Katakepo.blogspot.com - Sudah pernah dengar tentang desa yang seluruh penduduk prianya berotot? Atau desa wanita Amazon ala abad 21?
Di dunia ini
ternyata ada banyak sekali desa aneh dan tak biasa yang tak akan bisa
Anda temui di tempat lain. Semuanya memiliki keunikan tersendiri.
Berikut ini adalah 9 di antaranya :
1. Desa pikun Hogewey – Belanda
Desa Hogewey terletak di Weesp, Belanda. Sekilas pandang, desa mungil
ini tampak normal. Namun, semua penduduk di sana ternyata para lansia
yang menderita demensia alias pikun.
Hogewey
sebenarnya adalah sebuah panti jompo yang berkonsep seperti sebuah desa.
Sengaja dibuat demikian agar para pasien merasa bahwa mereka seperti
menjalani kehidupan normal. Mereka bahkan tidak tahu kalau desa itu
adalah sebuah panti jompo yang dipantau selama 24 jam.
2. Lembah Boneka Nagoro – Jepang
Nagoro adalah sebuah desa terpencil di Jepang yang terkenal dengan
julukan Lembah Boneka. Pasalnya nyaris seluruh penduduk desa tersebut
adalah boneka.
Dulunya Nagoro
adalah desa biasa. Namun belakangan penduduknya semakin berkurang
hingga kurang dari 50 orang. Lantas wanita berusia 64 tahun bernama
Ayano Tsukimi membuat satu boneka untuk menggantikan setiap orang yang
meninggalkan desa itu.
Tiap kali ada
tetangganya yang meninggal atau meninggalkan desa, Tsukimi akan segera
membuat boneka tiruan mereka, lalu memposisikan boneka-boneka tersebut
seperti sedang melakukan aktivitas yang biasa dilakukan oleh
tetangganya. Ia membuatkan boneka anak-anak dan guru untuk diletakkan di
gedung sekolah , boneka para manula lengkap dengan kursi roda yang
sedang menunggu bus di halte, dan berbagai boneka anak-anak serta orang
dewasa yang tampak sedang beraktivitas di rumah mereka. Desa Nagoro, yang terletak terpencil di selatan kawasan pegunungan
Jepang, dulu adalah rumah bagi beratus-ratus keluarga. Namun saat ini
hanya tinggal 35 orang saja. Hal ini akibat penuaan dini dan meninggal
dunia, tak sebanding dengan angka kelahiran.
Sekarang penduduk-penduduk desa yang indah dan jauh dari polusi ini
digantikan dengan ratusan boneka-boneka. Desa ini menjadi desa hantu
yang sepi, sunyi dan di sana-sini hanya terlihat boneka-boneka besar.
Menjadi desa sepi dengan penghuni boneka-boneka aneh.
Boneka itu dibuat oleh seorang ibu tua bernama Tsukimi Ayano dan
beberapa warga desa hantu ini untuk menggantikan tetangga-tetangganya
yang telah meninggal atau pergi meninggalkan desa.
Pada tahun 1965, Tsukimi Ayano adalah salah satu warga muda di Desa
Nagoro. Dia pindah kembali dari Osaka ke Nagoro. Ia datang untuk menjaga
ayahnya yang sudah berumur 85 tahun.
“Mereka (boneka-boneka) membawa kembali kenangan,” kata Ayano.
Ia kemudian menujukkan puluhan boneka seukuran manusia memadati sudut-sudut rumahnya.
Jika datang ke desa ini, pasti kita akan merasa aneh, karena ada
banyak boneka-boneka seukuruan manusia menempati rumah kosong, di
beranda rumah, sejumlah boneka di halte bus, bertengger di pagar dan
pohon, meringkuk di toko-toko, dan dimanapun.
“Orangtua dulu suka minum sake dan bercerita. Ini mengingatkan saya
pada masa lalu, ketika mereka masih hidup dan sehat,” katanya sambil
menunjukkan boneka berwujud perempuan tua.
Secara umum, anak kelahiran di Jepang merosot tajam, sekaligus
penduduknya mengalami penuaan dini. Nagoro adalah satu dari sejumlah
desa di Jepang yang menjadi desa hantu, desa yang dulu ramai sekarang
sunyi sepi ditinggal mati penduduknya.
