Katakepo.blogspot.com - Apakah seorang pria itu pembosan? Bisa ya bisa tidak. Tetapi,
setidaknya sebagian pria hidupnya suka dengan yang dinamis, enggan
sesuatu yang monoton dan rutinitas.
Demikian pula halnya dalam
membina keintiman dengan pasangannya, termasuk keintiman seksual. Dalam
pengalaman saya sebagai terapis keluarga, ada beberapa sumber kebosanan
pria.
Pertama, jika mendengar isi komunikasi istrinya monoton. Terjadi pengulangan, apalagi dengan ekspresi dan intonasi yang kurang menarik.
Saat seperti ini nampak suami memilih diam atau hanya menjawab singkat : hmm…ya… mungkin….entahlah…
Malas mengeksplorasi percakapan. Ekstremnya, malah memilih tidur atau bekerja di depan komputer, atau berpura-pura sibuk.
Cara mengatasinya adalah selalu melatih diri menjadi pendengar yang
baik. Belajar humor dan memperbanyak kosa kata dan isu percakapan yang
disukai pria seperti politik, mobil, bola dsb. Kembangkan juga hobi
bersama, supaya nyambung.
Kedua, variasi
hubungan seksual yang minim. Pria senang menikmati segala sesuatu dengan
variasi. Lihat saja mungkin pasanganmu suka membawa motor atau mobilnya
ke bagian variasi mobil, dan rela mengeluarkan uang banyak hanya
sekedar ganti klakson atau knalpot.
Hal yang sama tampak dalam hubungan suami-istri. Ia ingin punya
variasi, tidak hanya posisi saat berhubungan seksual tapi juga tempat
melakukannya. Jika istri kurang memahami kebutuhan ini, cepat atau
lambat pasaanganmu akan merasa bosan dan bisa-bisa berujung selingkuh.
Solusinya, bicarakan terbuka variasi hubungan yang disukai pasangan, dan frekuensi dan waktu yang dibutuhkan.
Ketiga,
dalam hal karir. Jika pria sudah merasa mentok dengan jabatan, atau
penghargaan di kantornya maka ia berpikiran ingin pindah kerja.
Indikasinya, pasangan anda banyak mengeluh tentang kantor. Mengeluhkan
hubungan dengan teman kerja hingga enggan banget berangkat kerja.
Mungkin pasangan anda sibuk kerja dan lupa mengembangkan diri. Malas
sekolah lanjut atau setidaknya ikut seminar rutin dsb. Sehingga saat
terjadi kompetisi dengan rekan yang lebih muda, pasanganmu merasa
diabaikan bosnya. Namun sering pindah kerja jusru melemahkan isi CVnya,
karena dianggap tidak loyal.
Solusinya, sejak menikah dorong agar
pasangan selalu kembangkan diri. Suka membaca dan belajar. Kalau perlu
studi lanjut agar membuatnya lebih menguasai pekerjaannya.
Keempat,
sibuk kerja dan kurang rekreasi. Kesibukan bekerja dan rutinitas bisa
mendatangkan rasa jenuh. Sayangnya pasanganmu merasa tak perlu ambil
cuti dan rekreasi. Saat mengalami overload syndrom dia merasa
cepat capek. Banyak mengeluh. Saat seperti ini dorong pasanganmu ambil
cuti dan pergi berlibur. Apalagi jika pasanganmu mengidap workaholic
alias candu kerja.
Tentu ini bukan kesalahan pasangan (istri)
semata. keluar dari rasa bosan juga merupakan tanggungjawab utama kita
sebagai pria dewasa.
Sorry baru dari sisi pria, semoga nanti bisa menuliskan dari sisi istri.
Semoga mencerahkan !
No comments:
Post a Comment