Katakepo.blogspot.com - Sepintas ruang-ruang karaoke di kawasan Grogol, Jakarta Barat itu
tak ada bedanya dengan tempat bernyanyi pada umumnya. Sebuah sofa
panjang, TV LCD 32 inchi dengan beberapa buah mik.
Begitu juga
dengan para pemandu lagu alias PL di karaoke tersebut. Pakaian seksi dan
senyum menggoda memanjakan tamu-tamu tempat karaoke tersebut. Tak ada
bedanya dengan di tempat karaoke lain.
Perbedaan tampak setelah satu jam lebih berkaraoke. Para pemandu lagu itu mulai berani merayu tamunya.
"Mau lanjut nggak? Ada tempat di atas," kata seorang PL, Rina, kepada tamunya.
Si
pria kelihatan mengangguk. Rina pun langsung menggandengnya keluar room
karaoke. Dia naik satu tingkat ke ruangan atas, rupanya ada beberapa
kamar di sana. Cuma ada ranjang, meja rias, kaca berukuran besar dan
ruang bilas kecil. Yang seperti ini tak di semua tempat karaoke ada.
Inilah
modus prostitusi berkedok wanita pemandu lagu karaoke. Bernyanyi sambil
merangkul mesra para gadis seksi ini ternyata hanya pemanasan. Sesi
yang lebih intim menunggu di atas.
"Sekali main Rp 300.000. Sudah
termasuk kamar dan bonus kondom," kata Stela (40), yang biasa dipanggil
Mami oleh anak buahnya, sambil tersenyum.
Menurut Stela dia
memiliki 20 wanita pemandu lagu. Semuanya memang berprofesi ganda, bukan
hanya menemani tamu bernyanyi. Semuanya berpakaian seksi dan seronok.
Tamu boleh memilih wanita sesuai selera masing-masing.
Tempat
karaoke ini nyaris penuh saat akhir pekan. Sampai-sampai para tamu
biasanya menghubungi Stela untuk booking wanita langganan mereka.
"Tapi main di atas ya, ceweknya nggak boleh dibawa keluar. Aturannya seperti itu," kata Stela.
Novi,
seorang pemandu lagu menjelaskan, dari Rp 300.000 itu, dirinya mendapat
bagian Rp 200.000. Sisa Rp 100.000 digunakan untuk membayar sewa kamar,
uang kas, dan bagian untuk mami Stela.
"Semalam biasanya paling
banyak tiga tamu. Itu udah paling banyak karena kan kita juga nemenin
tamu nyanyi dan minum," kata Novi saat berbincang dengan merdeka.com.
Novi
mengaku belum setahun bekerja sebagai pemandu lagu. Sebelumnya dia
bekerja di salon, seorang teman mengajaknya bekerja di karaoke tersebut.
Setelah dicoba, Novi kerasan dengan profesi barunya. Alasannya apalagi
kalau bukan uang.
"Ya inginnya sih nggak kerja kayak gini, tapi terpaksa dikerjain aja. Susah cari kerja," ucap Novi.
Sosiolog
UIN Syarif Hidayatullah Musni Umar menilai permasalah wanita pemandu
lagu yang berprofesi rangkap ini merupakan masalah klasik. Jerat
kesulitan ekonomi membuat wanita tergiur mendapatkan uang dengan cara
mudah.
"Awalnya mungkin dia hanya menemani menyanyi, tapi karena
tergiur uang dan melihat teman-temannya semua melakukan itu. Dia pun
ikut terjerumus," kata Musni saat berbincang dengan merdeka.com.
No comments:
Post a Comment