Katakepo.blogspot.com - SRAGEN,Bermaksud mewujudkan cita-cita kuliah di jurusan akuntansi dengan
menjadi tenaga kerja Indonesia ke Hongkong, Erwiana Sulistiyaningsih
(23) justru menderita lahir batin. Di perantauan, hanya kesengsaraan
yang dia dapat dari majikannya.
Perempuan kelahiran 7 Januari
1991 ini adalah warga RT 5/RW 3, Dusun Kawis, Pucangan, Kecamatan
Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur. Erwiana lahir dari keluarga tidak mampu,
dari pasangan Rohmad Saputra (48) dan Suratmi.
Ayah Erwiana
hanya pekerja serabutan. Keinginannya kuliah harus dipendam dalam karena
kondisi ekonomi keluarga. Alasan yang sama mendorong Erwiana mendaftar
menjadi pekerja ke Hongkong.
“Sebetulnya dia itu tidak mau
menjadi TKI, tapi karena tidak ada biaya dan melihat kondisi
perekonomian orangtua, Erwiana mencoba mencari biaya kuliah dengan
menjadi TKI” kata Antik Priswahyudi, anggota Serikat buruh migran
Hongkong kepada wartawan di Rumah Sakit Amal Sehat Sragen, Jawa Tengah,
Senin (20/1/2014).
Informasi yang didapat Kompas.com, Erwiana
mendapatkan informasi untuk menjadi TKI melalui PT Graha Ayu Karsa pada
2012. Berawal dari informasi tersebut, dia berangkat ke Hongkong melalui
perusahaan itu pada 27 Mei 2013.
PT Graha Ayu Karsa adalah
perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia yang beralamat di Balai Latihan
Kerja – LN, Jalan Iskanda Muda No 18, (d/h Jalan Beringin Raya)
Kelurahan Kedawung Wetan, Kecamatan Neglasari, Tangerang, Banten.
Setelah
mengantongi visa kerja, Erwiana berangkat ke Hongkong seorang diri. Di
sana dia bertemu rekanan PT Graha Ayu Karsa yang menunggunya di bandara.
Dia pun langsung dibawa menemui majikan yang tingal di apartemen
beralamat di Tong Ming Street, Kowloon, Hongkong.
Majikan Erwiana
bernama Law Wan Tung. Sejak saat itu, Erwiana bekerja dan tinggal di
aparteman Law. Mulai saat itu pula, penyiksaan menjadi keseharian yang
dijalani Erwiana. Setiap kesalahan Erwiana harus "dibayar" dengan
pukulan memakai alat apa saja di dekat sang majikan.
Menghadapi
perlakuan buruk, Erwiana sudah pernah menghubungi agennya. Bukan dibela
apalagi diurus atau dipulangkan ke Indonesia, agen itu meminta Erwiana
kembali ke majikannya. Keluhan soal gaji yang disampaikan Erwiana pun
tak ditanggapi agennya.
Tahu Erwiana berusaha kabur, perlakuan
majikan makin menjadi-jadi. Misalnya, Erwiana hanya mendapat jatah air
minum satu botol sehari. Alergi dingin yang diderita Erwiana tak
sekalipun mendapatkan pengobatan, apalagi luka akibat penganiayaan
majikan.
Tanpa angin maupun hujan, pada 9 Januari 2014, Law
memulangkan Erwiana. Dia diantar ke Hong Kong International Airport
berbekal selembar tiket pesawat Garuda Indonesia dengan rute sambung
Jakarta - Solo.
Tak ada pesan lain dari Law selain ancaman untuk
tak menceritakan apa yang Erwiana alami selama bekerja padanya. Bila
pesannya dilanggar, Law mengancam akan membunuh orangtua Erwiana.
Semesta
masih menyisakan kisah baik. Di bandara, Erwiana bertemu Rianti.
Perempuan inilah yang membantu Erwiana pulang sampai ke Ngawi
Saat
di Bandara Hongkong tersebut Erwiana bertemu dengan Rianti yang
akhirnya menolong Erwiana pulang ke Ngawi. Dia juga yang membawa Erwiana
ke Rumah Sakit Amal Sehat Sragen untuk mengobati luka-luka Erwiana.
Namun, sampai hari ini keinginan Erwiana untuk kuliah di jurusan
akuntansi masih tetap sekadar mimpi tak terbeli.
No comments:
Post a Comment