Katakepo.blogspot.com - Langit gelap masih membekap kompleks pemakaman umum Kembang Kuning,
Surabaya, Jawa Timur. Azan subuh baru saja berkumandang dan umat muslim
bersiap melaksanakan salat subuh.
Namun keheningan di kuburan ini
pecah lantaran kedatangan rombongan peziarah Yahudi dipimpin Charles
Mussry. Lelaki berbadan tinggi dan atletis ini hadir dengan mengenakan
kippah atau yarmulke (peci khas Yahudi). Dia adalah pentolan keturunan
Yahudi di Surabaya. Munandri, kini 62 tahun, masih ingat betul kebiasaan
berziarah dilakoni Mussry pada 1960-an itu.
"Dia menziarahi kubur keluarganya saban bulan," kata pegawai pemakaman Kembang Kuning ini saat ditemui merdeka.com di kantor pengelola makam Selasa pekan lalu. Munandri menambahkan Charles biasanya datang menumpang Mercedes putih.
Kalau
sudah begini, anak-anak tinggal di sekitar Kembang Kuning, termasuk
Munandri, ketiban rezeki. Mussry biasa menyedekahkan recehan kepada
anak-anak membawa seember air buat mencuci tangan sebelum dan sehabis
berziarah.
Munandri tahu betul Mussry termasuk pengusaha tajir.
Dia memiliki bengkel mobil pabrikan Amerika Serikat di Jalan Simpang.
"Bengkelnya laris sekali. Dia juga punya banyak mobil," ujar kakek tiga
cucu ini.
Jalan Simpang kini telah berubah menjadi Jalan Pemuda.
Kediaman sekaligus bengkel Mussry bersebelahan dengan Rumah Sakit
Simpang juga telah bersalin rupa menjadi pusat belanja Delta Plaza atau
Plaza Surabaya.
Seperti dalam Islam, orang-orang Yahudi diajarkan
buat menziarahi kubur. Ziarah dalam bahasa Ibrani adalah yarzeit.
Selain mengingat soal tiap orang bakal mati, kata Rabbi Yobi Ensel,
pemuka kaum Yahudi di Manado, Sulawesi Utara, yarzeit juga buat
mengenang jasa mereka ketika masih hidup.
Biasanya, orang Yahudi
bakal memanjatkan doa dan pujian kepada Tuhan dengan membaca kaddis dan
halel atau tahlil. Sebelum meninggalkan makam, mereka akan menyimpan
sedikit uang di pusara. "Kalau kebanyakan bisa dicuri," katanya seraya
tertawa saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya semalam.
Kaum
Yahudi percaya kalau berziarah ke pusara seorang rabbi, penghuni kubur
itu bisa menyampaikan doa peziarah kepada Tuhan. Mereka juga mengenal
tradisi tahlil. "Untuk rabbi selama sebelas bulan, sedangkan orang biasa
pas tujuh hari dan setahun setelah kematian," ujarnya.
Tradisi
ziarah kubur Mussry ini berhenti setelah dia pun menghuni Kembang
Kuning. Mussry dijemput maut pada 23 Agustus 1971 dalam usia 52 tahun.
Seingat
Munandri, sangat jarang orang Yahudi datang ke Kembang Kuning. Orang
Yahudi terakhir dikubur di sini pada 1980," ujarnya. Namun dia tidak
ingat siapa penghuni pamungkas blok pusara Yahudi di Kembang Kuning itu.
No comments:
Post a Comment