Sekolah-sekolah di desa ini tutup, rumah-rumah dan toko terkunci
sepi, tutup selamanya. Terakhir, sekolah dasar di desa ini tutup dua
tahun lalu.
Populasi Jepang mulai menurun pada tahun 2010 dari puncaknya 128
juta. Tanpa peningkatan drastis angka kelahiran dan semakin banyak
penduduk yang migrasi maka diperkirakan akan turun menjadi 108 juta pada
tahun 2050 dan menjadi 87 juta pada 2060.
3. Noiva do Cordeiro – Brasil
Tak salah rasanya jika menyebut Noiva do Cordeiro sebagai desa wanita
Amazon modern. Pasalnya desa ini hanya dihuni oleh kaum perempuan.
Lebih dari 600
wanita yang menghuni desa ini adalah wanita muda yang cakap dan
mandiri. Mereka mengerjakan segala urusan tanpa bantuan laki-laki.
Beberapa
perempuan di Noiva do Cordeiro ada yang sudah menikah dan punya
keluarga, namun suami dan anak lelaki yang sudah dewasa dilarang tinggal
di sini. Mereka hanya boleh pulang di akhir pekan. Kini desa tersebut
sangat membutuhkan pria . Sebuah kota kecil, Noiva do Cordeiro, Menas Gerais, Brasil, memiliki
600 orang penghuni yang seluruhnya adalah perempuan, yang menurut banyak
kalangan memiliki paras yang cantik. Para perempuan warga kota ini
berusia 20-35 tahun. Mereka kini merindukan kehadiran para pria lajang,
yang bersedia tinggal di kota itu dengan aturan para perempuan.
Sebagian para perempuan ini memang sudah menikah. Namun, para suami
mereka bekerja jauh dari kampung halamannya dan hanya boleh kembali pada
akhir pekan.
Sementara itu, para anak laki-laki diminta meninggalkan kota itu saat
berusia 18 tahun dan tak ada pria lain yang diizinkan tinggal di kota
yang terletak di sebuah lembah terpencil, sekitar 96 kilometer dari kota
Belo Horizonte.
Kota ini berdiri pada 1890-an, saat seorang perempuan muda bernama
Maria Senhorinha de Lima dan keluarganya dikucilkan oleh gereja Katolik
setempat karena dituduh berbuat zina.
Perlahan-lahan, semakin banyak perempuan lajang dan para ibu
bergabung dengan komunitas itu. Pada 1940, seorang pendeta Anisio
Pereira memperistri seorang perempuan muda berusia 16 tahun dan
mendirikan gereja di komunitas itu.
Namun, pendeta Anisio kemudian menerapkan aturan ketat, yaitu
melarang warga minum minuman keras, mendengar musik, memotong rambut,
atau menggunakan alat kontrasepsi.
Ketika pendeta Anisio meninggal dunia pada 1995, para perempuan ini
memutuskan untuk tidak lagi membiarkan pria mendikte kehidupan mereka.
Salah satu hal pertama yang mereka lakukan adalah membubarkan organisasi
keagamaan yang dianggap bias jender.
Kini, para perempuan yang berkuasa di kota kecil itu. Mereka
mengerjakan semua hal sendiri, mulai dari bertani, merencanakan
pembangunan kota, hingga ritual keagamaan.
Namun, warga Noive de Cordeiro menghadapi satu masalah utama, yaitu
meski para perempuan ini berparas cantik, mereka kesulitan mencari
pasangan hidup. Nelma Fernandes (23), salah seorang warga kota, mengakui
mencari pasangan merupakan hal yang hampir mustahil untuk para
perempuan kota ini.
“Di sini, pria yang bisa ditemui para gadis lajang jika tidak sudah
menikah atau berkerabat dengan kami. Saya belum pernah mencium seorang
pria,” kata Nelma.
“Kami semua bermimpi untuk jatuh cinta dan menikah. Namun, kami juga
suka tinggal di sini dan tak mau meninggalkan kota hanya demi mencari
suami,” lanjut dia.
Kekurangan pria lajang kini membuat komunitas para perempuan cantik
itu mengajak para pria, yang tentu saja bersedia beradaptasi dengan
dunia perempuan, untuk tinggal di kota kecil itu.
