Katakepo.blogspot.com - Kairo, Sudah banyak kisah ditulis tentang
perjuangan seorang ibu untuk menghidupi anak-anaknya. Namun, kisah
perjuangan hidup Sisa Abu Daooh, seorang perempuan asal Mesir ini,
mungkin terbilang luar biasa.
Bagaimana tidak, Sisa yang menjadi
satu-satunya pencari nafkah bagi keluarganya, harus menyamar sebagai
seorang pria selama 43 tahun agar bisa bekerja dan mendapatkan nafkah.
Perjuangan
hidup Sisa (64), dimulai ketika suaminya meninggal dunia di kala dia
tengah mengandung. Sisa yang kala itu berusia 21 tahun ditinggalkan
tanpa uang sepeserpun dan tanpa sumber penghasilan.
Kesulitan
Sisa bertambah karena kebudayaan setempat tidak mengizinkan perempuan
bekerja mencari nafkah. Dihadapkan pada situasi sulit seperti itu, Sisa
akhirnya memutuskan untuk menyamar sebagai seorang pria.
Dia
kemudian mengenakan pakaian pria seperti pakaian semacam jubah dengan
lengan lebar serta mengenakan serban dan sepasang sepatu hitam.
"Untuk
melindungi diri saya dari para pria karena terkait tradisi, saya
memutuskan untuk menjadi seorang pria. Saya mengenakan pakaian pria,
bekerja bersama para pria di tempat yang tak seorangpun mengenal saya,"
kata Sisa.
Dengan menyamar sebagai pria, Sisa kemudian bisa mendapat berbagai pekerjaan kasar yang memberinya nafkah.
"Saya
bisa mendapatkan beberapa pekerjaan kasar seperti mengangkut batu dan
semen. Di lain hari saya membersihkan sepatu dan bahkan saya mengemis di
jalanan demi menghidupi diri saya dan putri saya," ujar Sisa.
Dari
kerja kerasnya itu, Sisa ternyata mampu membesarkan putrinya hingga
menikah. Namun, ternyata kehidupan keras Sisa belum berakhir. Menantunya
jatuh sakit dan tak bisa bekerja. Alhasil, Sisa kembali harus bekerja
untuk menghidupi putri dan beberapa cucunya.
"Ibu saya adalah
satu-satunya orang yang mencari nafkah untuk keluarga kami. Dia bangun
pagi-pagi sekali dan mulai menyemir sepati di stasiun kereta api Luxor,"
ujar Houda, putri Sisa.
Meski menjalani hidup yang keras dan
harus menyembunyikan identitasnya sebagai seorang perempuan, Sisa
mengaku dirinya sangat bahagia.
"Saya bahagia. Saya bisa
mengerjakan pekerjaan pria dan semua orang menyukai pekerjaan saya. Saat
para pria melihat saya, mereka melihat saya sebagai seorang pria,"
lanjut Sisa.
Lama kelamaan banyak orang yang mengetahui bahwa
Sisa adalah seorang perempuan. Namun, setelah puluhan tahun menjadi pria
maka tak ada lagi orang yang mempermasalahkan jenis kelamin Sisa. Dia
bahkan tetap bisa menjalani hidupnya sebagai seorang pria.
Akhirnya,
perjuangan hidup Sisa terdengar pemerintah kota Luxor. Tahun ini
pemerintah Luxor mendaulat Sisa sebagai ibu paling berbakti di Luxor.
Sisa
bahkan bisa bertemu Presiden Mesir Abdel Fatah Al-Sisi pada Minggu
(22/3/2015), untuk menerima sertifikat penghargaan yang tak bisa
dibacanya karena perempuan itu buta huruf.
Selain sertifikat,
pemerintah Mesir memberi Sisa sebuah kios dan bantuan modal sehingga
Sisa bisa berjualan untuk menambah penghasilannya.
No comments:
Post a Comment