Katakepo.blogspot.com - Indonesia saat ini menjadi salah satu negara yang memiliki
pertumbuhan ekonomi tertinggi. Namun, bukan rahasia umum lagi, jika
dampak dari pertumbuhan ini tidak banyak terasa di seluruh masyarakat.
Penyebabnya tak lain ialah belum meratanya pertumbuhan.
Tidak meratanya pertumbuhan khususnya untuk daerah terpencil dan
pedalaman dikarenakan belum didukung oleh sarana dan prasarana
infrastruktur yang mumpuni. Pemerintah berkilah kurangnya pendanaan
untuk sektor infrastruktur menjadi penyebabnya.
Atas masalah ini maka Indonesia Maritime Institute (IMI) meluncurkan
karyanya yakni perahu terbang. Karya yang disebut-sebut pertama di
Indonesia ini dipercaya menjadi jawaban atas masalah keterhubungan yang
tidak bisa dilakukan oleh infrastruktur fisik di darat.
Direktur Jenderal KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan Sudirman
Saad mengatakan kendaraan buatan anak negeri itu bisa digunakan sebagai
alat transportasi antarpulau terpencil di Tanah Air. Biaya yang
dikeluarkan untuk pembelian moda transportasi ini juga disebut lebih
murah dibandingkan di negara lain.
"Kita harga Rp 1,5 miliar cukup terjangkau, padahal kapal seperti ini
di Korea dijual Rp 15 miliar tapi dengan spek-spek berbeda," ujarnya.
Kapal ini, menurut Sudirman, sangat cocok untuk moda transportasi di
Indonesia karena kondisi geografisnya yang kepulauan. Moda transportasi
ini bisa menyatukan pulau-pulau terluar dan terpencil di seluruh
Indonesia.
"Kapal ini bagus dan saya sangat terinspirasi. Kita harus mendukung
pengembangan kelautan. Karya anak bangsa ini bisa penyokong pembangunan
daerah terpencil karena kita tidak ingin pembangunan terjadi di darat
saja," katanya.
Dewan Pakar IMI Erid Rizky mengatakan pihaknya tengah mengurus izin
kendaraan yang bisa melayang setinggi 150 meter diatas permukaan laut
itu di Kementerian Perhubungan.
Perahu terbang ini menggunakan teknologi ground effect vehicles OS,
sehingga bisa terbang selama empat jam nonstop. "Ini harus dibuat
prototipe dahulu, itu yang penting. Kemudian diuji dalam rentang 300
kilometer, selama 50 jam. Jadi dengan ini bisa sampai ke Singapura,"
kata Erid.
Moda transportasi ini mampu mengangkut bobot penuh hingga 950
kilogram atau setara empat orang. Daya jelajah kendaraan ini mencapai
300 Km dengan kecepatan 800 mil per jam. Sementara bahan bakarnya bisa
menggunakan bio ethanol, premium dan pertamax.
Kehadiran perahu terbang ini juga memiliki keuntungan lain. Sudirman
mengatakan bahwa perahu terbang ini akan menjadi moda transportasi
produksi anak bangsa untuk jenis ini.
"Malaysia saja mereka punya Proton. Proton ini dipakai mulai dari
pejabatnya sampai ke masyarakat. Walaupun mereka tidak produksi 100
persen tapi mereka mampu mengeluarkan merek sendiri," kata Sudirman.
Perahu terbang ini meski disebut karya anak bangsa dan menjadi produk
nasional namun komponennya sebagian besar sekitar 65 persen masih
bergantung pada impor.
Jika pemerintah terkendala biaya untuk membangun infrastruktur fisik,
lalu apakah dengan perahu terbang ini akan lain cerita? Apakah
penantian masyarakat pedalaman akan datangnya pembangunan berakhir?
No comments:
Post a Comment