Katakepo.blogspot.com - Pemerintah tengah berupaya keras mengurangi kuota impor Bahan Bakar
Minyak (BBM). Cara yang ditempuh adalah memanfaatkan biodiesel dengan
mencampurkan 10 persen bahan bakar nabati (BBN) pada BBM.
Pemerintah juga berencana menempuh cara lain dengan mengembangkan
perkebunan energi teritegrasi, yang berisi tanaman bahan energi
alternatif. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga agar produksi BBN dapat
berjalan secara berkesinambungan.
"Perkebunan energi terintegrasi merupakan konsep yang menghubungkan
perkebunan tanaman penghasil BBN dengan pengolahannya pada suatu wilayah
agar terintegrasi dari hulu hingga hilir pada sebuah rantai nilai,"
ujar Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Rusman Heriawan, di Jakarta,
Rabu (18/9).
Rusman mengatakan, pengembangan model kebun energi ini dilakukan
sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun
2006 yang menunjuk Menteri Pertanian menyediakan tanaman untuk menunjang
program pemanfaatan BBN.
"Penyediaan tanaman termasuk memfasilitasi penyediaan bibit dan
benih, penyuluhan dan integrasi kegiatan pengembangan dan kegiatan pasca
panen," ungkap dia.
Selanjutnya, Rusman menjelaskan, perkebunan energi ini akan dikelola
dengan sekumpulan aktivitas dalam pengembangan BBN yang setiap
tahapannya menambahkan nilai atau manfaat terhadap produk yang
dihasilkan. Dia menambahkan, kumpulan aktivitas dalam perkebunan itu
akan terintegrasi dalam sebuah sistem produksi.
Rusman berharap, keberadaan model perkebunan energi terintegrasi ini
dapat mendorong terpenuhinya suplai BBN. "Perkebunan energi terintegrasi
juga diharapkan akan mendorong terbangunnya fokus dan sinergi kebijakan
antar pelaku lintas sektor," pungkas dia.
Sebelumnya, pemerintah disarankan untuk membangun kebun energi
menyusul kebijakan yang mewajibkan pencampuran 10 persen Bahan Bakar
Nabati (BBN) ke solar. Kebun energi tersebut berupa tanaman kelapa sawit
yang khusus untuk memasok bahan baku BBN.
"Dengan begitu maka akan terjamin pasokan BBN sehingga membuat harga
stabil. Pasokan yang stabil bisa direalisasikan dengan mengintegrasikan
mata rantau bisnis dari hulu sampai hilir," ujar Deputi Teknologi
Informasi Energi dan Material Badan Pengkajian Penerapan Tehnologi
(BPPT) Unggul Priyanto.
Menurutnya, kebun sawit khusus BBN ini tidak akan mencamplok pasar
minyak sawit mentah atau CPO. Produksi CPO sendiri saat ini sudah
kelebihan sekitar 25 juta per ton.
"Jadi untuk kebun energi, misalnya kelapa sawit maka harga bahan baku
biodisel seperti CPO ini bisa dibuat stabil karena hanya akan dipakai
untuk biodisel yang diproses di dalam kawasan kebun energi tersebut, dan
tidak dipakai untuk kebutuhan lainnya seperti komoditas ekspor,"
jelasnya.
No comments:
Post a Comment