Katakepo.blogspot.com - Seorang perempuan bernama Anna asal Filipina melayangkan ingatan dia
saat berusia tujuh tahun. Ayahnya masuk ke kamar ditempati Anna dan
ibunya sambil membawa pisau dan mengancam akan membunuh ibu Anna. Dengan
sekuat tenaga ibu dan anak itu kabur meninggalkan sang ayah serta dua
saudara Anna lainnya.
"Aku masih bisa mengingat malam itu dengan jelas," ujar Anna seperti
dilansir surat kabar the Huffington Post, Jumat (25/10). Dia dan sang
ibu terpaksa melarikan diri sejauh mungkin dari ayahnya sebab pernikahan
bapak-ibu Anna tidak dapat dibubarkan secara hukum.
Ya. Filipina sama dengan Vatikan. Salah satu dari dua negara melarang
keras perceraian seperti dasar ajaran Katolik dan Kristen di mana hal
disatukan Tuhan tidak dapat dipisahkan manusia. Dengan populasi penduduk
80 persen penganut Katolik Roma taat di Asia, pemimpin umat agama ini
tetap teguh pada ikatan pernikahan sekali seumur hidup meski pemimpin
Vatikan Paus Fransiskus sedikit lembut pada masalah ini.
Kasus ibu Anna bergulir sebab sang suami memiliki selingkuhan
ditemuinya di kelab malam sata minum bir. Ketika istrinya menegur,
bukannya malah meminta maaf, bapak Anna justru menendang istrinya dan
memukulnya setiap hari. Bahkan tak jarang melemparkan kopi panas pada
Annda dan ibunya. Dia juga kerap mabuk-mabukkan dan bercinta dengan
banyak perempuan.
Peristiwa dialami Anna dan ibunya bukanlah satu-satunya di Filipina.
Kantor Statistik Nasional negara itu melalui Survei Demografi dan
Kesehatan Nasional pada 2008 menemukan, satu daru tujuh perempuan
menikah mengalami kekerasan fisik dari para suaminya. Selain fisik,
kekerasan terjadi dalam bentuk emosional, seksual, dan ekonomi.
Bukannya berkurang, jumlah ini meningkat di 2012. Kasus kekerasan
terhadap perempuan yang dilaporkan ke Kepolisian Nasional Filipina (PNP)
meningkat 23,3 persen, atau dari 12.984 kasus di tahun sebelumnya
menjadi 15.969 tahun lalu.
Perwakilan kelompok perempuan Gabriela sekaligus anggota parlemen
Filipina Luzviminda Ilagan mengatakan kekerasan rumah tangga alasan
cukup kuat agar perceraian menjadi hukum sah di negara itu. "Perpisahan
memberikan alternatif bagi pasangan ketika rumah tangga tidak mampu
diperbaiki. Kekerasan dan pelecehan pada perempuan sudah sangat tinggi
dan ini menjadi alasan kuat agar hukum cerai disahkan di Filipina," ujar
Ilagan.
Ilagan yakin rancangan undang-undang perceraian bakal membawa
perubahan pada masyarakat Filipina terutama kaum lelaki dalam memandang
perempuan. Dia mengatakan hukum tidak berpihak pada wanita inilah
membuat kaum hawa di negaranya rentan terkena tindak kekerasan. Dia
sangat percaya perceraian dapat memberdayakan perempuan menjadi lebih
baik sebab bisa membuatnya bertahan.
James Imbong, penasihat hukum dari Konferensi Uskup Katolik Filipina
(CBCP) mengatakan siapa pun mendorong terciptanya hukum perceraian di
negara itu tidak sesuai dengan konstitusi. Dia mengutip undang-undang
dasar pasal 15, ayat 2, menyatakan pernikahan sebagai hal tidak dapat
diganggu gugat, dasar dari keluarga, dan harus dilindungi negara.
"Makna melindungi ini berarti mencegahnya hancur. Bahkan orang awam tahu hal ini," ujar Imbong.
Meski demikian saat ini ada hukum yang membatalkan perkawinan dan
perpisahan namun bukan bercerai. Tapi sangat jarang perempuan Filipina
melakukan itu sebab memakan waktu, birokrasinya kompleks, melalui proses
panjang, dan biayanya sangat mahal.
Ilagan mengatakan Filipina membutuhkan hukum yang menanggapi
kebutuhan pasangan dalam pernikahan, atau salah satu pihak dikorbankan.
"Jika sudah tidak bisa diperbaiki, buat apa bertahan? Hukum cerai ini
memungkinkan pasangan bisa menikah kembali dan menemukan jodoh tepat.
Sedangkan hukum perpisahan dan pembatalan perkawinan tidak mengakui
pernikahan selanjutnya," Ilagan menyerukan ini tidak adil.
Sementara Imbong punya pendapat lain. Dia bilang jika pasangan
bercerai dapat membawa dampak psikologis pada anak-anak mengakibatkan
hilangnya pengasuhan dari kedua orang tua. Untuk yang satu ini Ilagan
pun bersikeras, anak juga bakal stress lihat bapak-ibunya tidak berhenti
bertengkar bagai kucing dan anjing.
Ini tentu tidak bakal bertemu penyelesaian. Hingga kini Filipina
bertahan pada hukum Katolik taat. Dan, saat ditanya perasaan Anna soal
perceraian, dia menjawab acuh tak acuh, "Bagi saya pernikahan tidak
penting, dan perceraian juga tidak penting," ujarnya.
No comments:
Post a Comment