Katakepo.blogspot.com - Hubungan percintaan memang tak selalu dalam kondisi rukun, aman dan
tentram. Sesekali terjadi pertengkaran karena beragam alasan memang
wajar terjadi. Siapa yang harus disalahkan ketika hubungan percintaan
ini akhirnya kandas?
Menurut penelitian terbaru yang dilakukan
oleh University of Texas, termyata perempuan lebih sering menyalahkan
pasangan mereka atas pertengkaran dan kegagalan hubungan yang terjadi.
Penelitian ini dilakukan melalui survei terhadap 71 pasangan muda yang
belum menikah di Texas, Amerika. Semua responden yang ikut dalam
penelitian ini sudah menjalin hubungan percintaan selama tiga tahun.
Para responden diminta untuk berkomunikasi dengan pasangannya yang berada di ruang terpisah, melalui chatting.
Mereka diharuskan berkomunikasi tentang konflik-konflik yang mereka
hadapi. Topik konflik yang dibahas adalah frekuensi waktu yang
dihabiskan bersama-sama, uang yang dihabiskan, hubungan kencan terakhir,
konsumsi alkohol, juga teman-teman dan kerabat yang tak setuju dengan
hubungan mereka.
Para peneliti memberi waktu 10 menit untuk para
pasangan membahas topik ini dan mendapatkan solusinya. Kemudian, mereka
diharuskan untuk mengutarakan isi hati mereka kepada peneliti. Sebelum
penelitian, mereka juga diharuskan untuk mengisi kuesioner tentang
kepuasan hubungan mereka.
Dari situ terlihat bahwa perempuan
adalah sosok orang yang kerap melemparkan kesalahan kepada pasangan
ketika menghadapi konflik. Dan masalah terbesarnya adalah tentang uang
dan hubungan masa lalu pasangannya. "Hal ini bisa terjadi karena adanya
perbedaan kognitif antara laki-laki dan perempuan saat adu argumen,"
ungkap pemimpin penelitian sekaligus profesor komunikasi di University
of Texas, Dr Anita Vangesti.
Perilaku dan sikap menyalahkan
pasangan seperti ini bisa menjadi indikasi apakah seorang perempuan
merasa cukup bahagia dengan hubungannya atau tidak. Dia menambahkan
bahwa pikiran, dan ketidakpuasan hubungan akan memengaruhi perilaku
seseorang. Manusia sering menyuarakan pikiran mereka terhadap pasangan
melalui pesan non verbal, padahal berspekulasi seperti ini dapat
memengaruhi kepuasan hubungan.
Dr Vangesti mengungkapkan bahwa
ketika seseorang merasa tidak bahagia dengan hubungannya, mereka akan
bereaksi dengan berbagai cara. Misalnya, membahas topik konflik ini,
marah, dan sering mengubah pembicaraan, atau malah menghindari konflik.
Ketika
salah satu pasangan melakukan kesalahan, dan pasangan lainnya mulai
mengungkitnya berulang-ulang, kedua belah pihak berpotensi untuk tidak
bahagia dalam hubungannya. Ketika berada dalam hubungan yang tidak
memuaskan, mereka cenderung berpikir siapa yang lebih kuat dalam
hubungan tersebut. Akibatnya mereka sering mengeluh dan "berebut
kekuasaan tertinggi" dalam hubungan.
Sebaliknya, orang yang
bahagia dengan pasangannya tidak akan menghindari konflik. "Di antara
pasangan bahagia, ketika salah satu pasangan melakukan kesalahan, marah,
atau tidak setuju dengan yang dilakukan pasangannya, maka pasangan yang
lain akan berpikir bagaimana memahami pasangannya dan mencari cara
untuk menyelesaikan konflik tersebut," tambahnya.
No comments:
Post a Comment