Katakepo.blogspot.com -
Pengalaman mengemudi
selama berjam-jam di negeri orang ternyata dapat memperkaya kita dengan
beragam pengetahuan, serta wawasan baru. Kita akan semakin diperkaya
dengan berbagai peraturan-peraturan lalu lintas yang bisa jadi sama
sekali baru bagi kita. Misalnya juga tentang cara dan kebiasaan
mengemudikan mobil di wilayah setempat tersebut, dan tentu juga cara
pandang para ‘native driver’ di masing-masing tempat itu.
Saya punya pengalaman
mengemudikan mobil dari New Jersey menuju Michigan. Lama perjalanan bila
kecepatan mobil normal, dapat ditempuh dalam waktu 11-12 jam. Kalau ngebut,
tentu saja bisa lebih cepat, dan kalau macet ya bakalan lebih lama.
Nah, pada waktu itu jalan yang kita lalui kebanyakan melewati jalan
‘toll pinggiran’, di mana yang kita lalui pemandangannya didominasi oleh
hutan, bukit, dan pohon-pohon. Jauh dari hiruk pikuk suasana perkotaan.
Di satu sisi hal ini sangat menyenangkan, tapi di sisi yang lain cukup
menyeramkan.
Karena perjalanan
menuju Michigan adalah dalam rangka wisata juga, maka saya menyempatkan
diri untuk lewat dan mampir di beberapa negara bagian di Amerika, sebut
saja Philadelphia (Philly), Ohio, dan Chicago. Ini membuat
perjalanan menjadi sedikit lebih panjang karena harus sedikit memutar.
Tapi, ibaratnya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, maka saya
maunya sekali mengemudi maka dua tiga state (negara bagian) tersinggahi. Seperti itu.
Kalau mengemudi di
jalan toll bagi saya tidak terlalu menjadi soal, hampir sama dengan
ketika kita mengemudikan kendaraan di Indonesia umpamanya. Hanya saja,
perbedaannya adalah batas kecepatan dan lajur di jalan. Di Amerika stir
mobilnya ada di sebelah kiri, makanya untuk melambung harus mengambil
jalur paling kiri, bukan yang paling kanan. Kecepatan maksimum pun
berbeda-beda di setiap jalan. Kalau di jalan lokal bahkan ada yang
jalanan dengan jarak hanya terpaut 100 meter tapi batas kecepatannya
berbeda-beda sampai tiga macam. Misalnya saja speed limit 15
mph, lalu 25 mph, kemudian ada 40 mph, dan 65 mph. Ini biasanya kalau
kita melewati jalan-jalan perkampungan atau komunitas di mana banyak
anak-anak kecil dan orang tua (senior citizen), maka batas kecepatan akan menurun drastis. Polisi memiliki semacam alat (radar) pendeteksi kecepatan (‘speed gun’) sehingga kita tidak dapat mengelak atau berdalih apapun bila sudah tertangkap.
Saya mencatat beberapa hal mendasar bila hendak mengemudikan mobil di sana. Pertama, jangan pernah lupa membawa driver license (SIM), insurance card (Kartu Asuransi), dan registration card
(STNK). Ada satu saja yang tidak dibawa Anda akan kena denda dan
mendapat poin (batas point biasanya 9-12, lebih dari itu SIM Anda
bakalan dicabut sementara). Mungkin kalau di Indonesia, mengemudikan
mobil yang tanpa asuransi adalah lumrah dan biasa saja, tapi jangan
coba-coba mengemudikan mobil tanpa asuransi di Amerika. Kalau bukan
mobilnya yang ditahan, Andalah yang akan ditahan. Untuk itu, periksalah
seluruh kelengkapan surat Anda sebelum duduk di balik kemudi.
Kedua, perhatikan
baik-baik setiap rambu lalulintas yang ada. Dalam perjalanan menuju
Michigan, saya pernah diberhentikan polisi ‘hanya’ karena saya tidak
berhenti pada pertigaan jalan yang ada tanda stop signnya.
Mestinya saya berhenti sekian detik meskipun dari arah depan serta
kiri-kanan jalan tidak nampak ada mobil lain yang akan lewat. Nah, waktu
itu saya main lewat aja, nggak taunya ada polisi yang nangkring di
sudut jalan siap menanti ‘korban’ yang sekiranya lewat di jalan
tersebut. Mau tidak mau saya harus membayar tiket (denda) dari polisi
itu ( bayarnya bisa lewat pengadilan, atau kirim langsung ke alamat yang
tertera di tiket tersebut). Itulah bedanya tanda stop sign dengan ‘yield’. Kalau tanda yield, maka mobil Anda tidak harus berhenti total tapi cukup memelankan kendaraaannya (sebuah tanda awas, atau tanda hati-hati).
Ada juga rambu lalulintas yang menjelaskan bahwa ada pejalan kaki yang akan lewat. Pejalan kaki (pedestrian)
ini adalah ‘raja’ di jalan. Apabila ada pejalan kaki yang hendak
menyebrang jalan, biarkan mereka lewat dulu. Jangan gas yang diinjak,
tapi rem. Kalau Anda coba-coba menomorduakan para pejalan kaki tersebut,
bisa-bisa Andalah yang akan kena sue (dituntut).
Ketiga, Istirahatlah
kalau sudah capek mengemudi. Bayangkan saja, mengemudi selama berjam-jam
dari New Jersey sampai ke Michigan tentu saja menyita banyak energi
saya. Lantas bagaimana cara menyiasatinya? Yah saya menerapkan the old story of driving. Apa itu? Berhentilah bila mata mulai ngantuk, dan badan mulai lelah. Pemerintah Amerika begitu concern terhadap kecelakaan lalulintas karena faktor lelah dan mengantuk. Tidak sedikit orang yang nabrak
pohon, atau masuk jurang karena mengemudikan mobil dengan mata tertutup
alias tertidur selagi berada di belakang kemudi. Ada juga peringatan
lainnya, “don’t drink while driving”. Jangan minum sampai mabuk bila Anda sementara mengemudi.
Untuk itulah pula maka jangan heran kalau di Amerika akan banyak sekali dijumpai berbagai rest area
di sepanjang jalan toll di mana pun di seluruh pelosok Amerika. Hampir
di semua jalan toll, termasuk yang saya lewati menuju Michigan dengan
mudahnya ditemui berbagai rest area. Di situ kita bisa jumpai
tidak hanya pompa bensin dan toilet, tapi juga restaurant serta berbagai
kios yang jualan berbagai macam barang. Bahkan ada yang jualan
cinderamata untuk para wisatawan.
Pengalaman yang unik
juga saya alami ketika sudah memasuki daerah Michigan, melewati Detroit
(salah satu kota terbesar di Michigan), saya sempat diberhentikan
polisi. Dia bertanya seperti ini, “Do you know why do I stop you?”. Saya bilang nggak
tahu. Kemudian polisi itu mengatakan bahwa kesalahan saya adalah pada
waktu belok kanan, roda mobil saya sempat menggilas garis-garis kuning
di jalan yang tidak semestinya saya gilas. Hal sepele yang oleh saya
bahkan tak terlihat sama sekali, ternyata masih juga bisa
dipermasalahkan. Tapi ya itulah, untuk menjadi baik maka kita memang
harus taat dan patuh aturan dalam berlalulintas. Apapun itu. Selamat
mengemudi, dan semoga sampai di tujuan dengan selamat. —Michael Sendow—
0 comments:
Post a Comment