Sunday, December 29, 2013

Mengenal sosok Kiai Prostitusi asal Surabaya

Katakepo.blogspot.com - Cerita tempat lokalisasi prostitusi di Kota Surabaya tak ada habisnya. Karena memang dulu Kota Surabaya menjadi surga bagi pekerja seks komersial (PSK).

Tercatat, di Kota Surabaya pernah ada banyak tempat lokalisasi. Di Kecamatan Moro Krembangan, di sana ada lokalisasi Dupak Bangunsari dan Tambak Sari.

Di Kecamatan Sawahan, ada lokalisasi Dolly dan Jarak. Kecamatan Benowo ada lokalisasi Moro Seneng dan Klakah Rejo. Tempat-tempat itu menjadi surga bagi pemuja seks. Para pekerja seks di sana bebas menjajakan diri.

Seperti lokalisasi Dupak Bangunsari. Tempat itu sudah ada sejak tahun 1970-an. Lokalisasi itu merupakan pindahan dari Bangunrejo yang sudah ada sejak zaman Jepang, sekitar tahun 1943. Di sana, hampir 85 persen rumah dijadikan tempat mesum. PSK-nya ada 3000-an.

Maraknya prostitusi di Dupak Bangunsari menjadi keprihatinan seorang kiai bernama Muhammad Khoiron Syu'aib. Sosok Kiai Khoiron ini lantas menjadi buah bibir masyarakat Kota Surabaya karena ia berdakwah di tempat-tempat lokalisasi.

Kiai Khoiron adalah anak dari pasangan Syu'aib bin Kia Asim dan Hj. Muntayyah binti Kiai Mu'assan. Kiai Khoiron bukanlah warga asli Dupak. Ia adalah seorang pendatang.

Kedua orangtuanya dulu tinggal di jalan Maspati Gang IV Surabaya, Jawa Timur. Di sana orangtuanya membuka usaha makanan. Karena hasilnya selalu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, orangtua Kiai Khoiron pindah Kelurahan Dupak, Bangunsari, Surabaya. Di tempat inilah Kiai Khoiron dibesarkan.

Orangtua Kiai Khoiron tak ingin anaknya tumbuh di tempat prostitusi. Karena itu, ia dikirim belajar agama di Pondok Pesantren Tebu Ireng. Kemudian Kiai Khoirin melanjutkan kuliah di Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel, Surabaya.

Setelah mendapat banyak ilmu agama, Kiai Khoiron pulang kampung. Ia prihatin dengan kondisi kampungnya. Karena itu ia berdakwah di tempat lokalisasi meski awalnya sempat pesimis.

Berkat kegigihannya, dakwahnya mulai diterima kalangan PSK. Ia kemudian mendirikan sebuah Pondok Pesantren Roudlotul Khoir di Bangunsari sebagai pusat dakwah.

Seiring berjalannya waktu, Kiai Khoiron sampai dikenal dengan 'Kiainya Para WTS dan mucikari". Mendapat sebutan itu, Kiai Khoiron tidak mempersoalkannya.

"Kiprah dakwahnya terbukti lebih ampuh dan efektif dan bisa dijadikan contoh menangani prostitusi," kata Ketua IDIAL Jawa Timur, Sunarto beberapa waktu lalu.

Sunarto lantas menulis sepak terjang Kiai Khoiron dan membukukannya. Bukunya diberi judul "Kiai Prostitusi" , pendekatan Dakwah KH Muhammad Khoiron Syuaib di Lokalisasi Kota Surabaya.

0 comments:

Post a Comment