Katakepo.blogspot.com - "Jas merah: Jangan sekali-kali melupakan sejarah," demikian
salah satu pesan Presiden Pertama RI Soekarno. Namun pesan itu ternyata
tak dipegang baik-baik oleh Pemerintah Kota Depok. Bagaimana tidak,
bangunan bersejarah yang ada di Depok perlahan namun pasti mulai ditelan
pusat perbelanjaan dan gedung-gedung bertingkat.
Tengoklah Rumah
Tua Pondok Cina. Rumah bergaya arsitektur Belanda itu harus terapit
megahnya pembangunan hotel di area pusat perbelanjaan megah Margo City.
Mungkin musisi legendaris Iwan Fals tak salah jika dia pernah membuat
lagu berjudul 'Ujung aspal Pondok Gede'. "Sampai saat tanah moyangku
tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota," begitu petikan reff rain
karya Virgiawan Listanto yang masih membumi saat ini.
Petikan
itu seolah menjadi pembenaran atas pembangunan sebuah kota. Esensi
pembangunan massal menjadi seolah wajar jika situs bersejarah harus
menjadi kenangan. "15 tahun lalu rumah itu masih dalam kondisi utuh,"
kata Adi, 50 tahun warga asli Pondok Cina saat ditemui kemarin.
Kini
bangunan itu memang terbengkalai. Tepatnya sejak pembangunan hotel
tepat di depan Margo City Square. Area di pelataran rumah tua Pondok
Cina kini ditutup sementara oleh pengembang Margo City, PT Puri Dibya.
Rumah itu memang menjadi daya tarik bagi pengunjung Margo City. Ulasan
sejarah Kota Depok itu pun ditorehkan melalui media reklame buat
menambah daya tarik pengetahuan pengunjung.
Sebelum ditutup
sementara, rumah Pondok Cina pernah dijadikan cafe. Oh La La Cafe pernah
nangkring di rumah tua itu untuk melengkapi sarana area pusat
perbelanjaan Margo City Square. Setelah itu Old House Coffe menjadi
penghuni selanjutnya. Pengunjung bisa menikmati kopi sambil berhayal
jadi tuan tanah. Maklum, Old House Coffe memanjakan pengunjung dengan
menyeruput kopi sambil menikmati sisa gaya arsitektur Belanda rumah tua
itu.
Kini rumah itu seoalah tak terurus. Cat di dinding rumah tua
Pondok Cina sebagian mengelupas. Pelataran dengan lantai berwarna merah
itu bercampur dengan tanah. Deru mesin pemotong dari para pekerja
bangunan hotel itu menjadi lagu merdu bagi para pengunjung yang sekadar
ingin melongok rumah Pondok Cina.
Sekilas rumah itu memang tak
berubah. Namun beberapa bagian ada penambahan. Misalnya, atap rumah bisa
dijadikan tempat buat nongkrong. Padahal sebelum dibangun Margo City,
rumah Pondok Cina bisa dilihat ketika melintas di Jalan Margonda Raya.
"Dulu hanya dipagari seng dan berisi tukang tanaman," ujar Adi
mengenang. Kini jangan harap rumah Pondok Cina bisa terlihat dari Jalan
Margonda Raya.
Sebelum mata ini dibuat terpukau oleh gaya
arsitektur bangunan rumah tua itu, Hotel puluhan lantai lebih dulu
menjadi pemandangan paling utama selain menara Pusat Perbelanjaan Margo
City.
Ferdy Jonathans Koordinator Bidang Harta Milik Yayasan
Lembaga Cornelis Castelein (YLCC) mengatakan jika rumah tua Pondok Cina
merupakan salah satu situs bersejarah Kota Depok. Keberadaannya menjadi
tak terelakan sebagai bentuk asal muasal nama Pondok Cina. "Sebelum
Cornelis membeli tanah di Depok rumah itu sudah ada," kata Ferdy saat
ditemui di kediamannya, Jalan Kartini, Depok Lama kemarin.
"Bahkan
Cornelis pun membeli sebagian tanah dari pemilik rumah itu. Rumah itu
dulu dimiliki oleh orang Cina bermarga Tan" ujarnya menegaskan.
Ferdy
pun lantas menceritakan sejarah singkat soal keberadaan Rumah Pondok
Cina. Dia menuturkan jika keberadaan orang-orang etnis Tionghoa tak
lebih ketika melakukan dagang di wilayah Depok. Keberadaan orang Cina di
Depok diyakini sudah lama sebelum Cornelis Castelein membeli tanah dan
mempekerjakan 150 orang di Depok.
"Ada hubungannya dengan
keberadaan Klenteng di Lenteng Agung," tutur Ferdy yang juga merupakan
keturunan dari 12 marga budak Cornelis. Ferdy bermarga Jonathans.
Hubungan
dagang orang-orang Tionghoa di Depok memang tak dibatasi oleh Cornelis.
Namun Cornelis membatasi agar para pedagang etnis Tionghoa itu tak
tinggal di wilayah Depok. "Mereka akhirnya mendirikan pondok-pondok di
sepanjang Kali Ciliwung daerah Pondok Cina," kata Ferdy.
Karena
banyaknya pondok-pondok berisi orang Tionghoa, maka nama daerah yang
dulu disebut Kampung Bojong itu berubah menjadi Pondok Cina hingga kini.
Sebagai
pengelola kawasan pusat perbelanjaan Margo City Square, PT Puri Dibya
Properti berjanji tidak akan menghilangkan bangunan bersejarah tersebut.
"Sebetulnya tidak perlu diingatkan kita akan menjaga bangunan itu,"
kata Manager Marketing Communication Margo City Square, Rani Fitriawati
melalui seluler semalam.
Bangunan rumah Pondok Cina itu pun diklaim tidak diubah. "Bangunan lama tetap dengan struktur sesungguhnya."
Rani
pun menjelaskan soal penutupan sementara aktivitas Old House Coffe di
rumah tua Pondok Cina. Penutupan itu dilakukan lantaran sedang ada
pembangunan hotel yang menjadi kawasan Margo City. "Memang kita tutup
sementara karena pembangunan hotel," ujarnya.
No comments:
Post a Comment