TEMPO.CO, Bojonegoro
- Bengawan Solo yang membelah wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur,
dikenal menyimpan ikan-ikan berprotein tinggi. Salah satunya ikan
jendil (sejenis ikan patin). Ikan berwarna hijau keputih-putihan
berbobot 12 kilogram ini banyak dijumpai di perairan tersebut.
Sebenarnya, selain jendil, masih banyak jenis ikan yang terdapat di
Bengawan Solo. Mulai bader (tawes), areng-areng, rengkik, garingan,
wader, gabus, nila, hingga lempuk. Tapi, dari sekian jenis ikan itu,
hanya jendil yang jadi menu kuliner favorit masyarakat.Dagingnya yang empuk, kulit berlendir, serta duri yang tak terlalu banyak menjadikan ikan jendil dapat diolah menjadi beragam masakan andalan: botok, asem-asem, dan penyetan. Rasanya yang gurih dan lezat cocok untuk sarapan ataupun makan siang.
Khusus botok jendil, bumbu yang dipakai untuk mengolah adalah kunir, merica, ketumbar, bawang merah, bawang putih, cabai, daun salam, kelapa, dan garam secukupnya. Bumbu-bumbu itu diaduk menjadi satu dengan santan. Sebelum kemudian dibungkus daun pisang, jendil yang sudah diolah itu dicampur dulu dengan daun singkong.
Setelah itu, botok jendil dikukus selama 20 menit. Begitu masak, aroma kunir dan daun salam terasa menggoda selera. »Dengan dikukus bisa lebih sehat,” ujar Dwi, salah satu ahli masak ikan di Bojonegoro, kepada Tempo, Senin, 15 Juli 2013.
Kendati peminatnya banyak, tidak setiap saat botok jendil ada. Sebab, jika datang musim penghujan, ikan jendil menjadi langka. Lebih-lebih bila air Bengawan Solo meluap, ikan jendil seperti menghilang. Sebaliknya, jika kemarau dan air surut, boleh dibilang saat itulah musimnya ikan jendil.
Di Bojonegoro dan sekitarnya tidak terlalu sulit mencari menu botok jendil. Sejumlah tempat makan menyajikan menu tersebut. Umpamanya depot-depot di Jalan Rajekwesi, Jalan Basuki Rahmad, Jalan Setio Budi, maupun di dalam Pasar Besar Kota Bojonegoro. Di luar kota, beberapa warung juga menyediakan menu ini. Misalnya Warung Ijo serta Warung Semriwing di Kecamatan Ngraho.
Selain di Bojonegoro, botok jendil juga mudah ditemui di warung-warung sepanjang tepian Bengawan Solo di Kabupaten Tuban dan Lamongan. Harganya pun cukup terjangkau. Dengan merogoh kocek Rp 5.000 hingga Rp 7.000 per bungkus, pembeli sudah dapat menikmati masakan khas dari tepi Bengawan Solo tersebut.
Penggemar botok jendil tidak hanya dari kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sebab, tidak sedikit pejabat yang menyukai jenis ikan yang konon mengandung protein tinggi itu. Salah satunya adalah Kepala Kejaksaan Negeri Bojonegoro, Tugas Utoto. Pria asal Yogyakarta ini mengaku selalu ketagihan botok jendil.
Tak jarang Tugas mengajak tetamunya menikmati botok jendil di sebuah warung yang memang menyediakan menu tersebut. "Saya penikmat botok jendil karena rasanya lezat sekali,” kata Tugas sambil tersenyum.
0 comments:
Post a Comment