Katakepo.blogspot.com - Dunia fashion tidak pernah sepi dari kisah-kisah horor yang
secara nyata dialami para model. Profesi yang menuntut kesempurnaan
fisik ini seperti belati yang siap menikam dan menjatuhkan banyak
korban.
Banyak suara sepihak menghakimi profesi sebagai seorang model. Lewat
dangkalnya pikiran, mereka menghujat para perempuan (nyaris) sempurna
itu sebagai sosok yang bodoh dan hanya mengandalkan keindahan tubuh
untuk meraup uang. Padahal, setelah tirai pentas peraga diturunkan,
lampu sorot dimatikan, dan busana-busana menawan ditanggalkan, tergurat
penderitaan pilu yang setiap hari ditelan oleh sebagian besar model
perempuan.
Salah satunya adalah Georgina Wilkin, 23 tahun, kelahiran Inggris.
Wilkin mengungkapkan bagaimana kejamnya persaingan dunia modeling, yang
tanpa iba terus memaksanya untuk lagi dan lagi menurunkan berat
badannya, tidak hingga langsing, tapi sampai kurus kering.
Melalui laman The Telegraph, Wilkin mengatakan, “Yang saya
dapatkan dari bekerja sebagai model hanyalah, tiga tahun kerja keras dan
menderita anoreksia selama 8 tahun."
Wilkin mengawali karier sebagai model saat ia masih sangat belia, yakni usia 15 tahun. Pada sesi casting
perdana, tanpa malu-malu sang Casting Director mengatakan bahwa ia
terlalu berisi untuk menjadi model. Padahal, saat itu tubuh Wilkin jika
dibandingkan remaja sebayanya, termasuk kategori kurus!
Demi meraih cita-citanya, Wilkin menuruti keinginan pasar tersebut, dan mulai bergerilya dari casting ke casting,
berjuang melalui penolakan ke penolakan lainnya. Kala itu, ia sudah
benar-benar mengurangi asupan makanannya, dan telah menurunkan berat
badan di bawah angka normal. Namun, bagi dunia fashion, cerminan sempurna adalah tubuh bertulang, bukan tubuh yang sehat.
Secara tidak sadar, kenyataan pahit ini membuat Wilkin membiarkan
perutnya lapar setiap hari, sampai akhrinya tidak lagi merasakan
keinginan untuk makan. “Menu sarapanku adalah suplemen kafein. Pada saat
istirahat makan siang, saya bersembunyi di perpustakaan sekolah agar
tidak tergoda untuk makan. Lalu, saya tidak tidur berhari-hari. Ini
strategi paling efektif untuk menurunkan berat badan secara drastis,"
tutur Wilkin.
Merasa sendiri dan putus asa, tanpa menunggu lama, rasa depresi pun berujung pada gangguan aneroksia!
Ganjilnya, saat Wilkin mengalami gangguan makan akut, pihak agensi
justru memujinya terlihat cantik dan hebat. Padahal saat itu, perutnya
kosong selama 48 jam. “Satu ketika, aku harus dirawat di rumah sakit,
aku merasa lemah dan benar-benar tidak bertenaga. Tetapi, aku tidak
sempat beristirahat, karena Prada menginginkanku melenggang pada fashion show mereka.”
Wilkin mengisahkan bahwa proses casting adalah momen yang
paling sadis. Casting Directors meminta para model berbaris, tanpa
busana, hanya pakaian dalam bertali tipis, kemudian mereka memandangi
model satu per satu. Lalu, dengan jari menunjuk, mereka berjalan sembari
berucap “yes", “no", “yes”, “no”. "Dan dulu, sebelum menderita
aneroksia, kata 'no' itu sering ditujukan pada wajahku,” beber Wilkin.
Manajer, agensi model, dan mereka yang berkecimpung dalam industri fashion
terus memberikan semangat kepadanya, untuk lagi dan lagi mengurangi
berat badan. Ironisnya, saat Wilkin positif menderita aneroksia, mereka
memalingkan muka, seolah tidak pernah mengenalnya sama sekali.
“Bibir dan seluruh jariku berubah biru. Karena terlampau kurus,
jantungku sulit memompa darah ke seluruh tubuh. Kalian tahu apa yang
mereka lakukan? Bukannya membawaku ke dokter, mereka malah menutupi
kulitku yang biru itu dengan make-up dan concealer," rintihnya pada Daily Mail. Menurut Wilkin, sekarang ia masih sering melihat tubuh kebiruan tersebut pada model-model muda di panggung peraga.
Hal yang paling tragis lainnya lagi, masih menurut Wilkin, banyak
model yang memilih mengunyah tisu dan kapas untuk mengisi perut agar
terasa kenyang. Mengapa tisu dan kapas? Karena tidak mengandung kalori
atau lemak.
Ditempa dengan rangkaian tragedi berisiko kematian, Wilkin akhirnya
mengambil keputusan. Ia memilih ingin hidup lebih lama. Gaya hidup
ekstrem ini harus berakhir meskipun harus mengorbankan profesi yang
telah susah payah ia rintis dari remaja. Dengan pergulatan yang tidak
mudah, akhirnya Wilkin berhasil menarik dirinya dari dunia yang
menawarkan kemewahan tersebut.
Proses pemulihan aneroksia ini diakuinya tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Kini, Wilkin bekerja sebagai Head Division perusahaan
properti di London. Ia mengaku perjuangannya menaklukkan aneroksia tidak
akan pernah berhenti. Bahkan sampai hari ini, ia mengaku terkadang
godaan untuk menahan lapar dan perasaan bersalah sesudah makan masih ia
rasakan dari waktu ke waktu.
Namun, perjuangan terasa lebih mudah sekarang, sebab ia berada di
tempat yang lebih baik, di mana tak ada jari yang menunjuknya sembari
mengatakan bahwa tubuhnya kurang kurus.
Agar masa suram yang ia lewati tidak dialami oleh para perempuan
remaja lainnya, Wilkin melibatkan diri sebagai seorang aktivis yang
menentang tuntutan rumah mode bahwa model profesional harus memiliki
ukuran baju di angka nol tanpa peduli apakah diet yang dijalani sehat
atau mematikan.
No comments:
Post a Comment