Katakepo.blogspot.com - Dunia hiburan identik dengan kehidupan glamor, materialistis
hingga narkoba. Terlebih lagi di Amerika Serikat yang menjadi kiblat
dunia hiburan sejagad. Uang berlimpah serta ketenaran di muka bumi
merupakan surga dunia bagi pelaku industri hiburan di Negeri Paman Sam
tersebut.
Tidak hanya para artis yang merasakan surga dunia,
orang-orang yang bekerja di belakang layar para artis tersebut turut
merasakan kenikmatan duniawi tersebut. Salah satunya adalah George
Green. Green merupakan salah satu sosok yang cukup lama berada di
belakang layar kesuksesan para artis hip hop Amerika.
Sebagai
manajer tur, Green berperan dalam menyukseskan karir artis-artis seperti
Jay-Z, Kanye West dan jajaran nama beken lainnya di bawah naungan
perusahaan rekaman ternama AS, Rock-A-Fella. Rock-A-Fella merupakan
perusahaan yang dimiliki oleh Jay-Z.
Green memulai perjalanan
karirnya dari bawah. Diawali dari magang di perusahaan suami Beyonce
Knowles tersebut, kerja kerasnya membuahkan hasil. Jay-Z kemudian
memberi kepercayaan kepada Green untuk menjadi manajer tur para artis di
bawah label Rock-A-Fella.
Sebagai manajer tur para artis papan
atas, Green yang memang memiliki minat khusus traveling bisa memenuhi
passionnya tersebut. Melalui pekerjaannya, Green sudah berkeliling ke 50
negara bagian Amerika Serikat dan lebih dari 80 negara seperti Jerman,
Perancis, Afrika Selatan, Senegal, Bolivia, Chili, China, Kamboja,
Australia dan Selandia Baru.
"Saya menghabiskan waktu sekitar 15 tahun di industri hiburan Amerika," kata Green kepada merdeka.com, Minggu (29/3).
Namun,
kehidupan glamor yang dilakoni Green ternyata tidak membuat jiwanya
tenang. Malah, Green merasa hampa dengan kehidupannya saat itu. Terlebih
lagi, masa kecil Green dihabiskan di daerah Harlem, New York, tempat
yang sangat keras bagi seorang Green muda.
Masa muda Green di
Harlem penuh tantangan. Hidup di wilayah Harlem, Green harus terbiasa
dengan kekerasan jalanan, obat-obatan dan berbagai pengaruh buruk lain.
Tidak mudah untuk melepaskan diri dari pengaruh buruk tersebut.
Hingga
suatu hari, di tahun 2006, Green melakukan perjalanan ke Dubai, Uni
Emirat Arab bersama penyanyi rap kondang yang juga seorang muslim, Akon.
Kunjungan ke Dubai memberi kesan tersendiri bagi Green. Green mendengar
suara azan dan membuat jiwanya terusik.
"Tahun 2006 saya
berkunjung ke Dubai bersama Akon. Saat saya mendengar suara azan, saya
tertarik dan penasaran, suara apa itu?" ucap Green.
Green pun
lantas mencari tahu soal Islam. Tidak mudah baginya untuk memutuskan
berpindah keyakinan. Green harus merasa yakin atas pilihannya sebelum
memutuskan memeluk Islam. Setelah menjalani proses pencarian Islam
sekitar lima tahun, Green pun memutuskan untuk memeluk Islam dan
menanggalkan semua surga dunia hiburan yang dirintisnya dari bawah.
"Tahun 2011 saya memutuskan untuk memeluk Islam," ucap Green.
Setelah
memeluk Islam, Green merasa keinginan untuk terus mendalami agama
barunya tersebut serta keinginan untuk semakin mengenal Allah sudah tak
terbendung lagi. Tahun 2012, Green melakukan ibadah Umrah. Dalam
kesempatan umrah tersebut, Green tak kuasa menahan segala rasa yang
berkecamuk. Di hadapan Kabah, lidah Green kelu, dia tidak bisa
berkata-kata selain hanya menitikkan air mata serta menyebut nama Allah.
"Saat
saya berjalan ke masjid dan menuju ke kerumunan orang dan menatap
Kabah, emosi saya tak terkendali. Saya menangis dan hanya berkata,
'Allahu Akbar'," ungkap Green.
Kini, Green memilih jalan hidup
sebagai motivator, penulis, dan sukarelawan di bidang kemanusiaan. Bukan
hal yang aneh apabila menemui Green sedang membagi-bagikan makanan
kepada para tunawisma di jalan-jalan di kota New York, AS atau di
Melbourne, Australia lantaran Green berkomitmen menggarap proyek-proyek
amal dan kemanusiaan secara global.
"Saya sekarang aktif bersama
organisasi Muslims Giving Back, The Canadian Dawah Association dan New
Future Foundation sebuah organisasi amal non profit yang bekerja sama
dengan PBB," ungkap Green.
Selain itu, Green juga aktif
berkontribusi di komite dan kelompok PBB sebagai peserta dalam diskusi
program pertukaran budaya kaum muda dan hak-hak perempuan. "Saya merasa
beruntung berada di posisi saya saat ini untuk berbagi cerita hidup saya
ke dunia, saya berharap cerita saya, meski hanya secuil, bisa
menginspirasi generasi muda di manapun," ujarnya.
Nilai tambah
yang dirasakan Green dengan melakoni aktivitas barunya tersebut adalah
berkesempatan mengunjungi negara-negara yang belum pernah dia kunjungi
sebelumnya seperti Malaysia. Traveling tetap menjadi passionnya. "Satu
saat saya akan mengunjungi Indonesia," tutup Green.
No comments:
Post a Comment