“Kami ingin tahu pria yang ingin meninggalkan kehidupan mereka dan
menjadi bagian dari kami. Namun, pertama kali mereka harus setuju
menuruti perintah kami dan hidup sesuai aturan kami,” kata Nelma.
Meski sudah lama membubarkan gereja yang dirintis pendeta Anisio,
para perempuan kota ini merasa mereka tak pernah ditinggalkan Tuhan.
“Kami memiliki Tuhan di dalam hati kami. Namun, kami pikir kami tak
perlu pergi ke gereja, menikah di hadapan pendeta, atau membaptis
anak-anak kami. Semua adalah aturan yang dibuat para pria,” kata Rosalee
Fernandes (49).
Rosalee yakin dalam banyak hal perempuan jauh lebih baik dibanding
para pria. Dia mengatakan, di tangan para perempuan, kota Noiva do
Cordeiro jauh lebih cantik, lebih terorganisasi, dan lebih tenteram
dibanding jika kota itu dikelola para pria.
“Saat menghadapi masalah, kami memecahkan masalah dengan cara
perempuan. Kami mencari konsensus dan bukan konflik,” lanjut Rosalee.
“Kami berbagi semua hal, bahkan tanah tempat kami bekerja. Tak ada
kompetisi di antara kami. Semua dilakukan demi kebersamaan,” tambah dia.
Pada saat-saat senggang, para perempuan ini mengisinya dengan
bergosip atau saling mencoba pakaian baru atau saling menata rambut.
“Bahkan, baru-baru ini kami patungan membeli TV layar lebar sehingga kami bisa menonton opera sabun bersama,” kata Rosalee.
Kehidupan di Noiva do Cordeiro memang menyenangkan dan nyaris tanpa
kekurangan. Satu-satunya kekurangan yang dirasakan para perempuan itu
adalah kehadiran para pria yang menyayangi mereka.
4. Asola dan Fatehpur Beri – India
Inilah dua desa di negara India yang terkenal sebagai desa ‘pria kuat’.
Dilaporkan Oddity Central, desa Asola dan Fatehpur Beri memang dipenuhi
pria-pria berotot. Hampir 90 persen laki-laki dari desa itu bekerja
sebagai bodyguard di klub malam di kota-kota terdekat seperti New Delhi.
Sisanya membentuk tubuh untuk mempersiapkan diri sebagai atlet
profesional.
“Di desa ini,
tidak ada seorang anak lelaki pun yang tidak pergi ke gym,” kata Vijay
Pahelwan, kepala pelatih di akhada, sebutan untuk gym. “Semua anak
laki-laki berolahraga. Mereka sangat berhati-hati terhadap tubuh mereka.
Tidak ada yang mengonsumsi minuman keras atau tembakau.”
Kebanyakan
anak laki-laki mengikuti gulat pada usia yang sangat muda dengan harapan
bisa mengikuti ke Olimpiade. Jika gagal biasanya mereka banting setir
menjadi tukang pukul atau bodyguard.
5. Desa terapung Uros – Peru & Bolivia
Jika berkunjung ke danau Titicaca yang berada di perbatasan Peru dan
Bolivia, Anda akan menemukan pulau-pulau terapung yang terbuat dari
jerami. Pulau yang dinamakan Uros ini sekaligus berfungsi sebagai desa
pemukiman suku Uru.
Uros ini
terbuat dari sejenis alang-alang bernama totora. Suku Uru menjalankan
hampir seluruh aktivitas di atas Uros. Meskipun bahan pembuatannya
sangat sederhana ternyata fasilitasnya cukup lengkap. Ada rumah-rumah
untuk setiap keluarga, sekolah, dan bahkan ada stasiun radio.
Menurut
Wikipedia, dulunya pemukiman yang dibangun di tengah ini difungsikan
sebagai tempat tinggal sekaligus benteng pertahanan yang mudah
dipindah-pindahkan. Jika musuh mendekat, penduduk suku tinggal melarikan
diri bersama dengan rumah mereka.
