Katakepo.blogspot.com - Wilfrida Soik, gadis belia asal Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam vonis mati di Malaysia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai tak peka akan kasus tersebut karena sibuk mengurus Konvensi Partai Demokrat.
Anggota Komisi IX DPR, Rieke Diah Pitaloka mengatakan, Warga Negara Indonesia (WNI) yang terancam hukuman mati di Malaysia mencapai 185 orang. Sementara di Arab Saudi 300 orang.
"Satu di antara mereka adalah Wilfrida Soik. Gadis belia ini sedang menunggu vonis hukuman gantung di Malaysia. Wilfrida adalah korban perdagangan manusia, direkrut dengan cara ilegal, pemalsuan dokumen dan usia yang masih di bawah umur," kata Rieke lewat keterangan tertulis, Kamis (19/9).
Kejanggalan lain terhadap Wilfrida, lanjut dia, gadis belia ini dikirim secara ilegal saat pemerintah melakukan moratorium pengiriman TKI ke Malaysia. "Wilfrida dipekerjakan sebagai pengurus lansia. Menghadapi tekanan psikologis hadapi majikan yang acapkali sering lakukan kekerasan terhadap dirinya," imbuhnya.
Politikus asal PDI Perjuangan (PDIP) ini mengaku sudah melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan nasib TKI yang terancam mati di luar negeri, termasuk Wilfrida. Namun, Rieke menyadari jika tugas utama dalam melindungi TKI adalah kewenangan pemerintah.
"Namun, kami sadari tugas melindungi dengan segala fasilitasnya ada di tangan pemerintah sesuai dengan amanat Pembukaan dan UUD 1945," terang dia.
Rieke berpendapat, perlu teriakan lebih keras agar pemerintah berupaya maksimal menyelamatkan nasib para TKI yang terancam mati di negeri orang. Sebab, ia menambahkan, saat ini SBY lebih sibuk urus partainya ketimbang memikirkan nasib para TKI.
"Perlu lebih banyak suara teriakan agar pemerintah bergegas menyelamatkan rakyatnya. Atau barangkali bagi pemerintah SBY seorang gadis belia, korban perdagangan manusia, bernama Wilfrida tak ada artinya. Sepertinya, bagi SBY konvensi capres lebih berarti," pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment