Tanya:
Perkenalkan nama saya Ida Bagus Nyoman Ari
Sanjaya, saya dari Bali dan beragama Hindu. Saya ingin bertanya pada
ustaz yang bijak: Sering saya mendengar kalimat yang mengatakan “orang
yang bukan muslim adalah orang kafir” dan “tiada tuhan selain Allah”.
Apa intisari makna kalimat tersebut? Bagaimana pengategorian kafir
menurut Islam? Bapak Ustaz yang bijaksana, dengan rasa tulus saya mohon
pencerahannya, terimakasih dan selamat menunaikan ibadah puasa.
Ida Bagus Nyoman Ari Sanjaya
Jawaban:
Pak
Ida Bagus Nyoman yang saya hormati, terima kasih atas pertanyaannya.
Saudara-saudara dari kalangan nonmuslim kerap bertanya seperti ini.
Bagaimana sebenarnya pandangan Islam terhadap kaum nonmuslim ? Apa
intisari kata “kafir”?
Menyebut kafir bukan karena benci
Orang
Islam tidak boleh memaksakan ajaran agamanya kepada umat lain karena
diharamkan. Allah SWT berfirman, “Tidak ada paksaan dalam agama.”
Selain
itu, umat Islam juga tidak boleh menyimpan kebencian terhadap umat
lain. Banyak sekali kisah teladan yang bisa disebut sebagai contoh sikap
seharusnya muslim kepada nonmuslim.
Dalam setiap perang,
pasukan muslim dilarang menguasai atau menghancurkan tempat ibadah
nonmuslim. Khalifah Umar menghapus kewajiban jizyah (pajak
tambahan bagi orang nonmuslim) bagi kafir yang miskin. Beliau bahkan
memberi infak secara rutin kepada kafir yang miskin itu. Ada lagi kisah
lain.
Mungkin Pak Nyoman pernah mendengar kisah Muhammad SAW
dengan nenek Yahudi yang selalu memusuhi dan menghasut orang-orang untuk
membenci Muhammad. Meski demikian, Nabi Muhammad selalu datang tiap
pagi dan sore untuk menyuapi si nenek itu (yang buta dan ompong).
Nenek
yang buta dan ompong itu tidak mengetahui bahwa yang tak bosan-bosan
dan telaten menghaluskan makanan untuk disuapkan kepadanya justru adalah
orang yang dibenci dan dimusuhinya.
Esensi kata ‘kafir’ dalam Islam
Jika Islam sedemikian sayangnya kepada nonmuslim, maka apa sebenarnya esensi kata kafir yang merujuk kepada semua nonmuslim itu?
Harus
kami tegaskan bahwa semua orang yang tidak memeluk Islam, dalam
pandangan kitab suci Quran memang disebut kafir. Secara bahasa, kata ini
bisa bermakna mengingkari, menolak, menentang atau menyangkal.
Secara
sederhana, mereka yang disebut kafir bisa kita klasifikasikan menjadi
tiga kelompok. Pertama, mereka yang disebut oleh Quran sebagai Ahli
Kitab, yaitu umat Yahudi dan Nasrani.
Kedua, kelompok musyrik. Mereka inilah para penyembah berhala, api, matahari dan sebagainya.
Ketiga,
kelompok munafik. Dari luar, orang-orang ini tampak bagai muslim. Namun
dalam hatinya, terdapat kekafiran. Dengan kekafiran inilah, kaum
munafik harus terjerembab ke dalam kerak terdalam di neraka kelak.
(Dengan demikian, sebutan kafir sebenarnya berlaku juga bagi orang muslim.)
Bahkan orang muslim pun harus kafir
Ketika
Pak Nyoman merasa heran mengapa kaum muslim menyebut umat lain kafir,
maka kami ingin memberitahukan bahwa bukan hanya umat lain saja yang
bisa disebut kafir. Bahkan kami kaum muslimin pun harus kafir.
Kafir
secara bahasa bermakna mengingkari, menolak dan menyangkal. Ketika
saudara-saudara nonmuslim menolak masuk Islam, mengingkari dan
menyangkal kebenaran Islam, maka mereka kami sebut kafir.
Kaum
muslim sendiri, dalam sebuah ayat (QS Al Baqarah: 256), diperintahkan
untuk beriman kepada Allah SWT dan mengingkari, menyangkal dan menolak taghut — yakni sesembahan selain Allah.
Di
satu sisi kami harus beriman kepada Allah SWT, dan di sisi lain kami
juga harus menjadi kafir terhadap taghut. Bila kekafiran ini tidak
dilaksanakan, ada potensi kami menuju kekafiran yang dimiliki oleh
saudara-saudara nonmuslim.
Waallahua’lambisshawab
Ahmad Sarwat, Lc., M.A
Saturday, August 3, 2013
Home »
» Pemahaman Kafir dalam Islam
Pemahaman Kafir dalam Islam
10:54 AM
No comments
0 comments:
Post a Comment