6. Desa Nudis Tertua
Perkampungan Spielplatz di Hertfordshire terlihat seperti desa kecil
yang tenang, tapi ada sesuatu yang sangat berbeda tentang kehidupan di
sini. Pada pandangan pertama, desa kecil sunyi ini terlihat seperti
tempat lain di tengah sabuk komuter London. Tapi rumput dan semak-semak
dengan rapi menyembunyikan banyak hal. Desa Hertfordshire adalah rumah
koloni tertua kaum telanjang di Inggris. Perkampungan Spielplatz di Hertfordshire terlihat seperti desa kecil
yang tenang, tapi ada sesuatu yang sangat berbeda tentang kehidupan di
sini. Pada pandangan pertama, desa kecil sunyi ini terlihat seperti
tempat lain di tengah sabuk komuter London. Tapi rumput dan semak-semak
dengan rapi menyembunyikan banyak hal. Desa Hertfordshire adalah rumah
koloni tertua kaum telanjang di Inggris.
Seperti yang dikutip dari
tribunnews.com, Anda memang tidak harus telanjang untuk tinggal di sini – tapi mereka mungkin tidak akan menjual rumah jika Anda tidak begitu.
Mulai dari di kolam renang, aktifitas memotong rumput, bahkan
menikmati bir di bar lokal, penduduknya selalu melakukannya dengan
bertelanjang. .
Tapi setelah 85 tahun diam-diam menegakkan kode ketertelanjangannya,
desa rahasia Spielplatz – nama itu berarti bermain – siap unjuk
keterlanjangan mereka ke dunia untuk pertama kalinya. Bulan depan warga
di sana membuka pintu untuk pertama kalinya untuk dokumenter TV untuk
More4.
Para nudis akan mengekspos ke dunia apa yang tetangga mereka, tukang
pos dan pengiriman driver supermarket terlihat setiap hari dalam
seminggu.
Tapi warga veteran Iseult Richardson, 82, yang tinggal di desa hampir
sepanjang hidupnya, tidak melihat ada yang istimewa dari ekspos
tersebut.
“Tidak ada perbedaan antara naturists dan orang-orang yang tinggal di
jalanan,” desaknya. “Kita semua hidup normal tetapi hanya cukup
beruntung untuk tinggal di tempat yang luar biasa ini. Ini seperti
sebuah negara kecil.
“Kami memiliki segala macam pengiriman. Tukang susu datang dan
mengantarkan, dan kami memiliki tukang koran meskipun yang sekarang
berhenti.
“Para tukang pos dan pedagang tahu kami, dan membawakan kami begitu mereka menemukan kami. Mereka tidak pernah tampak terganggu.
“Kadang-kadang mereka harus berjalan sepanjang jalan sampai ke tengah
wilayah kami, jika mereka membawa sesuatu yang berat seperti kompor.”
Desa ini didirikan oleh ayah Iseult Charles Macaskie, yang membeli seluas 12-acre untuk £ 500 pada tahun 1929.
Wilayah ini ada di Briket Wood, beberapa mil di luar St Albans, dan
merupakan tempat tinggal permanen bagi sekitar 34 pemilik bungalow
kecil. Ada lagi 24 rumah yang tersedia untuk sewa untuk pengunjung musim
panas.
Pusat dari desa ini adalah club house di mana warga berkumpul untuk
disko, sesi karaoke, kuis malam dan turnamen renang, dengan bertelanjang
tentunya.
Beberapa ratus meter jauhnya, pengendara yang tidak mengetahui sama sekali berlalu di jalan tol M1 yang sibuk.
Tapi seperti pemirsa TV akan melihat, ada kesulitan dalam surga
nudist, ketika pengembang properti rumah di desa itu menganggap desa ini
adalah tempat yang sempurna untuk pengembangan perumahan multi juta
pound.
Saat ini Spielplatz dijalankan sebagai sebuah klub dan siapa saja
yang ingin membeli salah satu bungalow – rata-rata murah, di £ 85.000 –
harus diperiksa oleh dewan.
Biasanya, mereka akan menjadi anggota paruh waktu selama setidaknya satu tahun, menurut Iseult.
Dia mengatakan: “Tempat ini dapat dibeli dan dijual seperti di tempat
lain. Orang kadang-kadang bergerak pada saat mereka pensiun dan pergi
ke suatu tempat cuaca yang lebih cerah.
