Katakepo.blogspot.com - Kondisi kesehatannya terus menurun. Berat badannya mengikis hingga 35 kilogram. Endang Sulistiyaningsih, 55 tahun, saat ini harus melakukan cuci darah dua kali sepekan di rumah sakit lantaran penyakit gula masih menggerogoti tubuhnya.
Sejak divonis menderita diabetes 13 tahun lalu, Endang sudah tidak seceria dulu. Kulit putihnya pucat. Dia harus berhati-hati mengkonsumsi jenis makanan. Endang hanya makan bubur tanpa bumbu serta sukun dan kentang rebus.
"Makanan saya semuanya dipantang, saya harus hati-hati kalau makan," kata Endang saat ditemui merdeka.com di kediamannya, Perumahan Taman Wisma Asri, Bekasi Utara, Jawa Barat, Selasa pekan lalu.
Endang menjadi korban resep dokter. Dia harus membeli obat di apotek sebuah rumah sakit tempat dokter itu bekerja. Namun saat di cek ke apotek lain, harganya jauh lebih ringan ketimbang apotek saran sang dokter.
Ando, bukan nama sebenarnya yang pernah bekerja 2,5 tahun di perusahaan farmasi nasional, mengaku memang ada kesepakatan untuk penjualan obat dengan dokter. Namun untuk harga obat, dokter tidak diberitahu. "Pemasar obat tidak bisa memberitahu secara pasti harga produknya. Sudah tercantum dalam kode etik penjual obat dan perusahaan," ujar Nando saat ditemui di bilangan Klender, Jakarta Timur, Kamis pekan kemarin.
Namun dia memberikan gambaran, harga obat tergantung tingkat keparahan penyakit pasien. Jenis obat paling mahal Ando jual biasanya khusus untuk penderita stroke, hipertensi, diabetes, jantung, dan ginjal. "Untuk ongkos sang dokter sudah diatur perusahaan, tidak bisa diketahui oleh penjual obat," tuturnya.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Daeng M. faqih mengatakan resep obat dari dokter memang tergantung penyakit pasien. Namun dokter harus melihat kondisi ekonomi dan memberikan resep sesuai kemampuan. "Obat di resep dokter aturannya sesuai indikasi medis pasien dan penanganannya bagaimana. Dalam menulis (resep) sesuai kemampuan pasien agar mampu terbeli," katanya ketika dihubungi melalui telepon seluler.
Dia menjelaskan dokter mesti melihat pula jika pasien berobat menggunakan asuransi, apakah obat itu termasuk dalam asuransi. Bila tidak, dokter boleh menganjurkan pembelian obat di rumah sakit atau apotek menjual jenis obat itu. "Jika memang tak dibutuhkan tapi dokter menulis resep, itu salah besar. Harus sesuai indikasi medis," ujar Daeng.
0 comments:
Post a Comment