Katakepo.blogspot.com - Komoditas kedelai pernah swasembada pada 1992. Saat itu lahan di Indonesia tersedia 1,6 juta hektar. Kini, lahan khusus bahan baku tahu tempe itu tinggal tersisa 700.000 hektar. Menteri Pertanian Suswono mengatakan, petani sering harus memilih, antara jagung atau kedelai. Sebab waktu tanamnya sama.
"Pada waktu kemarau akhirnya jagung yang dipilih, karena harga kedelai tidak menarik petani," ungkapnya di Kementerian Perdagangan, Selasa (3/9).
Sebab itu, Suswono mengandalkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 7.000 per kilogram untuk merayu petani agar bergairah menanam kedelai. Diharapkan, harga itu bisa memacu mereka meningkatkan produktivitas. Paling tidak, tetap menanam kedelai.
"Dengan adanya HPP Rp 7.000, kita harap petani kedelai bisa merasakan seperti petani padi. Kalau padi sekarang kalau produksi di angka 2 ton bisa mengantongi di atas Rp 10 juta per panen," paparnya.
Hanya saja, karena harga jual kedelai sedang mahal, dikhawatirkan HPP 7.000 juga tidak menarik lagi bagi petani.
Ditemui terpisah, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan berjanji akan mengusahakan pasokan kedelai terus bertambah, sebab kini keran impor dibuka lebar. Dia juga mencari negara pemasok selain Amerika Serikat, sehingga harga di pasaran dapat turun.
"Stok nasional kedelai 315.000 ton, setengahnya sudah di sini, setengahnya akan tiba segera. Gejolak kedelai karena nilai tukar dan kenaikan harga kedelai dari Amerika. Kita membidik sumber lain, Paraguay, Brasil, atau Argentina," paparnya.
0 comments:
Post a Comment