Friday, April 24, 2015

Suka duka Tsaqif usai membongkar kebocoran soal UN di sekolahnya

Katakepo.blogspot.com - UN atau Ujian Nasional. Kata itu kadang menjadi anekdot bagi sebagian pelajar. "UN itu Uji Nyali," kata mereka.

Ujian Nasional di masa lampau memang menjadi menakutkan. Sebab, hal itu menjadi penentu hidup mati 'karir' para pelajar. Apakah mereka hanya sekedar tamat sekolah atau lulus dan bisa melanjutkan ke tingkat lebih tinggi. Beratnya beban UN membuat banyak siswa-siswi frustasi. Tertekan. Tak heran segala cara mereka pakai supaya bisa lulus. "Persetan kalau harus curang, yang penting lulus," mungkin begitu yang ada dalam benak mereka.

Jual beli kunci jawaban, bocoran soal, praktik joki, semua itu biasa dilakukan. Banyak pihak seolah tutup mata atas proses itu. Bahkan sekolah kadang memberi jalan lelaku curang itu. Sebab, reputasi sekolah dipertaruhkan usai UN. Bila tingkat kelulusan jeblok, maka pamor sekolah dianggap miring, termasuk seluruh tenaga pendidiknya.

Di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, terobosan perbaikan pelaksanaan UN dilakukan. Salah satunya ujian berbasis komputer. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kebudayaan Anies Baswedan punya impian. Dia berharap dengan ujian menggunakan sistem digital bisa mencegah praktik kebocoran soal atau kunci jawabannya. Tetapi alangkah terkejutnya dia saat tahu sistem ujian komputer masih bisa dinodai. Di dunia maya beredar bocoran soal UN khusus wilayah Aceh dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kontroversi merebak. Anies berencana mengulang UN di sebagian tempat.

Di tengah kegemparan, muncul sosok Muhammad Tsaqif Wismadi. Seorang siswa SMA 3 Yogyakarta. Dia melaporkan tentang bocornya soal Ujian Nasional kepada Universitas Gadjah Mada. Dia merasa tidak nyaman menutupi praktik kebusukan dalam ujian nasional.

"Jujur saya enggak pengen jadi terkenal. Saya cuma mencari keadilan untuk teman-teman. Kita pengen jujur, tapi itu jadi sia-sia, kita tahu tapi kita diam," kata Tsaqif kemarin.

Keberanian Tsaqif membongkar kebocoran soal Ujian Nasional di sekolahnya tidak muncul begitu saja. Dia mengatakan hal itu merupakan hasil didikan dari kedua orang tua.

Dikatakan Tsaqif, mulanya dia juga bimbang saat hendak melaporkan bocornya soal UN di antara rekan sejawatnya, yakni angkatan 2015 SMA 3 Yogyakarta. Tetapi, kekhawatiran itu sirna ketika dia menyadari kejujuran harus dijunjung tinggi, seperti lelaku diajarkan orang tuanya.

"Keluarga saya mendidik saya untuk selalu jujur, dan itu yang saya lakukan," ujar Tsaqif.

Tsaqif mengingat salah satu pelajaran berharga diajarkan oleh ayahnya adalah ketika dia masih kecil. Saat itu dia membuang sampah minuman dari jendela mobil di jalan. Melihat hal itu, bapaknya marah dan langsung menghentikan mobil di pinggir jalan, lantas memungut sampah dibuang Tsaqif.

"Saya kaget bapak marah banget. Kalau saya mikirnya cuma buang sampah, enggak ada yang lihat juga. Tapi bapak enggak. Saya justru dimarahi," kenang Tsaqif.

Pelajaran kecil pun selalu diingat Tsaqif. Baginya dia, ayah merupakan sosok luar biasa dalam mendidik anaknya.

"Bapak luar biasa, hal yang kecil apa pun harus dilakukan dengan benar, disiplin dan jujur," tandas Tsaqif.

Meski begitu, Tsaqif dibenturkan dengan kenyataan. Usai melakukan hal itu, ancaman silih berganti mampir kepadanya.

Tsaqif mengaku kerap mendapat ratusan pesan singkat berisi ancaman. Diduga hal itu terjadi karena banyak sejawatnya tidak suka hal dilakukan oleh Tsaqif.

Ratusan ancaman tersebut datang setelah surat elektronik pribadi dikirimkan ke UGM tersebar di jejaring soal dan namanya masuk dalam berita.

"Saya dapat ratusan SMS ancaman. Saya enggak tahu itu nomor siapa saja dan dapat dari mana nomor saya," ucap Tsaqif.

Tsaqif mengatakan, berbagai isi lewat pesan pendek itu di antaranya mengancam akan menghajarnya, mencegatnya di jalan, bahkan ancaman melempar molotov ke rumah Tsaqif. Karena terus menerus diteror, Tsaqif pun memilih untuk membuang nomor telepon selulernya.

"Ada yang tanya, 'omahmu di mana e? Pengen tak molotov po piye?' Ada juga yang mengancam mau cegat di jalan," tambah Tsaqif.

Meski mendapat ancaman, Tsaqif tetap berusaha tenang. Kedua orang tuanya pun memberikan dukungan pada Tsaqif supaya tidak menyerah.

"Orang tua mendukung saya penuh, tapi mereka juga khawatir, jadi lebih protektif," lanjut Tsaqif.

Setelah kejadian ini, Tsaqif berharap keadaan bisa kembali seperti sedia kala. Dia berharap orang-orang bisa memahami apa yang dilakukannya semata-mata buat keadilan.

Namun tak semua orang berburuk sangka terhadap Tsaqif. Dia pun mereguk sedikit manis dari berlaku jujur. Dia mendapatkan penghargaan dari Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, Komisi Pemberantasan Korupsi atas keberaniannya mengungkap praktik lancung itu.

Penghargaan itu berupa pin bertuliskan 'Berani Jujur Hebat!', disematkan di kerah baju Tsaqif oleh perwakilan KPK, Pauline Arifin, kemarin. Menurut Pauline, penghargaan itu diberikan kepada Tsaqif karena bersikap berani jujur, meski dia mendapat kesempatan berbuat curang.

"Dia punya kesempatan untuk tidak jujur dalam UN, tapi Tsaqif dan teman-temannya memilih untuk tidak menggunakan soal UN yang bocor," kata Pauline.

Tak cuma Tsaqif diberi penghargaan oleh KPK. Empat rekannya juga boleh berbangga mendapat kesempatan sama.

Pauline mengatakan, segenap pimpinan KPK memuji tindakan sudah dilakukan oleh Tsaqif. Bagi KPK, anak muda seperti Tsaqif yang dibutuhkan buat membangun Indonesia supaya bebas dan bersih dari korupsi.

"Tsaqif menunjukkan bahwa masih banyak orang jujur di Indonesia, hanya saja mereka belum berani berteriak lantang seperti yang dilakukan oleh Tsaqif. Saya berharap Tsaqif bisa menginspirasi yang lainnya," ujar Pauline.

Tsaqif sumringah mendapat penghargaan itu. Dia mengaku senang dan tidak menyangka apa yang dilakukannya akhirnya dilirik KPK.

"Saya sendiri tidak kepikiran untuk dapat penghargaan. Saya waktu itu hanya berpikir bagaimana supaya teman-teman saya mendapat keadilan, kami semua kecewa dengan kejadian itu," tandas Tsaqif.

SMA 3 Yogyakarta juga mendapatkan penghargaan dari KPK berupa plakat. Penghargaan itu diberikan karena SMA 3 Yogyakarta berhasil mencetak generasi muda jujur.

0 comments:

Post a Comment