Katakepo.blogspot.com - Kebutuhan akan listrik di Indonesia dipastikan selalu meningkat hampir
setiap tahun. Tetapi, peningkatan kebutuhan itu tidak diimbangi dengan
peningkatan pasokan listrik.
Akibatnya, cadangan listrik yang
ada selalu tidak dapat menutupi jumlah kebutuhan tersebut. Pada
akhirnya, terjadilah berbagai macam pemadaman yang pada ujungnya
merugikan masyarakat Indonesia sebagai konsumen.
Hal ini tidak
lepas dari pengamatan Direktur Pengkajian Energi Universitas Indonesia
(UI) Iwa Garniwa. Dia mengatakan, masalah ketersediaan listrik yang
selalu kurang ini terjadi lantaran komitmen pemerintah yang tidak kuat.
"Kita
lihat mulai dari pertumbuhan kebutuhan listrik tiap tahun rata-rata
sebesar 9 persen. Kebutuhan di Jawa-Bali 7,2 persen dan di luar
Jawa-Bali di atas 12 persen lebih. Dengan perhitungan sederhana, dalam
waktu 10 tahun kita butuh pasokan listrik sebanyak dua kali lipat," ujar
Iwa kepada merdeka.com, Senin (21/10).
Dari
analisa ini, kata dia, pemerintah memiliki kewajiban menyediakan 4000 MW
listrik setiap tahun. "Pertanyaannya, mampukah pemerintah membangun
itu? Faktanya tidak kan," terang dia.
Minimnya komitmen
pemerintah juga terlihat dari masih rendahnya penggunaan teknologi
pembangkit listrik yang mengandalkan alam seperti air. Menurut dia,
pembangkit listrik tenaga air tidak mampu menyediakan listrik dalam
jumlah besar jika berada dalam kondisi tertentu seperti kemarau.
"Pembangkit
listrik dari air suplainya rendah karena bergantung musim. Kalau sedang
kemarau, debit air menurun dan berpengaruh pada jumlah pasokan listrik
yang rendah," ungkap dia.
Tidak hanya itu, bayang-bayang krisis
listrik juga timbul akibat banyaknya mesin yang tidak dirawat dengan
baik. Mesin-mesin yang sudah berumur tua dipaksa untuk terus
berproduksi.
"Maka terjadilah overhaul. Mesin-mesin yang ada
dipaksa terus bekerja di luar batas kewajaran untuk memenuhi kebutuhan
listrik," terang Iwa.
Masalah pembangunan pembangkit listrik juga
menjadi salah satu dari sekian banyak kendala penyediaan listrik.
Menurut dia, banyak pembangkit yang sudah direncanakan pembangunannya
pada akhirnya mangkrak.
"Atau kalau tidak, pembangkitnya sudah
ada, tetapi transmisinya belum siap. Ada juga yang sudah selesai
dibangun, tetapi masih uji coba, sedangkan untuk uji coba itu sendiri
butuh waktu yang lama," tutur Iwa.
Iwa menegaskan, belum ada
keseriusan baik dari pemerintah maupun PLN sendiri untuk benar-benar
menyelesaikan masalah pasokan listrik yang selalu kurang setiap tahun.
"Ada niatan untuk menyelesaikan, tapi PLN sendiri ternyata tidak mampu,
akhirnya dipaksakan. Hal itu kemudian berdampak pada jumlah subsidi
listrik yang seharusnya dapat ditekan tetapi justru semakin membengkak,"
pungkas dia.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Energi (ESDM), Jero Wacik,
mengisyaratkan bahwa pengembangan listrik di Indonesia selalu tidak
berbanding lurus dengan laju pertumbuhan permintaannya. Itu yang
menyebabkan terjadinya perembetan krisis listrik mulai dari Sumatera
Utara, Riau hingga Sumatera Barat.
"Kita memang masih merasakan kurang listrik. Kita juga harus kejar kejaran dengan kebutuhan kita," kata Jero Wacik dalam rapat Pansus panas bumi di DPR-RI, Jakarta, Senin (21/10).
Dia
menyebut kapasitas listrik terpasang pada 2004 sebesar 26 ribu Megawatt
(MW). Kemudian pada 2004-2009 bertambah sebesar 4 ribu MW menjadi 30
ribu MW.
Lalu, kapasitas listrik terpasang pada 2009-2013
bertambah lagi 16 ribu MW menjadi 46 ribu MW. "Pemerintah masih terus
membangun infrastruktur listrik," kata Jero.
No comments:
Post a Comment