Katakepo.blogspot.com - Jaringan pelacuran rumahan memang terbilang rapih. Semuanya sudah diatur
sedemikian rupa. Semuanya kebagian hasil. Dari pemilik rumah sampai
mucikari tentunya punya jatah fulus masing-masing dari jerih payah
pelacur.
Saat merdeka.com menyambangi salah satu rumah bersama
mucikari berinisial U sudah menyuruh pemilik rumah mengambilkan berbagai
minuman keras dengan merek tertentu.
"Mau apa, anggur apa bir
aja," tanya U kepada merdeka.com di lokasi, Subang, Jawa Barat, pekan
lalu. Tak lama berselang, semua botol bir disuguhkan di atas meja dengan
suguhan pelengkap minuman penambah stamina dan dua bungkus rokok.
Di
tempat sama, Nyun (nama disamarkan) biasa memberi komisi saban kali
transaksi syahwat. Dia mengakui buat mucikari dan pemilik rumah
mendapatkan jatah fulus sama yang diberi dari keringatnya.
"Buat
mang U, nyun kasih lima puluh ribu, buat yang punya lima puluh ribu,"
katanya. Selain itu, berbagai biaya buat kesehatan dirinya Nyun juga
merinci.
Saban kali transaksi Nyun selalu membuka tarif harga Rp
500 ribu untuk sekali jasa layanan tidur. Tapi biasanya pria hidung
belang menawarnya sampai Rp 350 ribu. Namun semuanya tergantung bisikan
sang mucikari.
"Biasanya segitu, tapi kalau mang U bilang bisa digetok, Nyun mah ikut aja harganya mamang," ujarnya.
Semisal ada pria hidung belang asal Jakarta
langganan U dengan latar belakang seorang bos, U bisa menghargai Nyun
sampai dua juta. Namun, jika pelanggannya sudah akrab dengan mucikari,
Nyun biasa melobi harga sendiri.
Belum lagi pengeluaran fulus
buat kesehatan Nyun, buat gadis seumurannya memang sangat berat. Saban
bulannya Nyun harus mendapatkan suntikan dari dokter khusus para pelacur
di desanya. "Tiga kali suntik neng mah, buat antibiotik, cegah
penyakit, sama KB," ujar Nyun.
Dia harus membayar Rp 300 ribu
saban bulan kepada dokter praktik yang memberikan layanan kesehatan
tersebut. "Ada dokter gilanya," ujarnya sembari tertawa.
Dari
pengakuan mucikari ada oknum aparat yang biasa mencoba mengganggu
lingkungan di sana. Namun, biasanya hanya diberi uang rokok lalu petugas
pergi ngeluyur dari lingkungan rumah di kawasan tersebut. "Biasanya ada
satu motor, dua orang ke sini. Enggak pakai lama, kasih langsung
pergi," ujar U.
Modus pelacur rumahan memang terbilang unik. Jauh
dari hiruk pikuk gemerlap kota. Namun, modus ini melibatkan berbagai
pihak yang terkait. Walau hanya berjarak ribuan kilometer dari ibu kota,
tapi Desa Saraden tak kalah jauh dari gemerlap dunia syahwat yang
ditawarkan buat pria hidung belang.
No comments:
Post a Comment