Katakepo.blogspot.com - Tak ada yang pernah tahu kegiatan apa saja ada di dalam sana. Para
pengemudi melintas di jalan tol Tel Aviv-Rishon Litsion hanya bisa
memandang sekilas ke arah bangunan besar berdiri di atas bukit pasir
itu. Mereka dilarang berbelok ke arah jalan menuju tempat itu.
Bangunan
itu dikelilingi tembok semen dengan sistem pengamanan superketat. Wajar
saja, di sanalah lokasi Institut Riset Biologi Israel (IIBR). Lokasinya
di Ness Ziona, 20 kilometer sebelah selatan Ibu Kota Tel Aviv. Ini
merupakan instalasi militer paling rahasia di negara Zionis itu. Dengan
sensor sungguh ketat, pers pun tidak dapat mencari keterangan soal
lembaga itu, seperti dilansir surat kabar Haaretz Juni 2011.
Namun
usia rahasianya hampir sama dengan umur negara Israel itu terkuak
sedikit ke masyarakat. Ini terjadi setelah Mei lalu seorang pegawai IIBR
bernama Avisha Klein, menggugat kantornya itu atas tuduhan diperlakukan
tidak menyenangkan. Dia merupakan pegawai senior IIBR dan sudah
ditempatkan di pelbagai posisi. Salah satunya masuk dalam tim
mengembangkan salep untuk melindungi kulit dari gas mostar.
IIBR
dibangun pada 1952 oleh Profesor Ernst David Bergman, penasihat sains
Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Guurion, dan Dr Alexander
Keynan. Lembaga ini terbentuk atas perintah Ben-Gurion.
Saking
rahasianya, semua informasi mengenai IIBR akan dikeluarkan harus seizin
Ben-Gurion. Bahkan, pekerja di sana meminta maaf lantaran tidak bisa
menunjukkan program apa saja sedang mereka kerjakan saat perdana menteri
kedua Moshe Sharett berkunjung ke sana pada 1954.
IIBR memiliki
sekitar 350 karyawan, termasuk 150 ilmuwan bekerja di satu atau lebih
departemen. Tiap-tiap departemen ini mempunyai spesialisasi pada riset
kimia atau biologi secara umum bertujuan memproduksi senjata kimia atau
biologi. Sebagai lembaga strategis, IIBR bekerja sama dengan militer
serta Mossad, Shin Beth (dinas rahasia dalam negeri), dan Aman (lembaga
intelijen militer).
Sejumlah laporan menyebutkan IIBR
menghasilkan racun pernah digunakan untuk membunuh Kepala Biro Politik
Hamas Khalid Misyaal pada 1997 di Ibu Kota Amman, Yordania. Upaya
pembunuhan itu dilakukan oleh Kidon, satuan pembunuh elite dalam tubuh
Mossad (dinas rahasia luar negeri Israel). Usaha mereka gagal setelah
obat penawar diberikan sebagai balasan membebaskan agen Mossad
tertangkap.
Haaretz mengungkapkan racun produksi IIBR pertama
kali dipakai Mossad untuk membunuh pemimpin PFLP (Barisan Rakyat bagi
Pembebasan Palestina) Wadia Haddad pada 1977. Ia dituding bertanggung
jawab atas pembajakan sebuah pesawat penumpang Israel tujuan Entebbe,
Uganda, setahun sebelumnya.
cMenurut buku ditulis wartawan
Israel, Aharon Klein, Mossad memasukkan racun itu ke dalam cokelat
Belgia kegemaran Haddad. Seorang pejabat Irak bekerja untuk Mossad
lantas membawa cokelat beracun itu kepada Haddad yang tinggal di
Baghdad. Karena daya kerjanya perlahan, racun bersarang di tubuh Haddad
tidak diketahui.
Kesehatannya berangsur-angsur memburuk. Setahun
kemudian ia meninggal. Tim dokter merawat dia di sebuah rumah sakit di
Jerman Timur mengungkapkan Haddad menderita leukemia.
IIBR juga
mempunyai sebuah departemen memproduksi vaksin antisenjata biologi,
termasuk vaksin anthrax. Institut (IIBR) mendapat hibah ratusan juta
dolar (dari Amerika Serikat) untuk memproduksi vaksin anthrax, tulis
Haaretz dalam situsnya berbahasa Ibrani. Hibah ini diberikan setelah
teroris lokal di Amerika melancarkan serangan dengan virus anthrax.
Ironisnya,
bukan hanya kelinci, babi, monyet, dan binatang lainnya menjadi
percobaan bagi vaksin anthrax. Tentara Israel juga dikorbankan untuk
menguji keampuhan vaksin buatan IIBR itu.
Ibaratnya mengintip,
informasi seputar IIBR tidak mendalam. Namun itu saja sudah cukup
menggambarkan betapa Israel merupakan salah satu ancaman terbesar bagi
keamanan dan perdamaian dunia.
No comments:
Post a Comment