Katakepo.blogspot.com - Pertempuran antara pasukan pemerintah dengan kelompok pemberontak
muslim, yang menyandera lebih dari seratus orang, di Kota Zamboanga,
sebelah selatan Filipina, terus berlanjut.
Para penduduk kemarin diungsikan di saat pasukan pemerintah berusaha
untuk menghalau kelompok pemberontak dari wilayah kota. Pertempuran itu
menyebabkan beberapa rumah terbakar, seperti dilansir stasiun televisi
Aljazeera, Jumat (13/9).
Sekelompok orang bersenjata tak dikenal melancarkan sebuah serangan
terpisah di sebuah kota di Pulau Basilan, seperti dilaporkan media
lokal.
Pemerintah Filipina telah memperingatkan pemberontak muslim
agarsecepatnyamengakhiri kebuntuan secara damai.Juru bicara
kepresidenan, Edwin Lacierda, kemarin mengatakan setiap upaya dari
kelompok lain ingin menabur kesulitan juga akan dihancurkan.
"Selagi pemerintah mengupayakan semua jalan untuk resolusi damai
terkait situasi ini, mereka yang menentang pemerintah seharusnya tahu
bahwa negara tidak akan ragu mengerahkan pasukan," kata Lacierda.
"Sudah waktunya bagi Anda untuk bekerja sama dalam mengatasi situasi ini dengan damai secepat mungkin," lanjut dia.
Front Pembebasan Bangsa Moro (MNLF) menandatangani persetujuan damai
pada 1996 dengan pemerintah. Tetapi banyak pejuang yang memegang senjata
menuduh pejabat pemerintah mengingkari janji untuk mengembangkan daerah
otonom bagi warga minoritas muslim di selatan negara yang mayoritas
dihuni umat Katolik itu.
Kelompok itu mengatakan mereka telah diabaikan dari negosiasi
pemerintah dengan kelompok pejuang lainnya, Front Pembebasan Islam Moro
(MILF), yang memisahkan diri dari MNLF pada awal tahun 1980-an.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa
menyampaikan keprihatinan pemerintah Indonesia atas apa yang terjadi di
Filipina.
Sebagai negara tetangga dan sebagai fasilitator tercapainya
Perjanjian Damai 1996 antara pemerintah Filipina dan Front Pembebasan
Bangsa Moro (MNLF), Indonesia mengimbau semua pihak yang terkait untuk
menahan diri dan memastikan keselamatan serta keamanan warga sipil, ucap
Marty. Solusi damai adalah satu-satunya pilihan yang harus ditempuh
kedua pihak."
Indonesia menekankan upaya mencari solusi damai diharapkan tetap
dilandaskan pada kesepakatan yang telah dicapai kedua pihak sebagaimana
tertuang dalam Perjanjian Damai 1996.
Kesepakatan 1996 yang komprehensif itu merupakan landasan bagi
penyelesaian permasalahan di selatan Filipina yang adil, menyeluruh, dan
berkelanjutan," lanjut dia. Pemerintah Indonesia senantiasa siap, atas
permintaan pihak terkait, untuk turut berkontribusi secara tepat bagi
pemulihan kondisi di bagian selatan Filipina."
No comments:
Post a Comment