Katakepo.blogspot.com - Indonesia memiliki beragam tempat-tempat kuliner, wisata, seni dan
budaya serta ribuan tradisi yang perlu untuk dijaga dan dilestarikan.
Bali,
Mataram, Minahasa, Batak, Papua, Ambon, Betawi, Sunda, Padang, Karo,
Lombok, Aceh, dan begitu juga Nias Selatan yang memiliki banyak ragam
tradisi.
Dari setiap daerah yang memiliki kuliner masing-masing,
terlebih kuliner yang sudah lama dan sempat terlupakan, apalagi untuk
generasi sekarang. Kini salah satu kuliner yang mulai langka itu kembali
dihadirkan di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.
Adalah masyarakat di Desa Hilisataro, Kecamatan Toma, Kabupaten Nias
Selatan, yang kembali memunculkan makanan tradisional di mana dahulu
digunakan untuk pesta-pesta adat maupun untuk pertunangan bagi yang akan
memasuki jenjang pernikahan.
Kuliner tradisional tersebut
dinamai "babae". Nama babae mungkin terasa asing di telinga kita, namun
tidak bagi masyarakat Kabupaten Nias Selatan. Bahannya terdiri dari
sejenis kacang-kacangan atau masyarakat setempat menyebutnya fakhe niha.
Menurut Sidi Adil Harita, S.Sos kepada Kompas.com
bahwa salah satu kuliner tradisional Nias Selatan ini, yaitu babae,
dahulu hanya dapat disuguhkan pada acara adat tertentu atau seperti saat
pemberian nama anak yang baru lahir maupun pada pesta perkawinan.
"Kebiasaan masyarakat membuat ini setelah panen sebagai tanda gembira
dan suka cita bahwa panen sangat melimpah. Cara membuatnya, dahulu biji
fakhe niha ini direndam selama satu malam agar kulit arinya dapat dengan
mudah terkelupas. Kemudian isi dari kulit ari tersebut dijemur hingga
kering dan disimpan dalam sebuah botol pada zaman dahulu. Konon jika
fakhe niha ini telah kering benar dapat bertahan hingga dua puluh
tahun," papar Sidi.
Cara menanaknya pun hampir sama dengan
menanak nasi sebagaimana biasanya. Hanya saja babae ini ditanak dengan
menggunakan gerabah yang berasal dari tanah liat. Namun alat ini pun
sangat sulit ditemui saat ini, hanya beberapa saja yang masih
menyimpannya.
Setelah fakhe niha ini dianggap sudah kering benar,
fakhe niha direbus hingga lunak kemudian ditumbuk halus dengan
menggunakan tempat menumbuk padi. Setelah masak dicampurkan santan
kelapa selama 30 menit.
Selama proses menanak babae ini, kondisi api juga perlu diperhatikan
karena nyala api harus stabil agar masakan tetap wangi juga dan tidak
gosong. Konon jika cara menanaknya benar maka aromanya dapat tercium
sejauh 300 meter.
Kini babae di Nias Selatan dihidangkan ketika
meminang seseorang gadis. Jika babae dicicipi oleh yang dilamar
menandakan bahwa lamaran diterima.
No comments:
Post a Comment