Katakepo.blogspot.com - Kehidupan warga Gaza, Palestina, terasa kian berat belakangan ini. Pasalnya pasokan barang kebutuhan pokok makin sulit didapat.
Hal itu sangat dirasakan Awad Ja'rour yang mengelola pabrik pembuatan batu bata di Jalur Gaza. Dia baru saja menutup pabriknya dan memberhentikan semua pegawainya.
"Saya tidak menerima semen selama lebih dari tiga pekan," kata Ja'rour kepada surat kabar Xinhua, seperti dilansir neurope.eu, Senin (28/10). "Proyek pembangunan banyak yang telah berhenti sama sekali," kata dia.
Sejak 30 Juni, ketika protes besar anti-presiden terguling Muhammad Mursi menenggelamkan Mesir, kegiatan penyelundupan melalui ratusan terowongan ke Jalur Gaza telah berkurang.
Semakin memburuknya situasi politik di Mesir membuat aktivitas keluar masuk barang dari dan ke Gaza melalui terowongan itu semakin sulit .
Belum lama ini penyelundupan nyaris terhenti total setelah militer Mesir menutup sebagian besar terowongan itu.
Para pemilik terowongan di Kota Rafah, bagian selatan Jalur Gaza, di perbatasan dengan Mesir, mengatakan lebih dari 90 persen terowongan tidak lagi beroperasi akibat aksi yang dilancarkan pihak keamanan Mesir.
"Bahkan terowongan yang masih beroperasi ... tidak beroperasi secara layak, sebab pemiliknya berhati-hati, dan tak mau mengambil risiko ditangkap. Mereka menolak mengimpor semen dan bahan bangunan lain," kata seorang pemilik terowongan.
Akhir bulan lalu Israel mengizinkan impor semen dan bahan mentah bangunan dalam jumlah terbatas buat sektor swasta untuk pertama kali dalam enam tahun.
Namun, itu tidak berlangsung lama. Israel segera membatalkan keputusannya setelah menemukan satu terowongan yang digali gerilyawan Hamas dari Jalur Gaza ke dalam wilayah Israel.
Belum lama ini, para pejabat di sektor bangunan di Jalur Gaza memperingatkan mengenai bencana ekonomi yang bisa membuat Gaza kembali ke masa paling sulitnya pada 2007 ketika Hamas menjadi penguasa Jalur Gaza.
Sejak itu Israel memberlakukan blokade terhadap daerah kantung tersebut.
"Melarang bahan bangunan menghalangi semua proyek penanaman modal di Jalur Gaza, dan sektor swasta menanggung beban paling berat," kata Nabil Abu Mo'eilek, pemimpin Perhimpunan Kontraktor Palestina di Jalur Gaza.
"Penutupan terowongan itu telah menimbulkan kerugian bagi sektor industri, perdagangan, pertanian, transportasi dan pembangunan, yakni sekitar Rp 2,5 triliun per bulannya," kata Hatem Oweida, wakil menteri ekonomi Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, seperti dilansir stasiun televisi Aljazeera, Senin (28/10).
Oweida juga menyatakan pertumbuhan GDP Jalur Gaza turun sampai tiga persen akibat peningkatan blokade yang diberlakukan. Dia menambahkan sebanyak 35 ribu pekerja telah kehilangan pekerjaan sektor pembangunan dan industri.
0 comments:
Post a Comment