Katakepo.blogspot.com - Bitcoin dihasilkan melalui pemecahan soal matematika yang melibatkan
serangkaian perhitungan algoritma rumit di komputer. Tak sembarang
komputer pula bisa dipakai untuk melakukan kegiatan yang disebut
"menambang" Bitcoin ini. Bisa-bisa hanya menghabiskan listrik, sementara
tidak satu pun Bitcoin dihasilkan.
Dikarenakan tingkat kesulitan mining
Bitcoin yang semakin lama semakin meningkat, diperlukan semacam
komputer khusus yang bisa menyelesaikan proses penambangan dengan lebih
cepat dibanding desktop biasa. Komputer ini pun tak harus besar dan
mahal. Ada pula yang berbentuk dongle USB seperti Redfury.
Redfury
adalah USB penambang Bitcoin yang diklaim tercepat di dunia dengan daya
komputasi sekitar 2,5 Gigahash (kemampuan menyelesaikan perhitungan
matematika yang dijadikan tolok ukur kinerja miner Bitcoin). Orang-orang di belakangnya ternyata adalah para anggota Indonesian Bitcoin Community (IBC).
"Dulu,
yang paling cepat adalah produk sejenis dari China dengan 0,3 Gigahash,
tapi kini Redfury yang tertinggi," ujar Tiyo Triyanto dari IBC. Untuk
memakainya, pengguna tinggal menghubungkan Redfury ke komputer melalui
port USB, kemudian menjalankan program mining. "Komputernya tak harus kencang, cukup netbook atau yang sejenis agar hemat listrik," jelas Tiyo.
Seberapa
cepat Redfury menambang Bitcoin? Untuk memberi gambaran, Tiyo
mengonversi nilai mata uang virtual itu ke rupiah. "Apabila dijalankan
selama sebulan penuh tanpa berhenti, maka Redfury bisa menghasilkan
Bitcoin senilai Rp 300.000 dengan asumsi 1 Bitcoin (BTC) bernilai 800
dollar AS," paparnya.
Bitcoin memang bisa dipecah-pecah menjadi
unit yang lebih kecil, misalnya 0,01 BTC yang dikenal sebagai
"centibit", dan 0,001 BTC yang disebut "milibit". Hal tersebut
diperlukan karena nilai Bitcoin yang bisa menyentuh angka ribuan dollar
AS belakangan ini membuatnya kurang praktis untuk dipakai dalam
transaksi bernilai kecil.
Adapun Redfury dihargai sekitar Rp 1,5 juta. Miner ini bisa diperoleh lewat sejumlah reseller dan forum jual beli online atau komunitas. Tiyo mengatakan bahwa batch pertama Redfury yang diproduksi sebanyak 3.000 unit untuk sekarang sudah habis terjual.
Rahasia kecepatan Redfury terletak pada chip ASIC (application-specific integrated circuit) yang khusus menangani urusan mining
Bitcoin. ASIC, disebut Tiyo, memiliki kinerja yang lebih mumpuni dan
lebih hemat listrik dibandingkan solusi penambangan Bitcoin lainnya.
"Sebelum
ASIC, orang-orang menggunakan CPU, lalu rangkaian GPU berukuran besar,
kemudian setelah itu FPGA. Kini, untuk memperoleh kinerja serupa cukup
dengan ASIC yang kecil," jelas Tiyo.
Kendati memproduksi perangkat Bitcoin miner
di Indonesia, dia mengaku bahwa sebagian besar pembeli Redfury datang
dari luar negeri. "Mungkin hanya 10 persen pembeli dari Indonesia.
Bitcoin memang lebih marak di luar dan belum begitu dikenal di sini."
Bitcoin
sendiri sejak awal dirancang agar hanya bisa diproduksi dalam jumlah
terbatas sebanyak 21 juta keping. Saat ini sudah sekitar setengah dari
angka tersebut yang ditambang dan beredar. Seiring waktu, Bitcoin
diprediksi sudah tak bisa "digali" lagi pada tahun 2140.
Bitcoin.org memberi peringatan bahwa proses mining
memiliki pasar yang terbatas dan ketat persaingannya. Tidak semua
pengguna melakukannya, dan ini bukanlah sebuah cara cepat untuk
mendapatkan uang.
No comments:
Post a Comment