Katakepo.blogspot.com - Dalam kisah dongeng, sosok penguasa selalu diidentikkan dengan dunia
yang dekat dengan perempuan. Sosok perempuan yang mengelilingi penguasa
seolah menjadi ramuan wajib bumbu cerita. Demikian halnya dengan Jan
Pieterszoon Coen (JP Coen), jalan hidupnya, yang selain dikenal dengan
bengis dan kejam, juga diidentikkan dengan dekat dengan banyak
perempuan.
Menurut sejarawan Universitas Indonesia Bondan
Kanumoyoso, sosok Coen dari hasil risetnya tentang Hindia Belanda era
Kolonial tidak seperti itu. Bahkan Bondan menilai, sosok Coen adalah
sosok yang taat beragama yang menekankan pada nilai-nilai moral.
"Dia
itu Calvinis murni, Calvinis yang taat. Dia tidak terlalu banyak minat
untuk membuat affair, karena orang yang taat pada agama. Dia sudah punya
istri, ya sudah. Tidak melakukan yang aneh-aneh. Memang Coen ini orang
yang moralis. Dia orangnya menjunjung nilai-nilai moral yang sangat
tinggi. Terutama nilai moral jujur, disiplin, bekerja keras, setia pada
istri, menyejahterakan keluarga yang seperti itu," kata kata Bondan
menjelaskan saat ditemui merdeka.com di rumahnya di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur pada Jumat (20/9).
Meski
begitu, menurut Bondan, meski Coen dianggap selalu menjunjung tinggi
nilai moral dan agama, saat menjabat Gubernur Hindia Belanda dia meminta
agar pihak Belanda mengirimkan wanita ke Hindia agar bisa menemani
tentaranya atau untuk dinikahi.
"Dia tahu orang Belanda yang ada
di Nusantara bukan dari keluarga yang baik-baik. Dia kemudian yang
mengusulkan agar perempuan-perempuan Belanda untuk menjadi istri-istri
orang Belanda yang ada di sini. Di sana mana ada perempuan baik-baik
dikirim ke sini, yang dikirim itu perempuan yang dari tempat pelacuran
atau anak yatim," ujar Bondan lebih lanjut.
Hal itu menurut
Bondan adalah hal yang biasa. Dari penuturannya, Coen sepenuhnya sadar,
tentara atau pegawai dari Belanda yang dikirim ke Nusantara adalah
orang-orang buangan. Orang-orang yang tidak memiliki masa depan, bekas
kriminal, atau orang yang putus asa.
"Coen sendiri ingin agar
yang tinggal di Hindia itu orang baik-baik yang sudah berkeluarga. Tapi
orang baik macam apa yang mau berlayar dari Belanda ke Hindia dengan
waktu 6 bulan? Tanpa kepastian jaminan hidup, kemudian melintasi
samudra, belum penyakit, tenggelam, dibajak. Jadi yang dikirim ke sini
itu, hanya orang yang di Belanda yang sudah tidak memiliki harapan untuk
hidup. Tidak memiliki masa depan di negerinya sendiri, bekas pelaku
kriminal," kata Bondan lebih lanjut.
Menurut Bondan, hanya
pimpinan saja yang memang orang pilihan. Demikian juga dengan Coen yang
memiliki istri yakni Eva Ment. Meski begitu, Coen diisukan memiliki
hubungan gelap dengan anak angkatnya Sarah Specx. Menurut Bondan, Sarah
anak dari Jacques Specx, sahabat Coen. Sarah dititipkan Jacques
ditugaskan ke Jepang. Menurut Bondan, itu hanya rumor, karena, Sarah
saat itu umurnya itu belasan tahun sedangkan Coen saat itu umurnya sudah
40 tahunan. Bagi Bondan, dengan status anak titipan teman, Coen lebih
menganggapnya sebagai anak ketimbang mencintai.
"Itu macam-macam
gosipnya. Terus bikin rumor dia ada affair karena anak angkatnya
menjalin hubungan gelap dengan Pieter J Cortenhoeff, seorang tentara
Belanda. Coen disebut menemukan mereka berzina di rumahnya. Kemudian
Coen marah sekali. Dia menghukum Sarah dan menghukum mati Pieter J
Cortenhoeff. Sejak saat itu, banyak yang bilang Coen mencintai Sarah
lah. Itu sumbernya tidak jelas," kata Bondan menerangkan.
Setelah
hukuman mati diputuskan kepada Cortenhoeff, rumor Coen cemburu semakin
liar. Bahkan ada yang menyebut Coen, marah besar akan tingkah anak
buahnya itu. Bahkan hukuman mati yang diberikan kepada pezina di
zamannya dianggap terlalu berat dan kelewatan bagi orang Belanda saat
itu.
"Coen itu Calvinis dan dia menerapkan aturan itu berdasarkan
hukum dan ajaran agama. Tapi mengenai motivasinya, dia cemburu atau
macam-macam dan yang lainnya. Itu tidak bisa dijadikan penjelasan,
karena dalam sejarah itu harus ada sumber, tidak bisa asumsi. Karena itu
saya bilang dia seorang yang moralis, entah itu penilaian salah. Dia
menegakkan nilai agama. Agama bisa membuat orang bisa melakukan apapun
yang bentuknya tidak logis. Itu tidak hanya dalam agama Kristen, agama
lain pun sama," ujar Bondan.
No comments:
Post a Comment