Yaaaahhhh … saya lupa terus. Ibuk-ibuuuk!
Untungnya begitu baca memo waktu mengantar anak sekolah, jemputnya
langsung menyerahkan kepada sang guru. Dua buah cangkang telur. Beres!
Oh ya. Karena waktu di Indonesia tak pernah
meniup telur, saya jadi tahu caranya menyiapkan cangkang telur tanpa
isi. Pertama dilubangi bagian atas dan bawah telur dengan sebuah alat
dapur tajam seperti paku. Selanjutnya, ditiup kuat-kuat dari salah satu
lubang dan akan keluar dari lubang yang lain. Kadang berbentuk gumpalan.
Plup! Lucu.
Seminggu kemudian, hasta karya sudah dibuat.
Hmmm … Rupanya tradisi mewarnai telur dan atau hasta karya lain yang
menggunakan cangkang telur sudah jadi tradisi tahunan. Pra paskah, mau
anak Indonesia, mau anak Rusia, mau anak Turki, mau anak Jerman … semua
yang sekolah di sekolah Jerman memang biasa diajari tradisi yang waktu
jamannya suami saya kecil juga sudah ada.
Sedangkan acara mewarnai telurnya, dengan
pewarna khusus untuk bahan makanan bukan pewarna pakaian seperti yang
pernah saya dengar sering dipakai penjual jajanan anak-anak Indonesia.
Aman.
Konon, dahulu orang Jerman yang beragama
Katolik, memiliki tradisi menyembunyikan telur (rebus) paskah di kebun
atau sekitar rumah. Telur di Jerman ada yang berwarna putih dan ada yang
coklat (belum lagi dibagi atas apakah telurnya sehat karena ayamnya
happy dilepas atau telur kurang sehat karena ayamnya stress di kandang
yang full house).
Nah, suatu hari saat tiba waktunya untuk
mencari telur. Turun salju. Telur tidak mudah untuk ditemukan, apalagi
telur yang berwarna putih. Sayang kan kalau sampai tidak ketemu dan
busuk tak dimakan? Karena warga menyadari hal ini, muncullah ide
mewarnai telur, apalagi dengan warna jreng. Biar mencolok mata. Mau di
atas rumput hijau, atau diatas salju, masih kelihatan. Mudah ditemukan.
Tadinya saya geleng kepala soal ini, waduuuh …
gagal paham. Begitu tahu bahwa di daerah kami, minggu ini saja sudah
dua-tiga hari dihujani salju kecil, jadi mengangguk. Paskah putih bisa
terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Musim semi bisa juga ada salju,
ya? Jadi make sense kalau telur memang harus diwarnai. Selain
babagan agar mudah ditemukan tadi, ini juga menjadi aktivitas yang
menarik untuk anak-anak, media kreativitas yang jadi tradisi sebuah
bangsa dan hidup jadi semakin berwarna. Kalau hanya ada hitam putih, apa
kata duniaaaaaa? Hiyaaa….
Sekarang, saya ucapkan selamat hari paskah bagi
Kompasianer yang merayakan, yang tidak merayakan semoga sempat kebagian
coklat atau telur warna-warninya. Nyam-nyam, deh.
0 comments:
Post a Comment