Katakepo.blogspot.com - Dia mengirim foto perempuan berkulit putih. Parasnya cantik dan bentuk tubuhnya bak model. Wanita itu duduk di atas kursi kantor ditemani sebuah komputer jinjing. Tubuhnya dibalut gaun merah hati dan rok hitam di atas lutut.
Payudaranya membusung tersembul bisa membetot mata lelaki. Di sebelah foto dia menuliskan tarif sekali kencan.
"Ini Rp 1,5 juta sekali keluar," kata Merry (nama samaran), penyedia jasa pelacur kantor, kepada merdeka.com Selasa pekan kemarin. Dia adalah pengusaha toko dunia maya menjajakan pakaian hingga alat pembesar kelamin.
Perempuan asal Batam, Kepulauan Riau, ini saban hari melayani pelanggannya melalui BlackBerry. Untuk memanjakan konsumen, dia mengirim foto wanita dagangannya kepada para pemburu kenikmatan sesaat. Jika cocok, pelanggan mentransfer Rp 300 ribu sebagai tanda jadi.
Sisa pembayaran, pengguna jasa pemuas nafsu berikan kepada wanita pesanannya. "Transfer dulu, nanti tinggal saya telepon anak buah saya," ujar Merry.
Dia menyediakan penjajah birahi dari kalangan pekerja kantor. Selain itu, juga tersedia model majalah sekaligus mahasiswi dengan tarif sekali kencan Rp 5 juta. Uniknya meski Merry berada di Batam, dia bisa mengendalikan anak buahnya di Jakarta.
Barang dagangan Merry bukanlah penjaja seks komersial kerap mangkal. Mereka ialah para wanita karir pencari uang tambahan dengan menjajakan diri.
Sistem transaksinya terjamin aman. Merry mengaku belum pernah tertipu oleh pelanggan. Tarifnya belum termasuk hotel. "Hotel ditanggung pelanggan," katanya. Wanita dagangannya merupakan teman-temannya dulu waktu di Jakarta.
Merry menjalankan bisnis pelacuran lantaran dirinya pernah terjerumus ke dalam lembah hitam. Dia dulu berburu pria berdompet tebal. Selain untuk kepuasan seks, Merry mengaku mencari uang sampingan dan membantu temannya mencari tambahan pendapatan.
Tidak ada keterikatan bagi temannya untuk dijual. Merry hanya sebatas meminta uang pesanan kepada pelanggan saat awal transaksi. "Saya hanya ambil Rp 300 ribu. Kalau dia mau saya kasih ke pelanggan," tuturnya.
Fenomena prostitusi melalui media sosial memang marak belakangan ini. Sejak telepon kian cerdas, bisnis pelacuran juga memanfaatkan teknologi telekomunikasi.
Fasilitas pengiriman foto dengan Blackberry Messenger memudahkan pelanggan memilih wanita untuk diajak tidur. Transaksinya cukup singkat. Negosiasi dilakukan cukup dengan mengetik tombol seluler. Jika setuju, pelanggan transfer uang dan wanita pesan dikirim ke tempat dijanjikan.
Diana, penyedia pelacur khusus kalangan mahasiswi dari perguruan tinggi di Jakarta, juga demikian. Dia mematok harga ayam kampus Rp 1 juta untuk sekali bercinta. Jika ayam kampus seorang model, harganya bisa Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Bahkan para pelacurnya dapat dipesan sebulan tergantung kebutuhan pelanggan.
Namun Diana tidak sembarangan menjajakan ayam kampus. Hanya kalangan tertentu dan dia kenal bisa mencicipi legitnya remaja 20 tahun. Merdeka.com sempat mengalami kesulitan menghubungi Diana. Dengan bantuan seorang teman dekat Diana, dia baru mau merespon pesan singkat lewat seluler.
Diana mengaku tarif satu bulan dipatok Rp 50 juta. " Biasanya orang bule pesan untuk ditemani. Kadang suka dibawa berlibur keluar kota."
0 comments:
Post a Comment