Katakepo.blogspot.com - Penyanyi cantik Jennifer Lopez pernah berkata kecantikan hanyalah kulit
luar. Namun yang sangat penting adalah adanya keseimbangan antara
pikiran, tubuh, dan jiwa. Pernyataan ini bisa disematkan pada sosok
wanita cantik asal Bandung Nyoman Anjani.
Nyoman adalah inspirasi
mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Terutama perempuan. Kampus
teknik tertua di tanah air itu kini dipimpin seorang 'presiden' cantik.
Tapi memiliki keseimbangan antara pemikiran dan jiwanya. Sifatnya juga
energik.
Nyoman terpilih menjadi Ketua Kabinet KM ITB periode
2013 - 2014. Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin angkatan 2009 itu juga
sekaligus mematahkan bahwa gender bukanlah jaminan bisa tidaknya
memimpin suatu organisasi. Apalagi ITB kampus terkemuka di Indonesia.
Sebelum
melangkah sebagai presiden tentu Nyoman memiliki strategi di dunia
kemahasiswaan. Ia pun memegang prinsip bahwa ketika dirinya meninggalkan
jejak harus ada manfaat yang diambil si penerus.
Berbekalkan program Ekpedisi Pelita Muda Indonesia ia yakin ini adalah role kemajuan dunia kemahasiswaan Indonesia.
Ekspedisi
Pelita Muda Indonesia merupakan ekspedisi ilmiah yang bertujuan untuk
melakukan community development di daerah tertinggal melalui penyaluran
teknologi tepat guna oleh mahasiswa ITB.
"Saya pikir, kalau saya
mati muda, saya bakal ikhlas, karena jika sudah bermanfaat banyak hal
yang bisa diteruskan buat orang lain. Saya pun merasa ketika saya sudah
lulus harus meninggalkan hal-hal yang bermanfaat buat adik saya," terang
Nyoman.
Dia menambahkan mahasiswa melalui kegiatannya itu tak
seharusnya bersifat 'eventual'. Justru melalui program ini kebutuhan
daerah tertinggal bisa diperbaiki.
Semifinalis Putri Indonesia
2010 ini ingin mengajak mahasiswa ITB itu bisa lebih dekat lagi dengan
masyarakat, terutama di daerah tertinggal. Dengan notabene mahasiswa,
daerah tertinggal pasti membutuhkan tenaga terdidik.
"Semua ini
sedang dalam proses, saya ingin ini bisa terealisasi," ujar cewek yang
hobi fotografi ini. Kata dia, program ini merupakan angan-angan terbesar
dalam hidupnya. Daerah terpencil biasanya membutuhkan pergerakan
mahasiswa.
Layaknya memimpin pemerintahan, Ketua KM ITB selain
menjual program tak jarang juga dihadapkan dengan masalah yang harus
dipikirkan jalan keluarnya. Memimpin sekelompok mahasiswa yang bersifat
heterogen diakuinya bukanlah suatu hal mudah.
Karenanya ia selalu berusaha dekat dengan mahasiswa, sehingga seorang pemimpin selalu tahu apa yang dibutuhkan mahasiswanya.
"Masalah
internal ITB, misalnya di mana setiap semesternya mahasiswa diharuskan
membayar Rp 10 juta maksimum. Ini banyak yang enggak sanggup, Kita cari
bantuan dengan mencari beasiswa, sekarang bisa jadi Rp 4 juta,"
kisahnya.
Sebagai mahasiswa sikap kritis itu juga selalu hadir
untuk mengawal pemerintahan yang ada. 'Presiden' kampus di sini berperan
besar untuk menjadi bagian dari pergerakan itu.
"Sekarang
kecenderungan mahasiswa yang tidak langsung berdampak kepada dirinya
sangat sulit, misalnya mengajak demo soal kebijakan pemerintah, tapi
kalau diajak demo untuk hal yang sifatnya merugikan pribadi baru mau,
misalnya adanya penggusuran atau biaya kuliah. Itu sih manusiawi. Tapi
bagaimana caranya sebagai pemimpin harus bisa membangkitkan rasa peduli
itu," ucap cewek yang mengaku masih jomblo ini.
Suka duka sudah
dilalui perempuan yang tergabung dalam kelompok pecinta alam ini, selama
memimpin mahasiswa ITB. Tak kadang dilecehkan, tak jarang juga menuai
pujian karena keberaniannya.
Namun semua itu ia jalani dengan
ikhlas dan penuh keyakinan untuk terus berkarya dan membawa ITB menjadi
kampus yang bisa terus memberi sumbangsih bagi bangsa dan negara.
No comments:
Post a Comment