelumnya, belasan warga mengambil air berwarna merah yang keluar dari
sumber air di rumah Sugiyanto (71) di Jalan Haji Joko I, Lenteng Agung,
Jakarta Selatan, Senin (2/9). Warga mengaku merasakan khasiat minum air
merah dari rumah Sugiyanto tersebut.
Salah satu warga Lenteng
Agung, Maryam (48) mengaku sudah minum air merah yang keluar dari sumber
air di rumah Sugiyanto. Dia minum air itu dengan harapan bisa
menyembuhkan penyakit. "Saya kebetulan punya penyakit darah rendah,
pusing, demam. Saya sudah minum dan merasa lebih baik," kata Maryam
ditemui merdeka.com di Lenteng Agung, Senin (2/9).
Warga
lainnya bernama Dedi (42) mengaku langsung minum air merah yang
menghebohkan itu tanpa dimasak. "Segar mas. Rasanya jadi lebih segar,"
kata Dedi.
No comments:
Post a Comment