Katakepo.blogspot.com - Anak-anak kecil di jaman dulu pasti pernah melakukan permainan ENGKLEK
ini. Sebab pada waktu itu permainan untuk anak memang tidak seramai dan
selengkap seperti saat ini.
Karena itulah permainan-permainan sejenis ini sangat popular waktu itu.
Permainan engklek ini biasanya dimainkan oleh anak perempuan, namun
terkadang juga oleh anak laki-laki. Lazimnya dimainkan siang hari. Namun
kadang juga dimainkan pada malam hari ketika terjadi bulan purnama.
Dalam permainan Engklek, setiap pemain harus melakukan engklek atau
melompat berjingkat dengan tumpuan satu kaki untuk melewati sebuah
gambar tertentu yang dibentuk di atas tanah.
Gambar ini biasanya berbentuk persegi empat atau kotak yang dinamakan
rumah, dengan formasi 8 dan ditambah gunungan di bagian paling atas.
Dalam permainan engklek ini, seorang anak harus melompat melewati gambar
seperti tangga di atas tanah, dan tangga terakhir di kotak kedelapan
disebut surga atau neraka.
Wahh…kok ngeri..?
Ya, jika dirunut lebih jauh, permainan engklek – dengan kotak surga dan
neraka ini – memang cukup “ngeri”. Tidak hanya itu, permainan engklek
sebenarnya juga selalu mengacu pada konteks sensualitas atau porno.
Sebab permainan yang kalau di Eropa Barat dikenal dengan nama “ Sudamanda “, ini memang merupakan sebuah permainan paganis dan mistik yang lahir dari peradaban Babilonia kuno.
Menurut Annemari Schimel, seorang pengkaji peradaban kuno, dalam buku terkenalnya Mysteries of Numbers (Oxford: 1994), menuliskan bahwa Sudamanda adalah permainan paganis dan mistik yang lahir dari peradaban Babilonia kuno.
Ketika Dewi Ishtar mengunjungi dunia rendah, dia harus
menanggalkan sepotong pakaiannya di tiap 7 pintu yang dilalui. Dewi
Ishtar sendiri dalam konteks Babilonia kuno adalah merupakan dewi
lambang kesuburan, cinta, perang, dan hubungan seksual. Yang dalam
susunan masyarakat dewa Babilonia, ia adalah dewi perwujudan planet
Venus.
Penyembahan kepada Ishtar erat kaitannya dengan kesuburan.
Selain kesuburan dalam konteks seksual, juga kesuburan dalam konteks bercocok tanam.
Ketika lamanya siang dan lamanya malam dalam 1 hari mulai sama, penduduk Mesopotamia memahami bahwa ini adalah tanda berakhirnya musim dingin dan awal musim panas.
Musim ini disebut dengan musim semi. Ini merupakan tanda dimulainya waktu untuk bertani.
Adalah suatu tradisi dalam masyarakat paganisme di daerah Mesopotamia
untuk menyembah menghadap ke timur, tempat matahari terbit, untuk
penyembahan kepada dewa matahari, yaitu Baal dan juga menyembah kepada
Ishtar untuk kesuburan tanah dan juga untuk kesuburan dalam
praktek-praktek seksual. Penyembahan kepada Ishtar ini juga erat
kaitannya dengan orgi atau melakukan hubungan badan ramai-ramai.
Bagi peradaban kuno, bumi digambarkan betina sedangkan matahari adalah
pejantannya. Dan Ishtar adalah perlambang dewi Bumi yang tertinggi
kedudukannya.
Di seluruh Asia Barat, Bunda yang agung dipuja dengan berbagai nama.
Bahkan ketika bangsa Yunani menduduki Asia Kecil ada suatu ciri kuil tertentu untuk memuliakannya.
Bertrand Russel, dalam bukunya A History of Western Philosophy
(Sejarah Filsafat Barat) (1945), menyatakan bahwa model dewi kesuburuan
seperti Ishtar menyebar hampir di seluruh peradaban. Jika kita membaca
sejarah Agama Kuno, inilah sebenarnya asal mula suatu dewi bangsa
Ephesus yang biasa disebut Diana.
Kita juga mengenal Dewi Anat di Kanaan, lalu ada Isis di Mesir, Inana di Sumeria Kuno, Aphrodite di belahan Yunani, Devaki di India, Fortuna di Romawi, atau Shing Moo di China.
Dari sini kemudian, mereka melakukan berbagai ritus-ritus penyembahan,
termasuk Sudamanda yang masuk ke Indonesia dan dimainkan oleh anak-anak
kita dengan istilah engklek.
Dalam misteri-misteri Mithras, orang-orang yang benar-benar ahli
akhirnya mencapai pintu ke 8 yang merupakan pintu cahaya dimana mereka
harus telanjang, menanggalkan seluruh sifat materi, dan siap kembali ke
dunia spiritual.
Tujuh tingkat ini pula lah yang menjadi inisiasi dasar konsep Kristen
tentang 7 tempat penyucian dimana ia berasal dari pemujaan kepercayaan
Mithras dan ide-ide kuno tentang pendakian manusia menuju langit-langit
berbintang.
Konsep serupa juga ditemukan dalam pemujaan-pemujaan dukun di Siberia
ketika sang dukun sering muncul dengan memiliki 7 irisan, dan dukun
Samoyed tidak sadarkan diri selama 7 hari 7 malam sebelum dia mengemban
tugasnya. Ia juga makan jamur berbintik 7 dan melakukan ritus-ritus yang
berisikan angka 7.
No comments:
Post a Comment