“Baru-baru ini salah satu dibeli oleh pasangan yang tidak terlalu
menyukainya, sehingga mereka mendapat izin perencanaan untuk memugar dan
membangun yang baru. Ini hampir selesai dan mereka akan pindah ke rumah
baru mereka dalam beberapa bulan.”
Sebagai warga Tina Yates, 64, mengatakan: “Ini hanya sebuah komunitas kecil di mana semua orang mengenal orang lain.”
Tapi seperti masyarakat lainnya, kaum nudis di sana memiliki keuntungan tersendiri. Kepemilikan properti jauh dari rebutan.
Warga berjuang untuk setuju tentang bagaimana untuk menangani anggota
keluarga yang suka mampir, tapi tidak mau menanggalkan pakaian mereka.
Beberapa warga yang keras di sana mengatakan itu adalah kasus di mana,
mereka harus telanjang atau tak usah mampir sama sekali.
Tetapi anggota dewan yang moderat mau mengakui orang yang memakai pakaian untuk sesi tertentu.
Direktur keuangan Vic Lightfoot, 68, ayah tiga anak dari dua kali
pernikahan, berasal dari High Wycombe, telah mengalami kesulitan
membujuk pacarnya Maggie Fitzgerald dan putrinya, Joanne, untuk masuk ke
dalam semangat Spielplatz.
Joanne bahkan diminta untuk meninggalkan kampung tersebut karena gagal mau membuka pakaian di hari terbuka.
Vic mengakui: “Anda tidak bisa punya siapa-siapa di sana yang tidak
naturist – itu akan berubah menjadi perumahan untuk pengunjung.”
“Itu memalukan bagi orang-orang yang mengatakan kepada saya tentang
keberatan. Mungkin terdengar aneh, orang-orang yang telanjang yang tidak
nyaman dengan orang-orang dengan pakaian.
“Sejak itu kami telah berdiskusi dan saya telah datang dengan
beberapa saran. Mungkin jika kita memiliki sarung untuk disewakan …”
Pacarnya Maggie, 66, berpikir dia harusnya diizinkan di sana, karena
dia tidak dapat mengekspos tubuhnya di bawah matahari untuk alasan
kesehatan.
“Tak seorang pun pernah mengatakan, lihat Maggie Anda harus
melepaskan pakaian. Saya telah membantu menyiapkan makanan, menjadi
salah satu orang banyak.
“Ketika Anda berenang, Anda tidak diperbolehkan untuk memakai pakaian
dan saya telah berenang. Saya tidak punya masalah dengan itu.
Orang-orang pergi ke sana untuk melarikan diri dari dunia nyata. Dan
menanggalkan pakaian adalah pelarian utama.
“Saya harus mengingatkan Vic saat dia di tempat saya agar memakai
celananya. Agar adil, ia terus memakai celana dalamnya jika dia duduk di
kursi plastik.
“Ada beberapa hal di mana Anda tidak ingin terjebak di kursi plastik.”
7. Desa Diatas Batubara yang Membara
Jharia dan desa tetangga Bokapahari, di negara bagian Jharkhand,
terletak dalam salah satu cadangan batubara terbesar di India. Batubara
kokas penting bagi perekonomian India karena lebih dari 70% pasokan
listrik di negara itu berasal dari batu bara. Tapi untuk 90.000 orang
yang tinggal di sekitar Jharia, tidak ada manfaatnya. Kebakaran batubara
mengamuk di bawah permukaan tanah dan gas beracun termuntahkan dari
celah di dalam dan sekitar rumah. selengkapnya Jharia dan desa tetangga Bokapahari, di negara bagian Jharkhand,
terletak dalam salah satu cadangan batubara terbesar di India. Batubara
kokas penting bagi perekonomian India karena lebih dari 70% pasokan
listrik di negara itu berasal dari batu bara. Tapi untuk 90.000 orang
yang tinggal di sekitar Jharia, tidak ada manfaatnya. Kebakaran batubara
mengamuk di bawah permukaan tanah dan gas beracun termuntahkan dari
celah di dalam dan sekitar rumah. Penambangan yang terus-menerus dan api
bawah tanah yang telah terbakar selama hampir satu abad telah
mengkontaminasi segala sesuatu - tanah, air dan udara. Sulfur dioksida,
karbon monoksida dan hidrokarbon yang dipancarkan oleh pembakaran batu
bara telah menyebabkan penyakit yang berkisar dari stroke hingga
penyakit paru kronis. Hampir semua orang di Jharia sakit. Kadang tanah
runtuh, mengubur bangunan dan orang-orang.
