katakepo.blogspot.com - Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting yang mendapat
perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam negeri maupun luar. Tetapi
kesehatan reproduksi masih selalu dikaitkan dengan ”urusan perempuan”
seperti dalam kasus KB, dan pengendalian jumlah penduduk.
Perempuan
selalu jadi objek program KB hanya karena tugas dan perannya yang
dianggap sebagai pihak yang menghasilkan pertambahan jumlah penduduk.
Sayangnya, program KB itu kurang memedulikan pengaruh alat-alat
kontrasepsi terhadap tubuh perempuan. Alat KB seperti pil, suntik, dan
IUD dapat memengaruhi hormon perempuan dan kesehatannya.
Perempuan
seharusnya diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik
menurut dirinya. Ini bisa dilakukan jika laki-laki sudah peduli terhadap
perempuan. Bagaimanapun, tanggung jawab atas kesehatan reproduksi serta
perilaku seksual yang aman dan sehat tidak bisa ditanggung seorang diri
oleh perempuan.
Bentuk kepedulian laki-laki atau suami secara
langsung dan tidak langsung sebagai peserta KB adalah dengan
menggunakan metode pencegahan kehamilan, seperti vasektomi, kondom serta
KB alamiah.
Karena rendahnya kepedulian laki-laki terhadap
kesehatan reproduksi perempuan inilah, petugas kesehatan dan tempat
konseling menjadi penting dan strategis. Mereka dapat membantu peserta
KB dalam menentukan sendiri mana alat kontrasepsi yang hendak digunakan.
Mereka bahkan bisa memberi paradigma baru kepada laki-laki yang enggan
ikut KB, sehingga berubah mendukung dan mempraktikkannya.
Mereka
yang menganggap persoalan KB hanyalah urusan perempuan harus bergeser
ke arah anggapan bahwa KB adalah urusan serta tanggung jawab suami dan
istri. Sikap seperti inilah yang menjaga kesetiaan pasangan suami-istri.
Tulisan
ini dibuat sebagai bagian dari program penguatan akses kesehatan
reproduksi dan seksual untuk remaja yang didukung oleh Kedutaan Norwegia
dan Hivos yang melibatkan organisasi Rahima, PKBI, Pamflet dan Pusat
Studi Gender dan Seksualitas UI.
0 comments:
Post a Comment