Thursday, February 13, 2014

Ada Apa dengan Sholat Dhuhur Berhadiah?

Katakepo.blogspot.com - Pekan ini, berita yang paling menggemaskan adalah tentang kompetisi sholat jamaah yang digelar oleh Pemkod Bengkulu. Berita-berita lain, korupsi atau politik tidak mendapatkan perhatian khusus, karena itu adalah hal biasa. Bukan extraordinary news.
Kabar diperlombakannya ibadah, apa pun bentuknya, sudah hal biasa di Indonesia. Dari tingkat RT dan RW, misalnya, untuk memotivasi anak agar senang ke masjid. Berbagai lomba sering terdengar di lingkungan kita, lomba Adzan, hafalan Qur’an, membaca Quran, lomba Kaligrafi, lomba ceramah dan lain sebagainya. Belum lagi ditingkat nasional ada MTQ (Musabaqah Tilawati Quran).
Kita tahu betul, orang-orang yang berkualitas dalam bidangnya akan kelihatan. Sehingga, terjaringlah orang-orang yang memang memiliki kompetensi di bidang tertentu. Lalu apa yang terjadi ketika yang dilombakan adalah sholat (dhuhur) berjamaah?
Dari perspektif mana pun tidak ada yang salah, walaupun apa yang dilakukan oleh wali kota Bengkulu itu sangat kontroversi, banyak yang mendukung juga tidak sedikit yang mencemooh. Hal itu wajar sebagai akibat dari tumbuh kembangnya kehidupan berdemokrasi di Indonesia. Siapa pun memiliki hak untuk memuji, mengkritik, mencemooh bahkan mencaci-maki seseorang yang tidak disukainya.
Memang kenyataan di Bengkulu yang sekarang ini sedang terjadi adalah refleksi keindonesiaan kita atau kemanusiaan kita. Bahwa salah satu karakter kita adalah senang bila mendapatkan hal-hal yang gratis/ hadiah bahkan hingga sogokan sekalipun. Pun kita juga sama-sama melihat, masjid yang menjadi ajang lomba sekonyong-konyong menjadi ramai penuh sesak karena program itu. Apa yang terjadi?
Kita, dengan mata telanjang dan cara perpikir sederhana membuat simpulan bahwa orang-orang yang ke MAsjid At Taqwa di kota Bengkulu dikarenakan turut berpartisipasi dalam lomba, atau sekedar meramaikan. Tidak tanggung-tanggung hadiah yang ditebarkan oleh Pemkod; mobil, umroh, haji dan masih banyak hadiah yang menarik.
Tujuan diselenggarakannya event itu adalah untuk menciptakan Bengkulu sebagai Kota Religius dengan cara meramaikan masjid pada waktu salat. Hadiah tersebut diberikan sebagai motivasi dan pengharagaan bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah.
Berlimpahnya hadiah itu bisa jadi dorongan yang paling utama, meskipun sebelumnya ada banyak jamaah yang memang menjadi jamaah tetap masjid tersebut. Tentu program yang digelar itu akan menjadi pemanis juga, hasil sampingan, ketika mereka menjadi pemenang kelak.
Kita berharap, panitia perlombaan benar-benar bekerja professional dan tidak mengabaikan aspek-aspek lain ketika melakukan penilaian. Karena seperti disampaikan oleh Kepala Kantor Agama Kota Bengkulu, Mushlihudin, semua peserta yang bisa 40 kali salat dzuhur setiap Rabu berturut-turut, dipastikan akan mendapatkan hadiah berangkat haji atau umroh. Untuk pemenang mobil, pemenangnya hanya 1 orang.
Penulis sebenarnya tidak mempermasalahkan program tersebut, sepanjang tidak mengabaikan program yang lebih penting, misalnya mengabaikan hak-hak warga kurang mampu/miskin entah dari aspek pendidikan, kesehatan dan kesejahteraannya.
Hal-hal penting yang ingin penulis sampaikan lebih kepada proses dan paska perlombaan itu sendiri. Dari sisi proses, siapa saja yang akan menjadi peserta dan semestinya semua warga memiliki hak yang sama untuk mengikutinya. Jangan sampai terkesan perlombaan itu pilih kasih atau sejenisnya. Apakah orang-orang miskin atau tua renta juga memiliki hak yang sama, misalnya ketika mengisi daftar hadir. Kemampuan berjamaah (sholat di masjid) seseorang memang tidak sama. Ada orang jauh dan harus berjalan kaki dengan bersemangat hadir ke masjid, ada orang segar bugar dan sehat wal afiat namun jarang ke masjid meskipun rumahnya samping masjid. Oleh karena itu panitia sebaiknya tidak hanya berpikir pragmatis pemenuhan kali hadir yang diperlukan.
Selanjutnya, akan sangat mengecewakan, bila masjid sebesar itu hanyalah bangunannya yang besar namun miskin jamaah. Dengan kata lain, hanya ketika perlombaan saja masjid itu terisi penuh. Umat Islam di lingkungan masjid itu seakan ditampar oleh program Pemkod tersebut.  Ternyata masjid hanya penuh orang-orang yang cari sesuatu (hadiah) dan waktu diadakan lomba (dhuhur). Masjidnya besar namun tidak ada jamaahnya, dan kebanggaan itu hanya terletak pada bangunannya. Ironis.
Dan yang lebih penting dari itu, bahwa masjid di Bengkulu bukan hanya At Taqwa di mana saat ini sedang diadakan lomba itu. Jumlah masjid dan mushola di Bengkulu mungkin ribuan dan jutaan. Yang lebih penting, sejatinya bukan menghadiahi warga yang rajin ke masjid, namun bagaimana melaksanakan pendidikan agama dan pembudayaan datang ke masjid kepada seluruh warga Bengkulu.
Sunan Abu Daud meriwayatkan, Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah Al Khuza’i telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas dan Qatadah dari Anas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan tiba Hari Kiamat sampai manusia bermegah-megahan dalam membangun Masjid.”
Semoga motivasi yang dibangun oleh Wali Kota Bengkulu itu, mampu mengembalikan semangat kita kembali ke masjid, bukan hanya untuk mencari hadiah, apa pun bentuknya. Karena  ketaqwaan itu tidak bisa dihitung secara matematis, namun terkadang hitungan matematis itu proses yang harus dihargai upaya menuju ke sana.

0 comments:

Post a Comment