Batubara dapat menyala secara spontan pada suhu agak rendah bila terkena
kondisi tertentu dari suhu dan oksigen. Hal ini dapat terjadi secara
alami atau proses pembakaran dapat dipicu oleh penyebab lain. Di Jharai,
banyak pertambangan dilakukan secara ilegal di tambang terbuka yang
berlokasi tepat di sebelah rumah, di jalanan, di jalur kereta api, dan
di stasiun itu sendiri. Sejak tambang batubara dinasionalisasi pada
tahun 1971, penduduk desa telah mencari penghasilan untuk menyambung
hidup dengan mencuri batubara yang kemudian mereka jual di pasar lokal.
Secara konvensional setelah tambangn terbuka selesai ditambang, daerah
itu diisi ulang dengan pasir dan air sehingga tanah dapat dibudidayakan
lagi. Hal ini belum pernah terjadi di Jharia, yang menyebabkan lapisan
batubara langsung kontak dengan oksigen dan terbakar. Setelah lapisan
batubara terbakar, dan upaya untuk menghentikannya tahap awal gagal,
maka akan terus menyala selama puluhan hingga ratusan tahun, tergantung
terutama pada ketersediaan batubara dan oksigen (lihat:
Centralia dan
Darvaza).
Kebakaran di Jharia ini pertama kali terdeteksi pada tahun 1916, dan
disebabkan terutama karena penonaktifan yang tidak benar dari tambang
yang ditinggalkan. Sejak itu, api besar dibawah tanahdan lebih dari 70
titik api di atas tanah telah dikonsumsi sekitar 41 juta ton batubara
kokas, bernilai miliaran dolar, belum lagi sejumlah besar karbon yang
dilepaskan ke udara.
Diperkirakan bahwa hampir 1,5 miliar ton batu bara tidak dapat diakses
karena api yang terbakar. Jharia akan terus terbakar sampai pencegahan
kebakaran yang efektif dan prosedur pemadaman dikembangkan dan
diterapkan atau batubara terbakar habis dengan sendirinya. Tapi
pemerintah tak peduli. Warga menuduh perusahaan batubatabara nasional,
BCCL, membiarkan api membakar, berharap warga akan meninggalkan wilayah
itu sehingga dapat memanfaatkan batubara kokas bermutu tinggi senilai 12
juta dolar yang berada di bawah tanah mereka.
Pada tahun 1996, pemerintah melakukan program relokasi besar-besaran
untuk memindahkan semua penduduk Jharia dan are sekitarnya ke Belgharia,
pemukiman baru sejauh 8 km. Tapi Belgaria tidak memiliki sekolah, tidak
ada perawatan medis, tidak ada toko dan tidak ada pekerjaan. Tak heran,
banyak yang memutuskan untuk kembali tinggal di Jharia meskipun banyak
asap, api dan polusi.
8. Desa yang Dihuni Ribuan Ular
Lubang-lubang ular di Narcisse (Narcisse Snake Pits) terletak 6 km
sebelah utara dari pedesaan Narcisse di provinsi Manitoba di Kanada.
Lubang-lubang ini dihuni oleh konsentrasi terbesar dari ular jenis
red-side Garter (Thamnophis sirtalis parietalis) di dunia.
Selama musim
dingin, ular-ular ini berhibernasi di dalam gua-gua bawah tanah yang
dibentuk oleh air di daerah berbatu kapur. Tak lama setelah salju
mencair pada akhir April dan awal Mei, puluhan ribu ular tersebut
merayap keluar dari sarang-sarang batu kapur dan nongkrong di permukaan
tanah melakukan ritual kawin mereka dalam tumpukan kusut yang besar.
Selengkapnya Lubang-lubang ular di Narcisse (Narcisse Snake Pits) terletak 6 km
sebelah utara dari pedesaan Narcisse di provinsi Manitoba di Kanada.
Lubang-lubang ini dihuni oleh konsentrasi terbesar dari ular jenis
red-side Garter (Thamnophis sirtalis parietalis) di dunia.
