Katakepo.blogspot.com - Hewan serangga tampaknya tak boleh lagi
diremehkan. Binatang yang kerap dianggap hama ini kemungkinan dapat
menjadi bahan pangan utama di dunia dalam beberapa tahun mendatang.
Di Afrika, Asia, dan sebagian Amerika, praktik konsumsi serangga atau entomophagy
dinilai lebih menguntungkan. Hal ini dikarenakan jumlah serangga lebih
banyak dibanding sayur, buah, atau daging yang diperoleh dari hewan
buruan dan hasil jebakan di alam liar.
Walaupun masih tampak
menjijikkan, masyarakat di dunia tercatat telah mengonsumsi setidaknya
seribu jenis serangga sebagai bahan pangan. Entomophagy, menurut para ilmuwan, ternyata tak sebatas serangga. Hewan artropoda seperti tarantula, dan andmyriapoda seperti kaki seribu, juga tercakup. Namun, entomophagy tidak termasuk mengonsumsi krustasea, yang dianggap mewah di Amerika dan sebagian negara berkembang.
Di beberapa negara, ada masyarakatnya yang terbiasa mengonsumsi jangkrik, kumbang, semut, dan beberapa jenis kumbang seperti mealworm. Mealworm sendiri harus ada untuk mengimbangi spesies ulat bulu dan kalajengking.
Diperkirakan
sekitar 2,5 miliar orang rutin mengonsumsi serangga sebagai salah satu
sumber pangan. Saat ini para ilmuwan percaya, serangga ada sebagai
langkah besar untuk penyediaan pangan dunia.
Serangga dinilai
sebagai solusi pangan paling tepat dan sesuai untuk mengimbangi jumlah
manusia yang terus meningkat. Beberapa jenis serangga dipertimbangkan
sebagai sumber pangan yang sehat dan kaya protein. Serangga juga
merupakan sumber pangan paling baik untuk mengatasi kelaparan yang
terjadi pada miliaran orang di India, Afrika, dan beberapa negara
berkembang.
Hal ini diperkuat dengan dimenangkannya suatu
proposal bisnis dari para ilmuwan di Montreal’s McGill University, yang
mengambil tema produksi dan distribusi pangan berbahan serangga. Saat
ini mereka tengah mencari para petani yang bersedia membudidayakannya.
Tim
beranggotakan Mohammed Ashour, Shobhita Soor, Jesse Pearlstein, Zev
Thompson, dan Gabe Mott tersebut juga memenangkan Hult Prize dari
Clinton Global Initiative’s. Mereka telah bepergian ke Kenya, Meksiko,
dan Thailand untuk melihat kemungkinan mengembangkan sumber pangan dari
serangga lokal.
Hal ini sekaligus mempertajam kesempatan memasarkan produk di kawasan
tersebut. Menurut mereka, serangga juga bisa dibuat tepung untuk roti
yang kaya protein, meskipun tergantung pada jenis serangga yang
dihasilkan.
"Kami sangat senang dengan kesempatan yang diberikan. Kami harap langkah ini membawa dampak besar bagi dunia," kata Soor.
Hal
serupa juga tengah dilakukan badan PBB dalam menyelesaikan masalah
pangan dunia. Serangga dinilai dapat meningkatkan ketahanan pangan tanpa
menimbulkan masalah lingkungan ataupun ekonomi.
Serangga memang
telah lama diincar sebagai bahan pangan alternatif. Dalam situsnya,
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menulis, serangga memiliki
kandungan protein, lemak, dan mineral yang tinggi. Keberadaan serangga
dinilai bisa menggantikan fungsi kedelai, jagung, kacang-kacangan, dan
ikan. Serangga juga cepat bereproduksi sehingga diperkirakan tidak
merugikan lingkungan.
Dalam situsnya, FAO juga menulis serangga
bukanlah pangan yang hanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin.
Sebagian masyarakat mengonsumsi serangga karena rasanya, bukan
disebabkan ketiadaan bahan pangan lain. Terkait kemungkinan alergi yang
ditimbulkan, hal ini bergantung pada ketahanan tubuh dan jenis serangga
yang dikonsumsi.
No comments:
Post a Comment