Katakepo.blogspot.com - Barangkali sebagian besar kaum muslim di Indonesia salah kaprah soal Yahudi. Mereka menganggap yahudi itu sama dengan Israel.
Padahal,
Yahudi menunjukkan etnis dan agama. Sedangkan Israel adalah sebuah
negara dibentuk oleh orang-orang Yahudi dengan mengeksploitasi ajaran
Yudaisme. Torah mengajarkan kaum Yahudi baru bisa mendirikan negara jika
Juru Selamat telah turun ke dunia.
Inilah yang membuat
orang-orang keturunan Yahudi di tanah air menyembunyikan identitas
mereka. Sebab kebencian terhadap etnis Yahudi muncul lantaran Israel
masih menjajah bangsa Palestina, termasuk menguasai kompleks Masjid
Al-Aqsa di Yerusalem Timur, Tepi Barat.
Sejatinya, konflik ini
bermotif ekonomi. Agama dan sejarah hanya dijadikan pembenaran dan
penguat agar konflik bisa terus berjalan. Jauh sebelum Israel terbentuk
pada 1948, Yahudi dan Arab hidup berdampingan di Palestina.
Patut
diingat, selain Arab, yahudi termasuk atnis asli hidup di Timur Tengah.
Mereka dikenal dengan sebutan Yahudi Sephardik. Sedangkan orang-orang
Yahudi dominan di negara Israel saat ini berasal dari Eropa atau Yahudi
Ashkenazi.
David Abraham, pengacara berdarah Yahudi, menegaskan
ajaran Yahudi dan Islam itu bersumber pada satu akar. Orang Yahudi juga
disunat. Mereka dilarang makan dan minum yang haram. Kalau di Islam
dikenal dengan sebutan halal, orang Yahudi bilang kosher.
Berikut penuturan David saat ditemui Faisal Assegaf dari merdeka.com Kamis pekan lalu di sebuah restoran di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.
Sejak kapan Anda pindah ke Jakarta?
1986.
Kira-kira ada berapa orang Yahudi Anda kenal di Jakarta?
Sekitar 50 orang.
Apa ada pertemuan rutin komunitas Yahudi di Jakarta?
Kadang
ada pertemuan. Misalnya saat merayakan Simhatora (turunnya Taurat),
kalau di Islam Nuzulul Quran. Yahudi dan Islam itu hampir sama. Islam
ada maulud Nabi Muhammad, Yahudi juga punya acara maulud Nabi Sulaiman
disebut Purim. Puasara Ramadan, Yahudi juga punya puasa Yom Kippur
selama 26 jam. Baru lebaran disebut Rosh Hasanah.
Bagaimana keluarga Anda bisa menetap di Surabaya?
Kakek
nenek saya dari ayah dan ibu orang Yahudi. Mereka datang dari Bagdad
langsung ke Surabaya. Mereka datang sekitar 1901 atau 1902. Ayah saya
dilahirkan di Surabaya pada 1934. Waktu Jepang masuk, semua orang Yahudi
dimasukkan di kamp tawanan di Adek, Tangerang. Terus mau diambil sama
Nazi, namun pimpinan Jepang nggak kasih.
Berapa orang Yahudi dimasukkan dalam kamp tawanan di Tangerang?
Ribuan,
saya nggak tahu jumlah pastinya. Kampnya itu ada dua, khusus laki-laki
dan perempuan. Ayah saya di kamp perempuan karena masih kecil.
Apakah Anda berharap Yahudi juga diakui sebagai agama resmi di Indonesia?
Iya, itu kan hak asasi saya sebagai warga negara Indonesia.
Kapan Anda akan mengajukan hal itu?
Saya
sibuk, kerjaan masih banyak, jadi belum sempat. Toh, ini bukan sesuatu
mendesak karena saya pun tidak ada larangan untuk beribadah. Tapi saya
pengen juga sih di KTP tertulis agama saya Yahudi. Teman-teman saya
mendukung.
Kira-kira kemungkinan menang gugatan itu bagaimana?
Secara yuridis formil, harusnya menang. Saya yakin 99 persen dikabulkan.
Kenapa?
Karena
itu kebebasan beragama. Kalau secara politik, saya nggak bisa omong.
Tapi sekarang harus ditimbang-timbang dong antara hak asasi dan politik.
Kalau hak asai secara politik bisa mengakibatkan problem, hak asasi
satu atau dua orang dikesampingkan.
Namun kalau dilihat dari sisi sosio kultural bakal ditolak?
Saya nggak melihat itu.
Tapi sebagian besar muslim membenci Yahudi?
Saya
nggak melihat muslim dan Yahudi itu bermusuhan. Teman-teman saya
mayoritas muslim dan nggak pernah ada masalah. Ini kan sebenarnya
masalah politik. Yang terjadi di Timur Tengah itu politik, tidak ada
kaitan dengan agama. Agama Yahudi dan Islam itu bersaudara baik secara
sejarah dan Islam.
Perang di sana itu memperebutkan tanah. Bukan antara muslim dan Yahudi, tapi Israel dan Palestina.
Anda sudah pernah ke Israel?
Saya sudah dua kali ke sana pada 2004 dan 2009.
Bagaimana perasaan Anda saat pertama kali menjejakkan kaki di sana?
Perasaannya seperti mendarat di Singapura saja.
Tidak emosional?
Waktu
ke Yerusalem saya merinding karena melihat Islam, Yahudi, dan Kristen
berdampingan. Masjid Al-Aqsa, Tembok Ratapan, dan Gereja Makam Yesus.
Luar biasa, merinding saya.
No comments:
Post a Comment