Seperti yang dikutip dari
versesofuniverse.blogspot.com,
Selama musim dingin, ular-ular ini berhibernasi di dalam gua-gua bawah
tanah yang dibentuk oleh air di daerah berbatu kapur. Tak lama setelah
salju mencair pada akhir April dan awal Mei, puluhan ribu ular tersebut
merayap keluar dari sarang-sarang batu kapur dan nongkrong di permukaan
tanah melakukan ritual kawin mereka dalam tumpukan kusut yang besar.
Ular jantan biasanya yang pertama terbangun dari hibernasi musim
dingin yang panjang dan mencapai permukaan terlebih dahulu, kemudian
mereka menunggu dengan sabar para ular betinanya keluar. Setelah para
ular betina merayap keluar dari gua, para pejantan yang haus seks ini
menerkam betina-betina untuk mengawini mereka. Sebanyak 50 atau lebih
ular jantan menyerbu seekor ular betina membentuk ‘bola’ besar ular yang
menggeliat dan saling membelit. Bola-bola ular-ular kawin ini terbentuk
di mana-mana – di sisi tebing, di tanah, ranting pohon, dan pada
tanaman. Beberapa bola ular perlahan-lahan bergulir seperti bola benang
kusut. Profesor Mason, seorang profesor zoologi dari Oregon State
University memperkirakan bahwa setidaknya ada 35.000 ular pada satu
lubang saja dan lebih dari 250.000 di wilayah yang lebih luas.
Ada empat sarang ular aktif di Wildlife Management Area Narcisse.
Sarang-sarang ini dihubungkan oleh jalan sepanjang tiga kilometer untuk
digunakan para wisatawan. Wisatawan datang dari seluruh dunia untuk
melihat tontonan ini dari platform observasi yang dibangun di sebelah
sarang, seperti yang dilakukan oleh banyak ilmuwan untuk mempelajari
makhluk-makhluk non-berbisa.
Populasi ular garter sisi merah di sekitar Narcisse adalah sekitar
70.000 ekor, sampai cuaca buruk pada tahun 1999 melanda daerah ini yang
menewaskan puluhan ribu ular-ular ini sebelum mereka bisa mencapai
sarang musim dingin mereka. Tragedi ini memicu kekhawatiran tentang
jalur migrasi dua tahunan dari ular-ular ini, yang memotong tepat di
seberang Highway 17. Setiap tahun, sekitar sepuluh ribu ular yang ingin
kembali atau pergi dari sarang musim dingin mereka, mati terlindas roda
kendaraan. Hal ini tidak menjadi masalah sebelumnya, karena populasi
ular ini yang cukup besar. Setelah musim dingin tahun 1999,
bagaimanapun, populasi ular garter menjadi sangat rendah, menyebabkan
Manitoba Hydro dan para relawan untuk ikut turun tangan.
Pagar salju tinggi dibangun untuk memaksa ular merayap melalui
terowongan yang dibuat di bawah Highway 17. Karena beberapa ular masih
berhasil menerobos pagar dan melintasi jalan, rambu-rambu bagi
pengendara juga dipasang di pinggir jalan selama musim migrasi,
memperingatkan para pengendara untuk memperlambat kendaraannya atau
menghindari ular-ular yang menyeberang jalan. Langkah-langkah ini cukup
berhasil, dan sekarang hanya kurang dari seribu ular per musim tewas di
jalan raya.
9. Desa tanpa sinyal ponsel, wifi dan radio
Green Bank, di Pocahontas County di Virginia Barat, Amerika Serikat,
adalah salah satu tempat hunian yang tenang di bumi. Disini sama sekali
tidak ada sinyal ponsel, tidak ada sinyal Wi-Fi, bahkan disini tidak ada
gelombang radio dan televisi yang dapat ditangkap. Tapi Green Bank
bukannya tertinggal dalam teknologi. Sebaliknya, daerah ini adalah rumah
bagi salah satu teleskop radio terbesar di dunia yang bernama Robert C.
