Katakepo.blogspot.com - Jika melihat pada statistik tentang kemungkinan gangguan jiwa
terutama depresi pada perempuan, maka sebenarnya kondisi gangguan
depresi lebih akan sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Angka kejadiannya bisa mencapai dua kali lipat dibandingkan pada
laki-laki. Berbagai macam faktor bisa menjadi sebab tingginya angka
depresi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Faktor hormonal juga
turut berpengaruh.
Sebagai salah satu diagnosis dasar dari
keluhan psikosomatik, depresi dan begitu juga gangguan cemas sering kali
pada perempuan terjadi namun tidak disadari. Ketika seorang mengalami
gejala psikosomatik sebagai “ungkapan” depresinya, seperti kebanyakan
pasien psikosomatik lainny, mereka akan lebih memilih untuk berobat ke
dokter umum atau spesialis non-psikiater daripada ke psikiater. Hal ini
tentunya sangat perlu menjadi perhatian karena sering kali pula
perempuan tidak memilih berobat dibandingkan laki-laki.
Dari
pengalaman klinis menangani kasus-kasus psikosomatik baik pada laki-laki
maupun perempuan, saya ingin sedikit berbagi beberapa hal yang mungkin
berhubungan dan menjadi khas perempuan yang mengalami psikosomatik.
Tentunya hal ini bukan bersifat mutlak untuk semua perempuan, tetapi
lebih banyak memang terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
A. Menstruasi
Perempuan
usia subur pasti mengalami hal ini. Menstruasi yang terjadi setiap
bulan (walaupun pada kenyataannya terjadi bervariasi) merupakan pertanda
bahwa dia adalah seorang perempuan subur yang bisa hamil. Walaupun
sudah menjadi rutinitasnya namun sering kali menstruasi sangat
berhubungan erat dengan gangguan pada suasana perasaan mental emosional.
Tidak heran pada kriteria diagnosis gangguan jiwa dari Amerika Serikat
yang baru terbit Mei 2013 lalu, gangguan suasana perasaan akibat
menstruasi (PreMenstrual Disforik Disorder/PMDD) dimasukkan ke dalam group depresi.
Berhubungan
dengan keluhan psikosomatik, pasien perempuan yang mengalami gejala
psikosomatik karena kondisi gangguan cemas atau depresinya biasanya
mempunyai masalah terkait dengan menstruasinya. Sebelum menstruasi
biasanya kondisi kejiwaan pasien lebih tidak nyaman. Pada saat
pengobatan terjadi juga sering kali saat menjelang menstruasi pasien
kembali mengalami sedikit gejala yang tidak nyaman. Inilah yang
membedakan pasien psikosomatik laki-laki dan perempuan, perempuan perlu
beradaptasi dengan kondisi menstruasinya yang walaupun normal sering
kali menimbulkan masalah pada perasaan pasien perempuan. Hal inilah yang
kadang membuat gejala psikosomatiknya sering kali tampak up and down
pada perempuan dikarenakan gejala menstruasi sendiri banyak ditandai
dengan gejala fisik.
b. Dukungan Pasangan
Tidak
mudah menjadi pasien psikosomatik karena sulitnya menjelaskan tentang
apa yang terjadi pada pasien psikosomatik dan bagaimana gejalanya.
Pasien sering kali sulit menjelaskan hal yang terjadi padanya karena
dari pemeriksaan klinis medis dan laboratorium penunjang semuanya
normal. Dokter pun tidak semuanya bisa memahami masalah terkait dengan
kondisi psikosomatik kecuali yang benar-benar memahaminya seperti
psikiater.
Kesulitan menjelaskan kondisi sakit inilah yang kadang
membuat pasien psikosomatik menghadapi kondisinya sendiri tanpa
dukungan orang yang cukup memahami dirinya. Pasien perempuan biasanya
lebih sulit lagi karena pasangan terdekatnya atau suami sering kali
tidak bisa menerima konsep psikosomatik sebagai sakit yang dialami
pasangannya. Sering kali dengan mudah suami meminta istrinya untuk lebih
berpikir positif atau berpikir yang relaks tanpa bisa berempati lebih
dulu tentang apa yang dialami istrinya.
Pada prakteknya memang
saya melihat dalam kehidupan praktek sehari-hari, pasien perempuan lebih
sulit mendapatkan dukungan suami daripada pasien laki-laki mendapatkan
dukungan istri.
c. Peran Multipel
Perempuan
sering memerankan peran ganda atau bahkan multipel dalam keluarga.
Sering kali mereka menjadi perempuan yang juga mencari nafkah untuk
keluarga selain sebagai istri dan ibu. Kondisi ini tentunya menimbulkan
tekanan kehidupan sendiri. Banyak ibu yang kemudian juga menjadi rentan
terhadap stres karena hal tersebut datang setiap hari dengan berbagai
macam bentuknya. Ini bukan berarti laki-laki juga tidak stress terhadap
masalah kehidupan dan tugas yang diemban, namun kerentanan perempuan
lebih besar daripada laki-laki dari konteks ini.
Demikian
beberapa hal yang saya bisa berikan kepada pembaca tentang apa yang
membedakan perempuan dari laki-laki ketika mengalami gangguan
psikosomatik. Semoga berguna.
Salam Sehat Jiwa.
No comments:
Post a Comment