Katakepo.blogspot.com - Setelah mencoba berkenalan dan beradaptasi, baik dengan penduduk
sekitar dan budaya Jepang, saya pun mulai terbiasa. Ada beberapa hal
yang membuat saya tertarik dan ingin sekali mengimplementasikannya di
Indonesia, walaupun hal tersebut sudah coba diterapkan oleh pemerintah
namun belum maksimal.
Hal apa yang membuat saya tertarik? Pertama kali, saya datang ke
Jepang, tentunya saya masih terikat dengan kebiasaan ketika masih berada
di Indonesia, yaitu masih membuang sampah yang tercampur dalam satu
wadah atau plastik. Namun ternyata, setelah mendapatkan pengetahuan dan
penjelasan baik dari orang-orang Indonesia yang juga berada di sana,
serta orang Jepang asli, akhirnya saya mengerti tentang tata cara
pembuangan sampah yang dianut dan diaplikasikan oleh penduduk lokal.
Memang dari setiap tempat berbeda namun, secara struktural, pembagian
hari untuk pembuangan sampah adalah sama. Contohnya, di tempat saya,
Hamamatsu, setiap hari Senin adalah hari untuk membuang sampah
barang-barang yang dapat terbakar seperti kertas, kayu, daun-daunan dan
segala hal yang dapat terbakar habis. Tradisi membuang sampah dengan
membeda-bedakan serta memisah-misahkan menurut bentuk, ukuran dan hari,
menurut orang Jepang sendiri sudah berlangsung sejak zaman Edo.
Dalam pemikiran saya, seandainya hal ini bisa diterapkan di
Indonesia, selain dapat memupuk rasa disiplin dan cinta kebersihan, sisi
positif lain yang dapat diambil adalah benda-benda yang masih layak
pakai dapat diberdayakan lagi untuk disumbangkan ke pihak yang tidak
mampu atau juga didaur-ulang.
Bahkan tidak hanya memisahkan benda menurut harinya saja, ada ketentuan
khusus dalam proses pembuangannya. Diwajibkan untuk menggunakan plastik
besar berwarna khusus untuk benda tertentu. Contohnya untuk benda yang
tidak dapat terbakar atau tidak dapat didaur-ulang harus menggunakan
plastik berwarna hitam. Plastik berwarna putih untuk benda-benda yang
dapat terbakar, dan lain-lain.
No comments:
Post a Comment