Byrd Green Bank Telescope (GBT), yang dioperasikan oleh National Radio
Astronomy Observatory. GBT inilah alasan mengapa kota ini hening dari
keramaian elektromagnetik.selengkapnya Green Bank, di Pocahontas County di Virginia Barat, Amerika Serikat,
adalah salah satu tempat hunian yang tenang di bumi. Seperti yang
dikutip dari
versesofuniverse.blogspot.com,
Disini sama sekali tidak ada sinyal ponsel, tidak ada sinyal Wi-Fi,
bahkan disini tidak ada gelombang radio dan televisi yang dapat
ditangkap.
Tapi Green Bank bukannya tertinggal dalam teknologi. Sebaliknya,
daerah ini adalah rumah bagi salah satu teleskop radio terbesar di dunia
yang bernama Robert C. Byrd Green Bank Telescope (GBT), yang
dioperasikan oleh National Radio Astronomy Observatory. GBT inilah
alasan mengapa kota ini hening dari keramaian elektromagnetik.
Teleskop radio bekerja dengan mendeteksi gelombang elektromagnetik
yang datang dari galaksi jauh. Sinyal ini begitu samar sehingga emisi
kecil gelombang radio dari gadget elektronik dapat mengganggu pembacaan
teleskop radio. Untuk alasan ini, semua ponsel, Wi-Fi, radio dan
perangkat komunikasi lainnya dilarang di sini. Tidak ada menara ponsel
di sekitar daerah ini, tidak ada musik diputar di radio atau sinetron di
televisi. Bahkan mobil berbahan bakar bensin tidak diperbolehkan karena
mesin bensin menggunakan busi untuk membakar campuran bahan bakar dan
udara, dan bunga api listrik menghasilkan gelombang elektromagnetik.
Batas-batas zona perangkat bebas meluas jauh melampaui Green Bank,
seluas kurang lebih sama dengan 13.000 mil persegi. Wilayah ini disebut
Zona Hening Radio Nasional (Radio Nasional Quiet Zone), dan terletak
disekitar pedesaan yang jarang penduduknya yang melintasi perbatasan
Virginia Barat, Virginia, dan Maryland. Hampir semua jenis transmisi
radio dan perangkat elektronik tertentu dilarang di sini agar Teleskop
Radio Green Bank dapat bekerja tanpa gangguan. Green Bank adalah
komunitas yang paling dekat dengan Teleskop Radio tersebut.
Kehidupan bebas teknologi di Green Bank mungkin tampak mustahil bagi
mereka yang tidak bisa hidup tanpa ponsel mereka, tapi untuk 140 warga
kota tersebut, hidup mereka penuh kebahagiaan. Anak-anak tidak terpaku
pada layar bersinar perangkat mobile mereka. Mereka benar-benar
berbicara satu sama lain, bukan SMS. Orang-orang saling menyapa satu
sama lain dan meninggalkan pintu rumah mereka tidak terkunci. Jika
mereka harus berbicara dengan seseorang di luar kota, mereka menggunakan
telepon umum.
Hidup di bawah bayang-bayang teleskop raksasa, beberapa warga bahkan tidak menyadari kemajuan teknologi di tempat lain.
“Kami tidak menyadari bahwa seluruh dunia kini semakin terhubung dan
tetap terhubung terus-menerus, melalui telepon, internet dan lain-lain”,
kata Caleb Diller, yang dibesarkan di Pocahontas County, NPR. “Dalam
hal itu, dibandingkan dengan daerah lain, kami seperti tinggal di waktu
lampau.”
Selama beberapa tahun terakhir, banyak orang berdatangan dan tinggal
di Green Bank. Orang-orang ini mengaku menderita hipersensitivitas
elektromagnetik, atau EHS (penyakit tidak dikenali oleh komunitas
ilmiah). Dikatakan bahwa orang yang menderita EHS mendapatkan gejala
seperti pusing, mual, ruam, denyut jantung tidak teratur, lemah, dan
nyeri dada karena radiasi elektromagnetik.
“Hidup disini memang tidak sempurna”, kata Diane Schou, salah satu
imigran “electrosensitive” pertama yang datang ke Green Bank dengan
suaminya pada tahun 2007. “Tidak ada toko, tidak ada restoran, tidak ada
rumah sakit yang dekat. Tapi di sini, setidaknya, saya merasa sehat.
Saya bisa bekerja. Saya tidak di tempat tidur dengan sakit kepala
sepanjang waktu.”