Katakepo.blogspot.com - Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair)
Surabaya segera memproduksi obat herbal untuk anti-demam berdarah,
karena penelitian secara klinis sudah memasuki fase III.
"Obat
herbal untuk demam berdarah menggunakan tanaman Melaleuca Alternifolia
yang tumbuh di Australia, karena riset yang didukung Kemenkes itu memang
melibatkan peneliti Indonesia-Australia," kata Ketua ITD Unair Prof
Nasronuddin di Surabaya, Minggu (3/11).
Seperti diberitakan
Antara, Nasronuddin didampingi peneliti senior dari Center for Botanical
Medicine, Griffith University Australia, Max Reynolds, dan Kepala Pusat
Teknologi Demiologi Klinik Kementerian Kesehatan, Siswanto, menjelaskan
penelitian bersama itu dilakukan sejak 2006.
"Tapi, obat herbal
itu merupakan produk kita, namun bahan bakunya akan impor dari
Australia. Itu bukan berarti akan menggeser kemandirian kita, karena
prosesnya akan ada transfer teknologi," katanya di sela-sela simposium
tentang demam berdarah itu.
Menurut Nasronudin, metode penelitian
dan uji klinis fase III yang menggunakan random double-blind dengan
kontrol placebo itu didukung oleh lima rumah sakit dan 15 puskesmas di
Jawa Timur dengan target 530 pasien partisipan yang menderita infeksi
dengue.
"Dengue (DENV) adalah flavivirus yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti dengan empat serotype antigen yang berbeda, yakni
DEN-1 hingga DEN-4. Semua serotype dengue menginfeksi manusia dan belum
ada pengobatan atau vaksin yang tersedia untuk infeksi dengue.
Senada
dengan itu, peneliti senior Giffith University, Max Reynolds, menilai
temuan obat malaria terbaru oleh Indonesia itu bisa bermanfaat bagi
dunia, karena itu Indonesia harus memasarkan untuk dunia.
"Australia
sudah memakai tanaman Melaleuca Alternifolia untuk bahan baku obat
untuk meningkatkan daya tahan tubuh, tapi bukan obat demam berdarah,
baru kali ini untuk dengue dan Indonesia berhasil mengembangkannya,"
ujar Max.
Dalam kesempatan itu, Kepala Pusat Teknologi Demiologi
Klinik Kementerian Kesehatan, Siswanto, mengingatkan temuan Unair itu
hendaknya dimintakan persetujuan ke BPOM sebelum dilempar ke pasaran dan
dikonsumsi penderita.
"Saya yakin temuan ini segera mendapat
approval dari BPOM karena merujuk bahan baku tanaman Melaleuca
Alternifolia yang sudah mendapat paten di Australia, kendati untuk bahan
baku obat lain," katanya.
Untuk fase I, penelitian ini
melibatkan Universitas Gadjah Mada dan fase II melibatkan Universitas
Indonesia. "Riset ini digagas oleh Kementerian Kesehatan dan sepenuhnya
didanai pemerintah. Untuk fase III menghabiskan dana Rp 4 miliar,"
katanya.
No comments:
Post a Comment