Saturday, September 21, 2013

Sosok JP Coen, Calvinis yang taat hingga rumor hubungan gelap

Katakepo.blogspot.com - Dalam kisah dongeng, sosok penguasa selalu diidentikkan dengan dunia yang dekat dengan perempuan. Sosok perempuan yang mengelilingi penguasa seolah menjadi ramuan wajib bumbu cerita. Demikian halnya dengan Jan Pieterszoon Coen (JP Coen), jalan hidupnya, yang selain dikenal dengan bengis dan kejam, juga diidentikkan dengan dekat dengan banyak perempuan.

Menurut sejarawan Universitas Indonesia Bondan Kanumoyoso, sosok Coen dari hasil risetnya tentang Hindia Belanda era Kolonial tidak seperti itu. Bahkan Bondan menilai, sosok Coen adalah sosok yang taat beragama yang menekankan pada nilai-nilai moral.

"Dia itu Calvinis murni, Calvinis yang taat. Dia tidak terlalu banyak minat untuk membuat affair, karena orang yang taat pada agama. Dia sudah punya istri, ya sudah. Tidak melakukan yang aneh-aneh. Memang Coen ini orang yang moralis. Dia orangnya menjunjung nilai-nilai moral yang sangat tinggi. Terutama nilai moral jujur, disiplin, bekerja keras, setia pada istri, menyejahterakan keluarga yang seperti itu," kata kata Bondan menjelaskan saat ditemui merdeka.com di rumahnya di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur pada Jumat (20/9).

Meski begitu, menurut Bondan, meski Coen dianggap selalu menjunjung tinggi nilai moral dan agama, saat menjabat Gubernur Hindia Belanda dia meminta agar pihak Belanda mengirimkan wanita ke Hindia agar bisa menemani tentaranya atau untuk dinikahi.

"Dia tahu orang Belanda yang ada di Nusantara bukan dari keluarga yang baik-baik. Dia kemudian yang mengusulkan agar perempuan-perempuan Belanda untuk menjadi istri-istri orang Belanda yang ada di sini. Di sana mana ada perempuan baik-baik dikirim ke sini, yang dikirim itu perempuan yang dari tempat pelacuran atau anak yatim," ujar Bondan lebih lanjut.

Hal itu menurut Bondan adalah hal yang biasa. Dari penuturannya, Coen sepenuhnya sadar, tentara atau pegawai dari Belanda yang dikirim ke Nusantara adalah orang-orang buangan. Orang-orang yang tidak memiliki masa depan, bekas kriminal, atau orang yang putus asa.

"Coen sendiri ingin agar yang tinggal di Hindia itu orang baik-baik yang sudah berkeluarga. Tapi orang baik macam apa yang mau berlayar dari Belanda ke Hindia dengan waktu 6 bulan? Tanpa kepastian jaminan hidup, kemudian melintasi samudra, belum penyakit, tenggelam, dibajak. Jadi yang dikirim ke sini itu, hanya orang yang di Belanda yang sudah tidak memiliki harapan untuk hidup. Tidak memiliki masa depan di negerinya sendiri, bekas pelaku kriminal," kata Bondan lebih lanjut.

Menurut Bondan, hanya pimpinan saja yang memang orang pilihan. Demikian juga dengan Coen yang memiliki istri yakni Eva Ment. Meski begitu, Coen diisukan memiliki hubungan gelap dengan anak angkatnya Sarah Specx. Menurut Bondan, Sarah anak dari Jacques Specx, sahabat Coen. Sarah dititipkan Jacques ditugaskan ke Jepang. Menurut Bondan, itu hanya rumor, karena, Sarah saat itu umurnya itu belasan tahun sedangkan Coen saat itu umurnya sudah 40 tahunan. Bagi Bondan, dengan status anak titipan teman, Coen lebih menganggapnya sebagai anak ketimbang mencintai.

"Itu macam-macam gosipnya. Terus bikin rumor dia ada affair karena anak angkatnya menjalin hubungan gelap dengan Pieter J Cortenhoeff, seorang tentara Belanda. Coen disebut menemukan mereka berzina di rumahnya. Kemudian Coen marah sekali. Dia menghukum Sarah dan menghukum mati Pieter J Cortenhoeff. Sejak saat itu, banyak yang bilang Coen mencintai Sarah lah. Itu sumbernya tidak jelas," kata Bondan menerangkan.

Setelah hukuman mati diputuskan kepada Cortenhoeff, rumor Coen cemburu semakin liar. Bahkan ada yang menyebut Coen, marah besar akan tingkah anak buahnya itu. Bahkan hukuman mati yang diberikan kepada pezina di zamannya dianggap terlalu berat dan kelewatan bagi orang Belanda saat itu.

"Coen itu Calvinis dan dia menerapkan aturan itu berdasarkan hukum dan ajaran agama. Tapi mengenai motivasinya, dia cemburu atau macam-macam dan yang lainnya. Itu tidak bisa dijadikan penjelasan, karena dalam sejarah itu harus ada sumber, tidak bisa asumsi. Karena itu saya bilang dia seorang yang moralis, entah itu penilaian salah. Dia menegakkan nilai agama. Agama bisa membuat orang bisa melakukan apapun yang bentuknya tidak logis. Itu tidak hanya dalam agama Kristen, agama lain pun sama," ujar Bondan.

No comments:

Post a Comment