Penemuan baru ini tentu menguntungkan pasien karena mereka tak perlu terlalu sering melakukan mammogram yang tak nyaman. Peneliti juga berharap cara yang lebih mudah dan cepat ini bisa memberikan dorongan bagi lebih banyak wanita untuk melakukan pemeriksaan demi mencegah kanker payudara.
Cara yang lebih sederhana namun sama efektifnya ini juga membuat wanita bisa menghindari radiasi yang tidak diperlukan selama memeriksakan diri. Seringkali wanita harus mengalami efek samping akibat radiasi yang mereka dapatkan saat pemeriksaan kanker.
Alat yang dinamakan BreathLink ini dikembangkan oleh firma di Amerika Serikat dan sudah mulai dipasarkan di Eropa. Ketika menggunakannya, wanita hanya perlu bernapas selama dua menit pada alat tersebut. Setelahnya, napas wanita yang masuk ke mesin akan dianalisis berdasarkan tingkat zat kimia yang ada di dalamnya.
Hasilnya kemudian akan disambungkan ke komputer untuk menentukan apakah pola zat kimia tersebut merupakan tanda dari kanker payudara, seperti dilansir oleh Daily Mail (07/02). Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE ini menunjukkan hasil yang sama akuratnya dengan mammogram.
"Kami mengetahui bahwa jika Anda mendapatkan hasil negatif dalam tes kanker payudara, kemungkinan 99,9 persen Anda tak memiliki kanker. Itu adalah kunci karena kebanyakan wanita yang memeriksakan diri tak memiliki kanker. Dengan begitu mereka tak perlu melakukan mammogram," ungkap Michael Phillips, profesor dari New York Medical College.
Jika wanita mendapatkan hasil positif dalam tes napas, baru mereka melakukan tes mammogram untuk mengetahui lebih lanjut. Meski begitu, peneliti menjelaskan bahwa masih dibutuhkan banyak penelitian untuk membuat alat ini sebagai satu-satunya cara untuk mendeteksi kanker payudara.
Peneliti optimis bahwa di tahun-tahun mendatang, tes napas ini akan menjadi tes yang global dan disarankan. Nantinya tes napas ini akan menjadi semudah tes darah atau tes urine untuk mendeteksi penyakit.
0 comments:
Post a Comment