Katakepo.blogspot.com - Max Chafin dan sekelompok wartawan lainnya dari Fast Company menulis sebuah ebook yang disebut Design Crazy.
Tulisan
itu adalah sejarah Apple, terdiri dari hampir keseluruhan kutipan yang
dirangkai bersama-sama dari mantan karyawan Apple dan sumber dari dalam
lainnya.
Anda dapat mendapatkan buku tersebut dari iTunes atau berlangganan dari Byliner dan membacanya di sana.
Jika
Anda berminat mengetahui sejarah perusahaan-perusahaan teknologi
tersebut, Anda tidak akan rugi karena harus mengeluarkan uang dan waktu
berjam-jam Anda untuk membacanya.
Salah satu bagian dari buku itu
yang layak untuk dibaca adalah bagian mengenai periode gelap dari
sejarah Apple, saat setelah Steve Jobs dipecat dan sebelum ia kembali ke
perusahaan tersebut.
Beberapa sumber Chafin menggambarkan sebuah
perusahaan yang membuat serangkaian kesalahan. Di bawah ini adalah
beberapa gambaran tersebut, dan beberapa kutipan dari sejumlah sumber
menjelaskan alasan kesalahan-kesalahan tersebut dibuat, dan bagaimana
hal tersebut begitu berdampak:
• Apple akan memamerkan produk
mereka sebelum produk-produk tersebut benar-benar selesai dibuat. “(CEO
Apple saat itu, John) Sculley membuat demo di CES (Consumer Electronics
Show) dengan perangkat tersebut ditambatkan ke sebuah llfx, sebuah Mac
yang berukuran sebesar koper. Itu adalah cara Apple untuk mengaktifkan
perangkatnya. Menjadi sesuatu yang rahasia, namun begitu mereka bisa
membuat barang yang bekerja, atau nyaris bekerja, mereka menunjukkannya
kepada semua orang. Kemudian, selama dua tahun Anda akan mendengarkan
orang-orang bertanya mengenai keberadaan perangkat itu.”
•
Apple akan membuat begitu banyak jenis produk yang berbeda. “Kami adalah
perusahaan kecil yang berupaya merebut perhatian dunia, dan untuk itu
kami berupaya berpartisipasi di tempat mana pun kami bisa. Kami memiliki
tiga koleksi desktop, dua koleksi notebook, tiga koleksi printer.
Layar. Keyboard. Kami tidak dapat mengembangkan semua produk tersebut
menjadi produk-produk yang luar biasa canggih. Ada banyak tekanan untuk
memangkas biaya, dan untuk mengurangi waktu untuk pasar. Ini benar-benar
menjadi perjuangan yang sulit.
• Manajemen cenderung memilih
pemangkasan biaya pada mahalnya desain produk yang baik. “Kami
mengerjakan banyak konsep yang keren. Tapi tetap saja, di bawah (CEO
saat itu) Gil Amelio, desain tidak berarti apa apa. Anda merancang
produk, dan pemasaran akan mengatakan, “Baiklah, kami hanya akan
memberimu 15 dolar (sekitar Rp169.653) untuk membuat ini, dan padahal
proyek ini akan butuh biaya 20 dolar (sekitar Rp226.204), jadi kami
hanya meniru komputer Dell atau printer Canon.” Kami adalah perusahaan
yang berorientasi pada pemasaran yang tidak fokus pada desain atau
menghasilkan sebuah produk. Kami hanya menjadi perusahaan PC seperti
lainnya.”
• Apple tidak bisa menghasilkan produk besar. “Ada
sebuah proyek rahasia bernama Copland, yang seharusnya menjadi sistem
operasi generasi mendatang Apple. Proyek itu kemungkinan menjadi salah
salah satu proyek terburuk yang dikelola Apple. Tenggat semakin dekat.
Setelah beberapa tahun setelah itu. Jelas bahwa proyek itu tidak pernah
berhasil.
• Saingan yang dianggap remeh melemahkan Apple. Chafrin menulis: “Beberapa hal bahkan lebih buruk dalam divisi software.
Microsoft
Windows, yang pernah dipandang sebagai peniru yang murahan, mengambil
alih pasar PC. Ketimbang fokus membuat sistem operasi generasi mendatang
- dan menangani akar masalah besar perusahaan - sejumlah eksekutif
Apple berupaya meningkatkan pangsa pasar (dan menjaga agar para
pengembang sofware agar tidak pindah ke perusahaan lain) dengan
melisensi Mac OS untuk beberapa perusahaan-perusahaan hardware. Salah
satu orang yang diberi lisensi tersebut, CEO Power Computing, Stephen
Kahng, berjanji untuk “mengubah nikel menjadi sen.”Komputer klone dengan
biaya rendah ini dipasarkan di bawah merek-merek seperti SuperMac,
Genesis, dan Power Computing, kemungkinan sedikit membantu saham pasar
sistem operasi Apple, namun lebih lanjut perangkat tersebut semakin
mengikiskan merek perusahaan itu. Penjualan Mac menurun.”
No comments:
Post a Comment