Katakepo.blogspot.com - Tak ada orangtua yang ingin anak perempuannya kehilangan keperawanan
sebelum menikah. Hanya saja, kurangnya pengawasan orangtua, pergaulan
bebas, dan juga rasa ingin tahu remaja yang sangat besar tentang seks
membuat remaja sering kali terjebak dalam kasus seks pra-nikah.
"Apa
pun alasannya, seks sebelum menikah itu tetap salah. Namun, orangtua
sebaiknya tidak langsung menyalahkan dan menuding si anak. Apalagi jika
ternyata si anak menjadi korban perkosaan," jelas psikolog Anna Surti
Ariani saat dihubungi KompasFemale beberapa waktu lalu.
Ketika mengetahui bahwa si anak sudah tak perawan
dan hamil di luar nikah (dengan berbagai alasan), psikolog yang disapa
Nina ini menyarankan agar para orangtua sebaiknya menenangkan diri
terlebih dulu. Dalam kasus ini, orangtua juga harus tahu bahwa bukan
hanya mereka yang shock, tapi juga si anak. "Butuh keberanian
ekstra dalam diri anak untuk mengakui hal ini kepada orangtuanya.
Makanya saat anak sudah berani mengaku dan langsung dimarahi
habis-habisan, ia akan jadi depresi. Orangtua harus tetap menjaga
kondisi psikologis anaknya," tambahnya.
Nina menambahkan bahwa
salah satu jalan keluar yang ditawarkan orangtua untuk menghadapi
masalah ini adalah dengan menikahkan dengan pria yang menghamili si
anak. Hanya saja, benarkah ini jalan terbaik dan satu-satunya?
Sebenarnya,
menikahkan kedua remaja ini bukan solusi satu-satunya untuk
menghindarkan aib. Jika pernikahan ini terjadi atas keinginan anak untuk
mempertanggungjawabkan perbuatan dan atas kesadarannya sendiri, mungkin
saja tidak jadi masalah. Sayangnya, sebagian besar pernikahan ini
terjadi karena adanya paksaan dari pihak keluarga. Padahal, pernikahan
terpaksa ini bisa membuat anak jauh lebih depresi lagi.
Nina
mengungkapkan bahwa orangtua harusnya lebih sadar akan dampak pernikahan
paksa ini. Sebagai orangtua, Anda juga harus memikirkan kebahagiaan
kehidupan pernikahan anak nantinya.
Lebih lanjut, ia mengatakan
bahwa perilaku seks di luar nikah ini secara tak langsung menandakan
bahwa orang tersebut adalah sosok yang tidak sabaran (karena tak bisa
menahan keinginan seks). Ketidaksabaran untuk menahan keinginan bercinta
ini adalah salah satu dari masalah yang mungkin dihadapi dalam hidup,
lantas bagaimana ketika dia harus menghadapi masalah yang lainnya?
bisa-bisa masalahnya jadi lebih parah.
"Pikirkan juga, apakah
rela kalau anak Anda menikah dengan orang yang tidak baik dan tidak
sabaran? Apa jadinya nanti kehidupan pernikahan mereka? Malah jadi
timbul masalah baru kan," katanya.
Selain aib, pernikahan ini
dilakukan dengan alasan takut si anak "tak laku" lagi. Menyikapi hal
ini, Nina mengatakan bahwa tidak semua laki-laki punya prinsip hanya mau
menikahi perawan. Menurutnya, masih ada kok pria baik-baik
yang mau menikahi perempuan yang sudah tak perawan, asalkan dari awal
sudah ada kejujuran dari kedua belah pihak.
Dibanding menikah
paksa, Nina menyarankan untuk memberikan si anak waktu tenang untuk
berpikir langkah selanjutnya. Selain itu, ada baiknya juga orangtua
turut ambil bagian dalam menentukan pergaulan anak, ajak anak bergaul di
komunitas baru, dan yang paling penting adalah memberi pendidikan seks
yang tepat agar kejadian ini tak terulang lagi. Jika sampai hamil, tak
salah kalau tetap mempertahankan kehamilan ini sampai bayi lahir.
Setelah lahir, bayi bisa saja diasuh oleh keluarga yang tidak punya
anak.
"Yang terpenting adalah ajak anak untuk berpikir dan
diskusi tentang langkah yang diambil serta membuat kedua belah pihaknya
nyaman," sarannya.
No comments:
Post a Comment